RUU Cilaka Bikin Sengsara

RUU Cilaka Bikin Sengsara


Oleh: SW. Retnani S.Pd.
(Praktisi pendidikan)


Masih terbayang di benak, ketika negeri ini menyambut pesta pora demokrasi pemilihan presiden dan para anggota legislatif. Dari kota hingga desa menyambut dengan gebyar pesta yang sangat meriah, panggung didirikan di mana-mana, penyanyi dan penari diundang, rakyat berjoget ria, milyaran dana digelontorkan.

Kini, negeri ini sedang dilanda musibah, mendung menyelimuti Negeri khatulistiwa, air mata seakan tak berhenti, ratusan nyawa melayang, ribuan jiwa meregang, milyaran dana dialirkan untuk menangani pandemi Covid -19, nusantara porak-poranda.
Ditengah duka dan tangis rakyat yang kian mengharu-biru seantero Negeri, para pemimpin yang telah dipilih rakyat terlihat hanya setengah hati dalam menyelesaikan kasus si mahkota Corona ini. Berbagai solusi yang diberikan hanya menggantung kekecewaan rakyat.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itulah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan nasib rakyat negeri ini. Sudahlah menderita menghadapi pandemi Covid-19, ditambah sengsara atas kemerosotan ekonomi serta depresi pada sikap pemerintah yang tidak mengutamakan kepentingan rakyat. Sebagaimana dikutip dari tirto.id bahwa pemerintah dan DPR terus membahas rancangan undang-undang Cipta kerja (sebelumnya bernama Cilaka atau Cipta lapangan kerja yang disusun dengan metode omnibus. Dalam rapat kerja Selasa (15/ 4 /2020) kemarin, hanya 2 partai yang menyatakan menolak melanjutkan pembahasan. Sisanya, dengan berbagai alasan memilih sebaliknya. Sejak awal dirancang pemerintah, RUU Cilaka sebenarnya telah mendapat penolakan tegas dari masyarakat, terutama serikat buruh karena pihak yang lebih banyak didengar adalah pengusaha. Ketua Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Nining elitos mengatakan alasan DPR- pemerintah tetap membahas RUU ini karena mereka "tuli dan buta" (15/ 5 /2020).

Fakta yang sangat memilukan, seharusnya para pemimpin memikirkan dan berkonsentrasi penuh dalam penanganan wabah pandemic Covid-19. Bukannya malah terus-terusan melayani permintaan para oligarki. Sistem kapitalis, sungguh telah menjadikan para penguasa buta dan tuli akan nasib rakyat. Kalau sudah tidak ada perhatian dan tanggung jawab penuh dari para pemimpin, jangan salahkan kalau rakyat membangkang. Rakyat hanya ingin nasibnya diperhatikan oleh para penguasa. Rakyat hanya butuh pemimpin yang mencintai mereka dengan sepenuh hati. Rakyat ingin hidupnya lebih sejahtera. Tak Ada kesenjangan sosial apalagi kecurangan dalam mengayomi umat.

Atas nama sakit hati yang sudah terlampau pedih karena dikhianati oleh para penguasa dan atas nama kezaliman yang telah merajalela di Bumi Pertiwi, maka rakyat menggelar aksi dan pemerintah tidak akan bisa membendung aspirasi rakyat. Aksi ini akan digelar oleh beberapa ikatan pekerja sebagaimana dikutip dari politik rmol.id bahwa puluhan ribu buruh dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) akan tetap menggelar aksi dalam peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day. Pemerintah diminta serius sikapi rencana aksi buruh di tengah pandemi. Presiden KSPI Said Iqbal mengatakan "aksi tersebut akan digelar di gedung DPR RI dan kantor Menko Perekonomian RI" Jakarta, pada 30 April 2020 mendatang. "Adapun tuntutan yang disuarakan dalam aksi nanti adalah tolak omnibus Law, stop PHK dan liburkan buruh dengan tetap mendapatkan upah dan THR penuh" ucap Said Iqbal melalui siaran pers yang diterima kantor berita politik rmol minggu (19/4).

Ketidak harmonisan antara pemerintah dan rakyat merupakan akibat dari penerapan sistem kapitalisme-demokrasi. Dimana sistem ini bersumber dari kepentingan para kafir asing dan Aseng. Sehingga hanya akan menimbulkan kesengsaraan umat dan kezaliman di dunia.
Berbeda dengan sistem Islam yang bersumber dari Sang Maha Pencipta, Allah Azza wa Jalla, seluruh aspek kehidupan yakni ipoleksosbudhankam nya dibangun di atas pondasi Aqidah Islam. Dimana aqidah yang haq karena berasal dari Allah yang diturunkan kepada umat manusia melalui utusannya yaitu Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Aqidah Islam yang memuaskan akal, menentramkan jiwa dan sesuai dengan fitrah manusia, akan memancarkan peraturan yang berkarakter mulia dan berperikemanusiaan.

RUU Cilaka yang akan membuat sengsara rakyat karena mengutamakan kepentingan para oligarki dan menzalimi kepentingan rakyat, tidak akan pernah diterapkan dalam sistem Islam. Negara yang menerapkan sistem Islam seluruh kegiatannya akan berorientasi pada keridhaan Allah SWT. Sehingga negara akan mengatur dan mengayomi umat sesuai dengan Syariat Islam. Negara mencegah aktivitas ekonomi yang zalim, eksploitatif, tidak transparan dan menyengsarakan umat manusia. Karena itulah, tidak akan timbul kesenjangan ekonomi. Rakyat hidup sejahtera, adil dan makmur. Negara tidak akan menyerahkan sumber daya alam kepada swasta dan asing.  Apabila terjadi wabah pandemi seperti saat ini negara bisa mengambil pendanaan penanganan wabah dari keuntungan atau hasil sumber daya alam yang melimpah.

Kebutuhan pokok warga negara dijamin, apalagi saat mengalami musibah wabah. Negara memiliki andil kuat dalam jaminan kesehatan dan keamanan umat.

Dalam al-Quran, Allah menyebutkan, kaum Muslim adalah umat yang terbaik.

ُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah SWT.”
(QS. Ali Imran (3) : 110).

Maka dengan diterapkannya sistem Islam, hubungan umat dan pemerintah akan terjalin harmonis. Umat akan mentaati aturan pemerintah.

Allah SWT berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْـعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْـعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْ ۚ  فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْـتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَـوْمِ الْاٰخِرِ  ۗ  ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا

"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 59).

Sungguh, penerapan Syariat Islam Kaffah akan menyelesaikan seluruh problematika negeri ini, termasuk wabah pandemi Covid-19 yang memiliki dampak pada perekonomian dunia. Semoga Ramadhan tahun ini, menjadi Ramadhan terakhir Negeri Nusantara dicengkram sistem kapitalisme kufur.

Wallahu a'lam bishowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post