Oleh: Jumarni Dalle
(Bidan dan Aktivis Dakwah)
Negeri yang paling aman adalah kampung sendiri, namun apalah daya jika hanya akan bawa bara api.
Hari raya semakin dekat, namun covid-19 semakin menggeliat di tubuh ribuan penduduk Indonesia. Pemerintah menyatakan bahwa masih ada penularan virus corona di masyarakat. Ini menyebabkan kasus Covid-19 di Indonesia masih bertambah. Berdasarkan data yanng dihimpun hingga Rabu (6/5/2020) pukul 12.00 WIB ada penambahan 367 kasus Covid-19 selama 24 jam terakhir. Penambahan itu menyebabkan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia totalnya mencapai 12.438 orang. Informasi ini disampaikan juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto dalam konferensi pers di Graha BNPB pada Rabu sore.
Dia juga memaparkan, dalam periode yang sama terdapat penambahan 120 pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh. Mereka sudah dinyatakan negatif virus corona berdasarkan dua kali pemeriksaan dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Dengan demikian, total ada 2.317 pasien Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh. Namun, masih ada kabar duka dengan diumumkannya penambahan pasien meninggal. Ada penambahan 23 pasien Covid-19 yang meninggal pada periode 5-6 Mei 2020. Jumlah itu menyebabkan total ada 895 pasien Covid-19 yang tutup usia di Indonesia (kompas.com, 06/05/2020).
Salah satu penyebab semakin maraknya covid-19 dikarenakan arus mudik atau pulang kampung yang terus mengarus sampai saat ini meski Menko Polhukam Mahfud MD telah menyampaikan larangan mudik terutama di Hari Raya Idul Fitri nanti tidak hanya berlaku di wilayah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) saja, melainkan berlaku di seluruh wilayah Indonesia. "Pemerintah itu bisa melarang di manapun karena itu (larangan mudik) berlaku bagi seluruh Indonesia," ujar Mahfud dalam telekonferensi pers di Jakarta. "Pemerintah itu bisa melarang di manapun karena itu (larangan mudik) berlaku bagi seluruh Indonesia," ujar Mahfud dalam telekonferensi pers di Jakarta (Voaindonesia.com, 26/04/2020).
Larangan mudik resmi berlaku mulai 24 April. Namun, banyak masyarakat tetap nekat mudik dengan alasan tradisi saat bulan Ramadhan hingga masalah ekonomi yang mengharuskan perantau untuk pulang ke kampung halamannya. Hal itu pun ditemukan Kasatlantas Polres Metro Kota Bekasi, AKBP Ojo Ruslani saat lakukan patroli check point pada Kamis, 30 April 2020 lalu di Sumber Artha, Jalan Raya Kalimalang. Ojo mengaku menemukan pemudik yang hendak ke kampung halamannya di Cilacap dengan alasan terhimpit ekonomi. “Waktu itu ada dua orang berboncengan dengan satu motor, mereka mau mudik ke Cilacap,” ujar Ojo saat dihubungi Kompas.com, Senin (4/5/2020). Ojo mengatakan, dua orang itu terpaksa mudik lantaran tidak ada lagi biaya untuk hidup di Jakarta. Sebab, keduanya telah dirumahkan oleh kantornya akibat pandemi Covid-19 tanpa adanya gaji.(megapolitan.kompas.com, 04/05/2020).
Menurut Data Kementerian Tenaga Kerja per 20 April 2020 menyebutkan, hampir tiga juta karyawan dirumahkan atau kena PHK. Namun angka lebih fantastis disodorkan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) yang menyebut, orang yang menjadi korban PHK bisa mencapai 15 juta jiwa. PHK menyasar siapa saja, tak pilih profesi dan jenis pekerjaan. (kompas.com,05/05/2020).
Di Serang, Banten, Seorang ibu rumah tangga menghembuskan nafas terakhirnya, Senin (20/4) sore sekitar pukul 15.09 WIB, setelah menahan lapar dengan hanya minum air galon isi ulang selama dua hari. Ibu bernama Yulie Nuramelia (43) itu menahan lapar dua hari karena tak ada pemasukan akibat wabah virus corona (Covid-19).(cnnindonenesia.com,21/0420).
Yuli sebelum meninggal sempat diwawancarai oleh media dan mengaku, dirinya tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah.Padahal, sebelumnya dirinya sempat mengajukan diri sebagai penerima bantuan saat corona, namun ditolak. Dirinya dianggap masih menerima gaji dari dinas.(kompastv.com, 19/04/2020).
Inilah sebagian dari sekelumit kisah tragis di tengah wabah pandemik. Simalakama buah kebijakan yang tak memihak kepada rakyat. Sebelum wabah merebak, 22 juta penduduk Indonesia telah mengalami kelaparan. Dan kini jumlah itu kian bertambah. Kebijakan PSBB yang tak diikuti dengan pemenuhan kebutuhan pokok berdampak bagi seluruh rakyat yakni meningkatnya ancaman kelaparan.
Indonesia yang dianugerahi kekayaan sumber daya alam yang luar biasa ternyata tak mampu menghadapi pandemi ini. Sistem kapitalisme yang diadopsi telah membuat Indonesia ketergantungan dan tak bisa lepas dari dikte asing. Inilah yang menjadi biang keladi hingga penanganan wabah pun gagal di negeri ini sebagaimana kegagalan para negara kapitalis lainnya.
Lantas bagaimanakah fakta sejarah gaya kepemimpinan egaliter Umar bin Khattab dalam mengurus rakyatnya yang kini marak disandingkan dengan salah satu sosok pemimpin negeri?
Suatu ketika Umar bin Khattab mengunjungi negeri Syam sekitar tahun ke-6 masa kepemimpinanya . Beliau bertemu Abu Ubaidah dan sahabat-sahabat lainnya. Kala itu dilaporkan bahwa Syam sedang diserang wabah. Setelah berdiskusi dengan sahabat lainnya, maka Umar pun memutuskan untuk kembali ke Madinah berdasarkan sabda Rasulullah SAW. “Jika kalian mendengar tentang wabah di suatu negeri, maka janganlah kamu memasuki negeri itu. Apabila kalian berada di negeri yang terjangkit wabah itu, maka janganlah kalian keluar darinya karena hendak melarikan diri darinya.” (Riwayat Muslim).
Selanjutnya Umar bin Khattab mengambil langkah lockdown untuk melindungi wilayah lain yang belum terdampak. Langkah karantina ini pun berhasil mencegah virus Tha’un menyebar keluar wilayah Syam.
Dan di saat terjadi krisis, beliaulah yang paling kelaparan. Krisis ekonomi yang berlangsung selama 9 bulan akibat kemarau tersebut membuat tanah menghitam atau dikenal dengan tahun Ar-Ramadah. Dikatakan sebagai Ar-Ramadah sebab angin menerbangkan debu seperti abu atau Ar-Ramad. Kemudian terjadi eksodus besar-besaran dari seluruh Hijaz ke Madinah dengan jumlah pengungsi sebanyak 60.000 orang dan darinya wafat sepertiganya. Di masa ini, Umar pun mengharamkan dirinya makanyang lezat. Makanannya hanya roti kering yang dilumuri minyak. Tubuh sang khalifah menjadi kurus dan kulitnya hitam.
Di tengah krisis terjadi, Umar bin Khattab membagikan sendiri makanan dari baitul maal hingga kosong yang dibantu oleh 7.000 relawan. Beliau ikut menguburkan dan menshalatkan yang wafat. Dan saat kas baitul maal habis. Sang Amirul Mukminin, Umar bin Khattab membuat surat kepada para wali di Syam dan Mesir agar membantu para korban hingga datang bala bantuan yang sangat besar jumlahnya. Beliau juga menunda pemungutan zakat, menghentikan hukuman had serta memimpin langsung shalat istisqa dan menyerukan seluruh negeri shalat istisqa, memperbanyak istighfar dan bertobat.
Semuanya dilakukan tanpa adanya pencitraan. Umar tulus mencintai rakyatnya. Kecintaan Umar kepada rakyatnya juga sangat jelas melekat dalam ingatan kita tentang kisah seorang ibu dan anaknya yang kelaparan. Mengetahui hal ini, Umar pun bergegas ke gudang negara untuk mengambil gandum dan dipikulnya sendiri dan diserahkan kepada wanita tersebut tanpa memperkenalkan dirinya bahwa dialah Amirul Mukminin.
Demikianlah kepeduliaan Umar bin Khattab terhadap rakyatnya, sosok yang menjadi pemimpin pada masa peradaban unggul nan mulia yakni pada masa peradaban Islam.
Post a Comment