Oleh : Siti Sopianti
(Aktifis Dakwah, Ibu Rumah Tangga)
Munculnya virus Corona di bumi ini, selain merubah tatanan dunia, juga berdampak buruk pada kelangsungan hidup manusia. Aktivitas ekonomi menurun, PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dimana - mana. Itulah yang menjadi faktor rakyat sulit mengatasi kebutuhan ekonomi. Bahkan kelaparan mengancam penduduk bumi. Termasuk kita rakyat Indonesia.
Kamis, 23 April 2020, seorang bapak bernama Oma (30 th) melakukan tindakan pelanggaran hukum dengan mencuri sebuah tabung gas disebuah warung kelontong di kampung Manglid Rt 04/ 01 Desa Sukamantri Kecamatan Tamansari Bogor. Aksinya tersebut terpergok warga dan harus berhubungan dengan polisi. Setelah diinterogasi petugas kepolisian, diketahui Oma mencuri karena masalah Ekonomi. (RadarBogor.Id. 23/04/2020).
Bukti lain bahwa wabah Corona telah memukul kehidupan masyarakat terutama warga miskin terjadi pula di daerah lain. Senin, 20 April 2020 Pk. 15.00 WIB. Ibu Yuli Nur Amelia warga Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Kota Serang wafat karena tidak makan dua hari akibat dampak virus Corona. Di Pekanbaru. Seorang Janda tua bernama Marni hanya bisa makan seadanya dengan lauk cabai. Setelah pemerintah kota menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akibat Corona. Bu Marni adalah warga di Rw 02 Kelurahan Tangkerang Barat Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru. Hingga Sabtu 18 April 2020, Belum ada pendataan yang dilakukan apalagi pembagian sembako.
Kisah-kisah di atas menggambarkan upaya rakyat kecil untuk menyambung hidup. Harus dibayar dengan harta benda yang tersisa hingga kehilangan nyawa.
David Beasley, Direktur Eksekutif UN World Food Programme (WFP), mengingatkan potensi terjadi bencana kemanusiaan yang parah. "Kita sedang berada ditepi jurang pandemi kelaparan." Kata Beasley dalam video conference dengan dewan keamanan PBB. Peringatan ini disampaikan setelah WFP bersama sejumlah mitranya merilis laporan tahunan mengenai kinerja pangan dunia. Laporan tersebut memprediksi pertumbuhan jumlah orang terancam kerawanan pangan aktif. WFP memproyeksikan ada 265 juta orang mengalami kerawanan pangan. Meningkat dua kali lipat dari 135 juta orang pada tahun 2019 lalu.
Beasley mengungkapkan, kelaparan akan terjadi pada lebih dari 36 negara. Faktanya 10 dari negara - negara itu masing- masing sudah memiliki lebih dari 1 juta orang di ambang kelaparan. Covid-19 bisa menjadi faktor penekan yang mengakibatkan banyak orang masuk dan dirawat di rumah sakit. Ppemberlakuan lockdown di dunia atau PSBB di Indonesia mengakibatkan orang tidak bisa aktif bekerja sebagaimana biasanya.
Menurut Arif Husain, Ekonom Senior, Cofid-19 berpotensi menjadi bencana bagi jutaan orang yang hidupnya serba kekurangan. “Kita harus bertindak secara kolektif untuk membatasi dampak dari bencana secara global ini," ujarnya (cnnIndonesia.com.22/04/2020 ).
Melihat fakta dan pendapat pakar-pakar diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa corona bisa mengancam kehidupan tak hanya karena virus itu sendiri yang mengantarkan penyakit namun bahaya kepalaran juga di depan mata. Yang miskin semakin miskin dan mengalami kelaparan. Begitu pula masyarakat golongan menengah hampir pasti turun strata sosial. Jadi tergolong masyarakat miskin.
Di bawah sistem kapitalis yang dipimpin oleh pemimpin yang sekuler cenderung abai dan belum mampu menunjukkan keberhasilannya dalam menangani Covid-19. Sistem kapitalis mempunyai visi misi dan orientasi tertuju pada kepentingan ekonomi dibandingkan kesehatan rakyatnya. Kelalaian penguasa ini, sangat nyata. Tampak dari tidak diterapkannya sistem lockdown. Sedangkan lockdown adalah satu - satunya cara efektif pemutusan rantai wabah. Negara malah lebih memilih kebijakan Pembatasan Sosial Berkala besar (PSBB).
Menurut pemaparan Dr. Rini Syafri, pengamat kebijakan public, PSBB terbukti tidak efektif dalam mengatasi wabah. Tidak ada jaminan dalam kebutuhan pokok publik pada saat gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) menimpa semua sektor usaha dan bisnis. Dengan demikian, wabah kelaparanpun di depan mata. Penderitaan rakyat ini harus segera di akhiri. Baik karena penderitaan pandemik Covid - 19 yang berlarut-larut. Maupun akibat pandemi akut yang merupakan pengaruh dari kerusakan sistem Kapitalis. (MuslimahNews.Com.07/05/2020).
Lantas apa solusi Islam dalam mencegah kelaparan di tengah pandemik Covid - 19?
Secara mendasar, menghadapi wabah perlu berangkat dari sudut pandang yang benar. Tentu saja dalam Islam, ketaqwaan menjadi landasan segala amal perbuatan termasuk menghadapi wabah. Pemimpin dan ulama wajib membimbing ummat bersatu dalam keimanan dan ketakwaan menghadapi Wabah. Umat perlu memahami apa yang terjadi didunia ini adalah qadha dan qadharNya Alloh Swt. Baik itu dalam situasi senang atau susah. Lapang ataupun sempit. Harus disyukuri sebagai ujian. Yang justru jadi ladang pahala untuk kita manusia. Dengan demikian umat senantiasa mencari rizki yang diridhoi Alloh Swt. Tetap bertahan di jalur yang halal dan meninggalkan yang haram.
Seperti yang dijelaskan dalam ayat Al-Qur'an dibawah ini : "Tiada suatu bencana yang menimpa dimuka bumi, dan ( tidak pula) pada diri kalian sendiri melainkan telah tertulis di lauhil mahfudz. Sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Alloh Swt. (Kami menjelaskan yang demikian itu) supaya kalian jangan berduka cita dari apa yang luput dari kalian. Dan supaya kalian jangan terlalu gembira dengan apa yang diberikanNya kepada kalian. Dan Alloh Swt tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri" ( QS Al-Hadid 22-23).
Secara jamaah atau kolektif. Islam mewajibkan kaum muslimin untuk saling membantu dan tolong menolong. Dalam memberantas Wabah kelaparan. Seperti yang dijelaskan dalam hadist "Tidaklah beriman kepadaku siapa saja yang tidur dalam keadaan kenyang, sementara tetangganya kelaparan padahal ia tahu” ( HR. Athtabrani dan Al - Bazzar).
Selain cara di atas yang diupayakan individual dan komunitas, satu hal yang penting disini bahwa tugas utama pemberantasan kelaparan adalah seharusnya tanggungjawab negara sebagai penguasa. Tugas tersebut meliputi pemenuhan kebutuhan pokok. Rasululloh Saw bersabda : " Pemimpin atas manusia adalah pengurus dan ia bertanggungjawab atas rakyat yang dia urus (HR Bukhori, Muslim dan Ahmad).
Oleh karena itu negara berkewajiban menanggung kebutuhan pokok termasuk pangan saat pandemi. Sebagaimana pada masa Khalifah Umar bin Khotob tetap mengirim logistik ke wilayah Syam yang sedang dilanda wabah. Bantuan logistik yang berasal dari luar wilayah wabah itu diletakkan di depan gerbang kota untuk diambil petugas dan disalurkan kepada masyarakat Syam. Selain itu pada masa paceklik, rakyat yang miskin justru berdatangan ke Madinah mendatangi Amirul Mukminin Umar. Mereka yang jumlahnya ribuan berduyun-duyun mengelilingi rumah Umar bin Khotob. Untuk memberi mereka makan, tungku-tungku di rumah Umar tak pernah padam.
Sungguh bertolak belakang dengan kodisi saat ini. Rakyat justru berkeinginan keluar dari wilayah karena di episentrum wabah tidak ada penghasilan akibat mandegnya perekonomian, Di sisi lain tak ada jaminan dari pemerintah atas kebutuhan pangan mereka.
Semoga apa yang dibahas diatas. Berdasarkan petunjuk dari Al-Qur'an dan hadist serta teladan yang dicontohkan pada masa kekhalifahan memberikan inspirasi kita semua terutama negara. Untuk menerapkan syariat Islam secara Kaffah. Kalau bukan kepada Alloh Swt kepada siapa lagi kita bergantung. Dan kalau bukan kepada Rasululloh Saw kepada siapa lagi kita menjadikan suri teladan. Yang sudah jelas kegemilangan dan kejayaannya. Wallohualam.
Post a Comment