Oleh : Nirmala Haryati
(Muslimah Peduli Generasi)
Marhaban ya Ramadhan. Bulan Ramadhan telah tiba. Bulan penuh ampunan, bulan penuh berkah dan rahmat dari Allah SWT. Bulan yang sangat ditunggu-tunggu oleh hampir semua kaum muslim di dunia. Ada yang berbeda dari Ramadhan tahun ini. Ya, mungkin kita semua sudah tahu jawabannya. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Ramadhan kali ini kita jalankan disaat dunia sedang dilanda wabah. Terlepas dari itu, kita tetap harus menyambutnya dengan suka cita. Bahkan harus lebih maksimal dibandingkan dengan Ramadhan tanpa wabah. Karena apa? Karena Ramadhan tahun ini membutuhkan kesabaran yang lebih ekstra. Sabar menahan lapar, haus, hawa nafsu seperti biasanya, juga ditambah dengan sabar menahan diri untuk tidak sering keluar rumah, tidak banyak menghabiskan waktu yang tidak penting diluar rumah. Yang tentu saja, kita berharap semoga Allah melipatgandakan aktivitas sabar kita ini.
Allah Ta'ala berfirman yang artinya, "Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" [QS Ar Ruum : 41].
Jelaslah, bahwa maksiat telah nampak nyata di muka bumi ini. Semuanya tidak terlepas dari sistem sekuler kapitalis yang diterapkan. Tingginya angka kriminalitas dan pengangguran, merebaknya riba, maraknya zina dan L68T, peredaran miras dan narkoba, tingginya kasus KDRT dan perceraian, wabah korupsi dan kemiskinan. Alih-alih mengatasi berbagai problematika yang ada, pemerintah justru sering menambah persoalan-persoalan baru. Kebijakan tambal sulam jaring pengaman sosial yang ribet mekanisme dan syaratnya, enggan menurunkan harga BBM disaat harga minyak dunia anjlok, pembebasan napi yang kemudian para napi tersebut berulah kembali, upaya pembungkaman terhadap berbagai kritik penanganan Covid-19, hingga yang terbaru penggunaaan dana zakat untuk penanganan Covid-19. (kompas.com, 24/04/2020).
Telah jelas, berbagai macam persoalan dan kerusakan di muka bumi ini jika kita mengabaikan hukum Allah. Padahal Allah sendiri telah berfirman di dalam Al-Qur'an surat Al-Ma'idah ayat 50 yang artinya, "Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?".
Jadi, hukum Allah lah yang merupakan hukum paling baik dan sempurna, yang wajib diikuti dan dengannya tercipta keshalihan umat dan kebahagiaannya di dunia dan akhirat.
Ayo sama-sama kita jadikan momen Ramadhan ini untuk lebih banyak beristighfar, bertaubat memohon ampun kepada Allah, menyesali apa saja yang telah kita lakukan selama ini. Juga jangan lupa untuk selalu taat kepada syariatNya. Bukan hanya individu saja. Namun, dalam masyarakat dan juga dalam negara pun harus taat kepada syariat Allah SWT. Dalam skala bangsa, keberkahan itu didapat dengan baiknya perlakuan pemimpin kepada rakyatnya. Begitu pun sebaliknya, ketaatan rakyat pada pemimpin menjadi pembuka pintu berkah. Pelaksanaan hukum Allah dengan sempurna hanya bisa dijalankan oleh pemerintahan, bukan oleh individu-individu. Berbagai kerusakan alam, bencana, dekadensi moral, wabah pandemi, dan kesengsaraan lainnya merupakan peringatan agar kembali kepada Allah SWT, agar berhenti melaksanakan kemaksiatan dan kembali pada jalan yang lurus, jalan yang Allah ridai, karena Allah tidak ingin bumi yang diciptakanNya ini (ditempati) untuk bermaksiat pada-Nya.
Sudah saatnya kita bertaubat dan taat kepada Allah. Manfaatkan bulan Ramadhan ini untuk kembali kepada aturan-aturan Allah, dengan mengembalikan kehidupan Islam pada wujud nyata di tengah masyarakat, dengan menerapkan seluruh aturan Allah yang diberlakukan oleh Pemerintahan Islam, Khilafah Islamiyah.
Post a Comment