Oleh: Novia Listiani
(Aktivis Muslimah)
Sejak pandemi global Covid-19 melanda seluruh penjuru dunia, semua aktivitas kehidupan beralih dilakukan di rumah saja. Mulai dari bekerja di rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah. Termasuk aktivitas dakwah juga dilakukan di rumah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Dakwah dilakukan secara online menggunakan berbagi sosial media yang ada.
Kondisi ini tentu saja membuat segala aktivitas dakwah kurang ideal dibandingkan sebelumnya yang dilakukan secara offline atau bertemu langsung. Ghiroh dakwah tak jarang mulai melemah dan iman mudah goyah. Bagaimana tidak, dakwah yang biasanya bertemu dengan saudara seakidah, saling bertegur sapa saat agenda bersama, berdiskusi berbagai problematika umat, kini harus menjaga jarak dan tak bertemu dalam majelis ilmu. Meskipun, majelis ilmu tetap ada melalui media, namun rasanya tetap berbeda. Terlebih, dakwah online membuat kita dipaksa untuk cakap dalam menggunakan sosial media. Hal ini menjadi dunia baru yang mau tidak mau harus dihadapi.
Dalam keadaan yang serba sulit saat ini akan berpengaruh juga terhadap semangat para pengemban dakwah. Meskipun saat ini sudah mulai diberlakukan kehidupan normal seperti sebelumnya, namun dampak wabah membuat kita merasakan kehidupan yang berbeda. Namun, perlu diingat bahwa dalam kondisi apapun kehidupan yang dijalani, dakwah tak boleh berhenti. Jangan sampai kita mundur dari jalan dakwah yang mulia ini. Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh para pengemban dakwah agar senantiasa eksis walau dalam keadaan krisis di antaranya:
Pertama, senantiasa ingat akan hakikat kehidupan di dunia. Hendaknya selalu sadar akan tugasnya sebagai hamba adalah untuk beribadah kepada Allah. Dan dakwah merupakan salah satu ibadah yang bisa mengantarkan umat Islam pada kemuliaan, karena umat Islam adalah umat terbaik yang diberikan kewajiban untuk melanjutkan perjuangan para Nabi dan Rasul untuk mengemban Islam ke seluruh alam. Inilah yang seharusnya menjadikan seorang pengemban dakwah senantiasa bersemangat dalam berdakwah.
Kedua, bersemangat dalam menuntut ilmu. Aktif melakukan pembinaan secara intensif. Kajian intensif ini akan menjadi ruh para pengemban dakwah dalam menyampaikan pemahaman Islam kepada umat. Meskipun dalam kondisi wabah dan pembinaan dilakukan secara online, adab-adab dalam berthalabul ilmi harus senantiasa diperhatikan agar keberkahan ilmu bisa didapatkan. Terlebih, keseriusan dan fokus belajar harus diprioritaskan.
Selain melakukan pembinaan, kondisi wabah ini juga harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mengupgrade diri. Misalnya, melakukan dirosah fardiyah dengan memperbanyak literasi sebagai modal untuk memahamkan Islam kepada umat. Apalagi sekarang banyak kajian-kajian yang bertebaran di sosial media, ini juga jangan sampai lupa untuk diikuti, agar ilmu tentang Islam semakin luas. Dengan banyaknya aktivitas bermanfaat yang dilakukan, walaupun di rumah saja tetap bisa produktif.
Ketiga, massif berdakwah di sosial media. Sebagai pengemban dakwah, dalam kondisi apapun seharusnya selalu bersemangat dalam mengajak umat kembali kepada Islam. Walaupun dakwah sudah beralih menggunakan media, agenda dakwah yang dilakukan sebelum wabah juga harus tetap dilakukan, meskipun secara virtual. Tidak boleh sampai berkurang atau berhenti. Terlebih, dakwah melalui sosial media cakupannya sangat luas, tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Misalnya, dakwah dalam bentuk video, desain yang menarik, atau dakwah dengan tulisan. Dalam kondisi yang serba virtual ini, seorang pengemban dakwah dituntut agar mampu mengemas pesan dakwah agar mudah diterima oleh masyarakat.
Dengan demikian, pengemban dakwah akan senantiasa produktif meskipun dalam kondisi wabah yang kini melanda dunia. Kebenaran harus senantiasa ditegakkan, karena jika tidak kezalimanlah yang akan menguasai dunia. Maka tetaplah istiqomah dalam mendakwahkan Islam kaffah meski di tengah wabah untuk menjemput pertolongan Allah hingga Islam dimenangkan.
Wallahu'alam.