Oleh : Etti Budiyanti
Member Komunitas Muslimah Rindu Jannah dan AMK
Ramadan kali ini, membuat kita lebih banyak muhasabah diri. Dibersamai oleh wabah virus Corona yang membuat kita mengambil hikmah, bahwa tak bisa kita bersombong diri. Sungguh, Allah Maha Berkehendak telah membuat makhluk kecil bisa memporak-porandakan dunia. Tetapi, kita tetap berharap agar wabah ini segera berakhir. Kapan virus Covid-19 berakhir di Indonesia dan kehidupan kembali normal seperti sebelumnya, menjadi pertanyaan sebagian masyarakat Indonesia. Pasalnya, virus Corona, telah membuat masyarakat Indonesia tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya.
Penelitian terbaru dari Singapore University of Technology and Design (STUD) memprediksi virus Corona akan berakhir di Indonesia pada 6 Juni 2020.
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Letjen TNI Doni Munardo memprediksi, pandemi Corona akan berakhir pada Juni-Juli nanti.
Berikut prediksi kapan virus Corona akan berakhir di Indonesia yang dirangkum CNBC Indonesia, Senin (27/4/2020) :
1. Tanggal 6 Juni 2020
STUD memprediksi akhir virus Corona di dunia pada 8 Desember 2020. Pada periode itu seluruh kasus Corona sudah hilang dari bumi. Untuk Indonesia diramalkan virus Corona akan berakhir 6 Juni 2020, dimana 97% kasus sudah selesai.
Penelitian ini menggunakan metode matematika tipe susceptible-infected-recovered (SIR) yang diregresikan dengan data dari berbagai negara.
2. Tanggal 29 Mei 2020
Virus Corona di Indonesia berakhir 29 Mei 2020 diprediksi oleh pakar statistika Universitas Gajah Mada (UGM). Penelitian ini menggunakan model probabilistik yang didasarkan atas data real atau Probabilistik Data-Driven Model (PDDM).
3. Bulan April-Mei 2020
Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof Amin Soebandrio, sempat menyebut wabah Corona diperkirakan usai pada pertengahan April hingga Mei.
"Banyak yang membuat prediksi perjalanan wabah di Indonesia. Terus terang prediksi lab-nya agak sulit sekarang karena penyebabnya multifaktorial. Saya pribadi memprediksi puncaknya akan terjadi dalam waktu dua-tiga minggu ke depan, setelah itu diharapkan jumlah kasusnya akan menurun. pertengahan puasa, mungkin pertengahan April ke Mei akan mencapai puncak," sebutnya seperti dilansir oleh Detik.com, 26/03/20.
4. Bulan Mei - Juni 2020
Guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Ascobat Gani mengatakan, akhir wabah Corona yang semula diprediksi pada akhir April bisa bergeser jika warga tetap nekat mudik.
"Bergeser tergantung perilaku masyarakat, yang dulu sudah bikin kan akhir April. Iya mungkin Mei, Juni, ya apalagi kalau mudik nanti bergeser lagi, ya kalau terus bergeser begitu beban kita, beban pelayanan kesehatan nggak sanggup, tenaga kesehatan juga sudah banyak yang jadi korban, ya kan," ungkapnya.
5. Akhir 2020
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memprediksi virus Corona di Indonesia akan berakhir pada akhir 2020 dan masyarakat akan bisa kembali ke kehidupan sebelumnya serta melakukan perjalanan wisata.
Banyaknya prediksi bahwa pandemi ini akan berakhir dalam waktu dekat, tentu membuat lega berbagai kalangan. Tetapi, bagaimana respon masyarakat terkait kabar ini? Respon yang beragam tentunya. Ada yang tetap mengikuti protokol kesehatan dan usaha pencegahan seperti tetap menggunakan masker, sering cuci tangan dengan sabun, social distancing. Tetapi banyak yang merespon dengan sikap meremehkan tingkat bahaya Corona ini. Tidak mengindahkan semua ketentuan protokol kesehatan, karena merasa tak akan terdampak. Padahal sikap demikian bukannya akan memutus penyebaran, tapi malah mengundang virus lebih berkembang.
Epidemiolog dari Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjajaran (Unpad), Bony Wien Lestari menyangsikan pernyataan Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Letjen TNI Doni Munardo soal prediksi pandemi Corona akan berakhir pada Juni-Juli nanti.
Bony mempertanyakan atas dasar apa prediksi tersebut dikeluarkan. Menurutnya, hingga saat ini angka pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 masih terus melonjak. Bahkan 25 dari 27 kabupaten kota sudah terdampak Covid-19.
"Kita perlu tetap waspada karena selama masih ada sumber penularan dan masih ada orang yang rentan, maka potensi wabah selalu ada, apalagi belum ada vaksin yang efektif untuk Covid-19 ini," terangnya.
Yang terpenting dari semua itu, pemerintah harus cepat mengambil sikap. Maraknya penyebaran Covid-19 tidak lepas dari lambannya penguasa dalam memahami dan merespon kemaslahatan rakyat. Di saat WHO mengumumkan peringatan bahaya virus Corona yang bisa mengancam seluruh negara di dunia pada akhir Desember 2019 yang lalu, setelah pertama kali ditemukan kasusnya di Wuhan Cina, hampir semua negara di dunia sudah bersiap siaga terhadap penyebaran virus Corona di negara mereka masing-masing sejak awal Januari 2020.
Tetapi apa respon yang diberikan oleh pemerintah terhadap peringatan WHO itu? Pemerintah malah begitu yakinnya Indonesia bebas virus Corona, dan menggenjot sektor pariwisata.
Sungguh, diperlukan tindakan maksimal dari pemerintah untuk menghentikan sebaran virus ini dan menangani korban. Pemerintah bisa mencontoh Singapura dalam hal ini, dimana dari 4000 orang yang terinfeksi virus Corona, hanya 4 orang yang meninggal. Bandingkan dengan Indonesia. Data per 6 Mei 2020, jumlah terinfeksi sebanyak 12.438 orang, dimana 895 orang meninggal dunia.
Penelusuran kontak, prosedur karantina yang ketat, dan pembatasan perjalanan yang terukur, adalah kunci sukses Singapura menangani pandemi ini. Pemerintah benar-benar serius mengurus rakyatnya. Baik upaya pemutusan penyebaran ataupun penanganan terhadap korban yang terdampak virus Corona.
Dalam Islam sendiri, kita bisa mencontoh kebijakan Rasulullah dan para khalifah saat terjadi wabah.
Rasulullah telah memberi teladan kepada umatnya tentang penyakit. Penyakit dan semua yang terjadi adalah atas kuasa Allah. Ini akidah yang membuat manusia akan selalu kembali kepada Allah. Memohon ampun kepada Allah. Memohon keselamatan kepada Allah. Tapi di saat yang sama Rasulullah mengajarkan agar pengikutnya menggunakan ilmu. Dan ilmu itu pun dari Allah. Ilmu menanggulangi penyebaran penyakit dan ilmu menyembuhkan penyakit. Menghindari penyakit harus dilakukan. Acuh dan cuek dengan aturan, sehingga menyebabkan diri dan orang lain menjadi sakit adalah dosa. Ini adalah bentuk menjatuhkan diri dalam kerusakan. Allah melarang manusia abai dengan amanat tubuh dan jiwa.
"Jangan jatuhkan diri kalian dalam kerusakan dan kebinasaan." (QS. al-Baqarah : 195)
Rasulullah, saat seseorang datang ingin baiat. Lalu ketika hendak berjabat tangan, Rasulullah melihat tanda-tanda penyakit kusta di tangan orang itu. Rasulullah urung berjabat tangan. Padahal biasanya Rasulullah berjabat tangan saat menerima baiat. Rasulullah bersabda :
"Firra minal majdzum firooroka minal asad, hindarilah penderita kusta seperti engkau lari dari harimau." (HR. Ibnu Majah)
Rasulullah melakukan langkah tersebut agar penyakit tidak menular. Penyakit diisolasi sehingga mudah ditangani. Tentu bukan berarti abai akan takdir Allah.
Sungguh tepat pula yang dilakukan Khalifah Umar bin Khattab. Saat perjalanan menuju Syam, beliau mendengar kabar ada wabah penyakit di Syam. Setelah bermusyawarah dengan sahabat senior, beliau memutuskan membatalkan perjalanan. Beliau memilih kembali pulang ke Madinah. Saat ditanya seorang sahabat, apakah pulang ini berarti lari dari takdir Allah? Mungkin sahabat ini ingin tetap melanjutkan perjalanan sembari tawakkal kepada Allah. Khalifah Umar menjawab : Kita lari dari takdir Allah menuju takdir yang lain, yang juga ketetapan Allah. Lalu Khalifah Umar memberikan analogi : Jika kalian sedang berternak unta, lalu mendapati di sana ada hamparan tanah yang subur penuh rerumputan dan di tempat lain ada hamparan tanah kering kerontang. Bukankah kalian akan memilih membawa unta kalian ke tanah yang subur? Inilah usaha yang diperintahkan Allah.
Demikianlah, teladan Rasulullah saw. dan Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu anhu dalam mengurus urusan rakyatnya. Bagi penduduk di wilayah yang mengalami wabah dilarang keluar wilayah. Bagi yang ada di luar wilayah dilarang memasuki wilayah yang terkena wabah. Segalanya juga dilakukan cepat. Mengapa bisa cepat? Tidak lain karena mereka memiliki perhatian besar terhadap rakyat, khawatir jika ada hak rakyat yang lambat sampai kepada mereka akan menyebabkan mereka kesulitan, dan menyulitkan rakyat adalah dosa besar yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Maka, sudah saatnya kita kembali kepada aturan Islam yang telah terbukti mampu menguasai 2/3 wilayah dunia dan memberi rahmat ke seluruh alam. Menerapkan seluruh aturan Allah secara kafah, termasuk saat menghadapi wabah. Sehingga bila semua menyadarinya, kehidupan bisa kembali normal. Sebaliknya, bila tidak menerapkannya akan muncul problematika baru.
Wallahu a'lam bishshawab.
Post a Comment