Oleh : Perwita Sari, S.si
(Aktivis Muslimah Pemerhati Sosial dan politik)
Marhaban Ya Ramadhan tak terasa kita memasuki bulan Ramadhan 1441 Hijriyah. Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah bulan yang di dalamnya diturunkan ‘Al - Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Bulan yang dibukanya pintu tobat dan ampunan.
Ramadhan kali ini berbeda dari biasanya, jika ditahun – tahun sebelumnya penuhi rasa suka cita serta suasana gegap gempita Ramadhan terasa dimana-mana. Namun kali ini Ramadhan diselimuti rasa duka, betapa tidak Ramadhan kali ini hadir ditengah wabah yang melanda. Wabah covid-19 hingga saat ini mencapai 10.551 kasus, yang diantaranya meninggal sebanyak 800 orang.
Perekonomian pun goyang di ambang krisis. Faisal Basri memproyeksikan target perumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3% yang ditetapkan pemerintah tahun ini tidak akan tercapai. Tidak hanya itu Imbas pandemi corona mengakibatkan gelombang pemutusan hubungan kerja atau PHK mulai menerpa Indonesia. Data Kementrian Ketenagakerjaan, lebih dari 1,5 juta orang telah kehilangan pekerjaan. Sebanyak 10,6 % di antaranya atau sekitar 160 ribu orang kehilangan pekerjaan karena PHK, sedangkan 89,4 % lainnya karena dirumahkan (katadata.co.id).
Terlepas itu dibulan Ramadhan ini kita harus tetap menjalani puasa dengan sabar dan bertawakal. Bersungguh – sungguh memohon ampun kepada Alloh. Berharap kepada Alloh semoga wabah ini segera berakhir dan kembali pulih seperti sediakala. Bisa jadi adanya wabah ini merupakan ujian dan teguran dari Allah Swt. Karena Allah Maha berkehendak apapun bisa terjadi di muka bumi ini. Termasuk adanya wabah covid-19.
Banyaknya kemaksiatan terjadi semakin menggambarkan kita jauh dari hukum Allah Swt. Kedaulatan atau hak membuat hukum sudah beralih kepada manusia yang fitrahnya bersifat lemah, terbatas dan butuh pada yang lain. Kita pun ridha dengan hukum buatan manusia, memisahkan agama dari kehidupan kita. Padahal jelas Islam ini yang menjanjikan ketenangan dan ketentraman pada diri kita. Selain itu pada asalnya, berhukum kepada selain hukum Allah adalah terlarang, karena menyelisihi perintah Allah. Seringkali, berhukum dengan selain hukum Allah akan membuat pelakunya jatuh ke dalam kekafiran.
Wajar hingga saat ini kita bisa menyaksikan buah dari penerapan sistem sekuler yakni bagaimana aktivitas perekonomian kita masih menggunakan riba, perzinahan yang merajalela, kasus korupsi yang tak kunjung usai, serta kemiskinan yang semakin meningkat serta permasalahan disegala aspek kehidupan yang tidak pernah ada jalan keluar.
Maka jika kita cermati bahwa wabah Corona atau Covid-19 adalah bagian dari takdir Allah. Virus kecil yang menggemparkan dunia merupakan bagian dari makhluk-Nya. Tidak bisa menginfeksi dan menular kecuali dengan kehendak dan takdir Allah. Allah Swt berfirman dalam QS. At-Taghabun ayat 11 yang artinya ;
“Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya.”
Allah tampakkan salah satu tanda kekuasaan, keperkasaan, dan kekuatan-Nya wabah virus Corona agar manusia takut kepada Allah. Teguran Allah ini supaya manusia kembali kepada Allah dengan bertakwa kepada-Nya. Allah berfirman dalam al Qur’an Surah Az-Zumar ayat 16 yang artinya;
“Demikianlah Allah mempertakuti hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku.”
Wabah corona atau Covid-19 ini adalah teguran dari Allah untuk orang-orang yang lalai. Namun ia juga menjadi hukuman bagi mereka yang kufur, sombong, dan durhaka kepada Rabbnya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah ditanya tentang wabah Thaun. Beliau menjawab:
“Bahwa wabah thaun itu adzab yang Allah kirim kepada orang yang Dia kehendaki.” (HR. Al-Bukhari)
Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga mengabarkan bahwa wabah tha’un yang menimpa orang-orang beriman sebagai rahmat dari Allah. Dengan sebab itu, mereka mendapatkan ampunan dan kafarat atas kesalahan-kesalahan. Dengan sabar dan berharap pahala atas Covid-19 maka orang-orang beriman dijanjikan pahala besar seperti orang mati syahid. Siapa saja yang gugur karena wabah maka ia mendapatkan derajat syahid di akhirat.
Karenanya, wajib bagi setiap muslim menyerahkan urusannya kepada Allah dengan penuh harap dan tawakkal kepada-Nya. Ia meminta keselamatan dan kesembuhan hanya kepada Allah Tabaaraka wa Ta’ala. Mewabahnya penyakit Corona ini harus menambah dirinya dekat kepada Allah dengan berlindung dan bertaubat mengharap ampunan-Nya.
Bertepatan moment Ramadhan hendaknya kita bertobat dengan penuh kesungguhan ‘Abdul Aziz bin ‘Abdillah bin Baz pernah berkata, “Disyariatkan bagi seorang Muslim untuk menyambut bulan Ramadan yang mulia dengan melakukan tobat nashuha (taubat yang sesungguhnya), mempersiapkan diri dalam puasa dan menghidupkan bulan tersebut dengan niat yang tulus dan tekad yang murni.”
Ibadah puasa Ramadhan ditujukan untuk membentuk muttaqin (orang bertaqwa). Sedangkan di antara karakter orang bertaqwa ialah sibuk bersegera memburu ampunan Allah ta’aala dan surga seluas langit dan bumi.
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS Ali Imran ayat 133)
Momentum Ramadhan menjadi salah satu titik tolak sebagai muslim untuk taat syariat dan memohon ampunan atas segala kemaksiatan secara individu maupun kolektif karena tidak menerapkan syariat serta mengabaikan hukum Allah Swt. Bulan Ramadhan mendorong kita menjadi insan yang lebih baik berbangsa yang taat akan syariat-Nya.
Semoga dengan segala keyakinan dengan taubat dan ketaatan akan menghantarkan kita kepada solusi tuntas atas segala permaslahan dunia serta membawa obat bagi pandemi covid-19. Memohon kepada Allah Swt musibah agar wabah virus Covid 19 ini segera berakhir dan dunia kembali pulih. Perlunya kita menjaga ketaqwaan secara terus menerus baik di bulan Ramadhan serta di bulan lainnya.
Bagaimanakah menjaga ketaatan meskipun Ramadhan telah usai. Solusinya yaitu yang pertama, kita harus tetap memelihara amalan-amalan rutin Ramadhan. Seperti shaum, shalat, zikir, sedekah,membaca dan mengkaji Alquran shalat berjamaah, istigfar dan memperbanyak amalan sunah. Kedua, lebih meninggatkan upaya memahami hukum-hukum Allah Swt dengan banyak menghadiri majelis ilmu. Ketiga, lebih giat berdakwah, bulan Ramadhan merupakan bulan turunnya Alquran sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. Tidak mungkin petunjuk itu sampai bila tidak didakwahkan. Keempat, berusaha bertobat dengan tobat sebenar-benarnya (taubatan nashuha). Kelima, berusaha selalu hidup di tengah-tengah masyarakat yang bertakwa.
Ketaqwaan masyarakat ini akan terwujud dengan penerapan sistem aturan yang sempurna dibuat Sang Maha Pencipta. Tidaklah lain Sistem yang pernah di contohkan oleh Rosulullah Saw, menegakkan institusi Penerapan Islam. Maka dengan itulah keberkarkahan datang dan menjadi Rahmat bagi alam.
Wallohu a'lam bisshowab
Post a Comment