By : Ummu Aqiil
Disaat banyaknya wacana yang diterapkan ditengah wabah pandemi Covid-19 yang belum usai, nyatanya ada banyak kasus yang menyalahi wacana yang sudah diberlakukan tersebut. Salah satunya tersiar kabar diberi ijin masuknya TKA China sebanyak 500 orang untuk bekerja di PT. Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI), Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, saat wabah Covid-19 belum berakhir dan di tengah diberlakukannya PSBB dan pelarangan mudik bagi masyarakat Indonesia.
Masuknya 500 TKA China di Sulawesi tenggara tersebut, menurut Kementerian Ketenagakerjaan tidak dapat ditolak. Karena kabarnya telah diajukan dua perusahaan nikel tersebut. Aris Wahyudi, selaku Plt. Dirgen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja, menurutnya masuknya TKA asal China tersebut telah diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM nomor ll tahun 2020 pasal 3 ayat (1) huruf f, dimana menyebut orang asing yang akan bekerja pada proyek strategis nasional tidak dilarang masuk ke Indonesia selama pandemi Covid-19.
"Pemerintah kan harus satu bahasa, harus ada kepastian hukum. Artinya mereka boleh masuk," ungkap Aris, Jum'at, 1 Mei 2020.
Aris juga menambahkan, bahwa sekitar 500 TKA asal China tersebut akan bekerja di dua proyek strategis nasional. Dari sisi legalitas menurutnya tidak bisa menolak. Tentu penuturan tersebut bertolak belakang dengan ketatnya peraturan untuk rakyatnya sendiri.
Namun dari berbagai pihak sangat menyayangkan yang dilakukan pemerintah. Diantaranya dari Politisi PKS, Tifatul Sembiring, yang meminta kepada presiden Joko Widodo untuk menjelaskan kedatangan TKA China pada akun Twitter.
"Warga Negara Indonesia diminta disiplin #dirumahaja saat PSBB, Dilarang Mudik. Tidak boleh naik pesawat. Diancam penjara dan denda jutaan.
Lha, kalau ini bagaimana menjelaskannya Pak @Jokowi? Tulis Tifatul.
Upaya mendukung penolakan datangnya TKA China pun datang dari Politisi Gerindra, Fadli Zon, yang menganggap sangat keterlaluan memasukkan TKA China saat pandemi Covid-19, apalagi buruh lokal masih ada. Hal ini menurut Fadli Zon, sangat bertentangan dengan semangat PSBB dan karantina. Apalagi China merupakan sumber wabah.
(wartaekonomi. co.id).
Anggota DPR-RI Dapil Sultra, Wa Ode Rabia Al Adawia Ridwan, dengan tegas menolak masuknya TKA asal China sebanyak 500 orang. Yang sebelumnya telah masuk sebanyak 49 orang sudah sangat meresahkan. Apalagi Sulawesi tenggara sudah dikategorikan daerah yang rawan terpapar Covid-19. Walaupun begitu beberapa kepala daerah menurut Rabia, sudah mengambil langkah berani untuk membatasi pergerakan orang dari luar dan warga yang akan keluar. Yang menurutnya seharusnya hal ini diapresiasi oleh pemerintah pusat. Rabia juga menyayangkan dukungan pemerintah terkait TKA China yang masuk, ditengah banyaknya PHK yang terjadi di Sultra.
(Liputan 6. Com, Kendari).
Memang sudah tabiat dari sistem sekuler kapitalisme yang membuat peraturan berdasarkan pemikiran yang cenderung kepada hawa nafsu dan kemanfaatan belaka. Namun sebenarnya hal yang jauh lebih buruk dapst menimpa. Ini jarang dipikirkan oleh para pemimpin yang cenderung rakus akan kekuasaan.
Berbeda dengan apa yang dilakukan ketika Islam diterapkan. Dimana segala peraturan yang diambil dan akan diterapkan bukan hanya sekedar manfaat belaka. Pemikiran yang diambil pun sesuai dengan syariat Islam. Yang bertujuan untuk kemashlahatan seluruh warga.
Tidak ada istilah mencari kesempatan dalam kesempitan. Yang seharusnya seorang pemimpin lebih fokus melindungi dan mensejahterakan rakyatnya. Khalifah sebagai seorang pemimpin bagi rakyat yang di pimpinnya akan terus berusaha melindungi dan mensejahterakan warga yang hidup dalam naungan khilafah baik muslim maupun non muslim. Kebijakan yang diambil harus sesuai dengan hukum Syara' dan bukan pemikiran semata. Sehingga tidak menimbulkan kegaduhan dan kekacauan ditengah-tengah masyarakat. Semua dilakukan Khalifah berdasarkan tuntunan syari'at.
Khalifah Umar bin Khattab, misalnya ketika terjadi wabah mempraktekkan sendiri apa yang pernah beliau ucapkan tentang nasihatnya ketika manusia menghadapi masalah. Yang pertama, menyelesaikan masalah dengan ide yang justru semakin merusak. Kedua, menyelesaikan masalah dengan berkonsultasi dan bermusyawarah kepada yang lebih ahli. Ketiga, bingung dan tidak menyelesaikan masalah, tetapi tidak mau mencari solusi dan tidak mau mendengar saran dan solusi orang lain.
Akhirnya Umar mengambil nasihatnya yang kedua, dan bermusyawarah dan meminta pendapat para sahabat dari kalangan Anshar dan Muhajirin saat terjadi wabah. Yang dianggap memiliki keahlian karena yang dimintai pendapat adalah para pemukanya.
Nasihat juga telah diberikan kepada kita, bagaimana seorang pemimpin harus mengambil sikap yang tegas dalam menyelesaikan masalah dan tidak menyepelekannya. Karena hal itu akan berdampak terus menerus. Kata Umar,
"Masalah tidak bisa diselesaikan kecuali dengan ketegasan tanpa paksaan, dan dibarengi dengan cara lembut tapi tidak disepelekan."
Seharusnya Pemimpin bisa mencontoh hal-hal yang dilakukan Khalifah terdahulu termasuk Umar yang terkenal pawai dalam memimpin rakyatnya. Bukan malah menambah masalah yang sudah ada, yang akhirnya bisa berujung kepada pertikaian yang tidak ada habisnya.
Nasihat juga datang dari Umar bin Khattab, bahwa untuk mempertahankan eksistensi sebuah negeri, maka Umar memilih orang-orang yang terbaik untuk membangun suatu daerah yang dipimpinnya. Hal itu pernah dikisahkan ketika ada suatu wilayah yang nyaris hancur, padahal wilayah itu sudah dibangun dan berkembang. Lalu ada yang bertanya, "bagaimana bisa ada kampung yang hancur, padahal sudah dibangun kokoh dan berkembang? Umar menjawab, "jika para pembuat dosa lebih hebat daripada orang-orang yang baik di daerah itu, kemudian pemimpin dan tokoh masyarakatnya adalah orang-orang munafik. (Dikutip dari Republika co.id).
Jadi telah jelas sudah kerusakan dari sistem sekuler kapitalisme yang tidak mungkin akan dapat dipertahankan, jika tidak ingin menemukan hal yang lebih parah lagi. Dan kebaikan yang banyak akan tampak di sistem Islam yang telah banyak dilalui orang-orang beriman terdahulu.
Seharusnya umat semakin sadar dan mau mengganti sistem sekuler kapitalisme ini dengan sistem Islam yang aturannya berasal dari Allah SWT dan diterapkan manusia berdasarkan kitabullah dan Sunnah Rasul, melalui persatuan umat dalam bingkai Khilafah.
Wallahu a'lam bish shawab.
Post a Comment