Oleh: Dede Ummu Lulu
Ibu Rumah Tangga
Sungguh sangat memperihatinkan disaat rakyat berjuang di tengah kehidupan yang begitu sempit untuk bertahan hidup dalam pandemi Covid 19, para pemangku kebijakan justru memperlambat datangnya bantuan sosial (bansos) berupa paket sembako untuk warga terdampak virus Corona (Covid-19). Sebagaimana pemberitaan yang beredar hal itu disebabkan karena menunggu, "tas yang bertuliskan 'Bantuan Presiden". Seperti diakui Mensos Juliari batubara.
Tas untuk mengemas paket sembako itu berwarna merah putih dan bertuliskan 'Bantuan Presiden RI Bersama Lawan Covid-19'. Di tas itu juga terdapat logo Presiden Republik Indonesia dan Kementerian Sosial serta cara-cara agar terhindar dari virus corona.
Sudah menjadi rahasia umum, jika rezim sekarang memang dikenal hobi melakukan pencitraan. Bahkan demi mensukseskan pencitraannya, negara rela menyiapkan anggaran besar untuk membayar buzzer yang selalu bertindak sebagai cheerleaders.
Namun pencitraan itu selalu terbongkar, karena memang kebijakan-kebijakan yang diambil seringkali menafikan kepentingan rakyat banyak. Bahkan makin lama membuat rakyat bertambah susah saja. Begitulah alaminya kebijakan yang lahir dari aturan rusak sistem kapitalisme sekularisme, aturan ini menempatkan penguasa dan rakyat ibarat penjual dan pembeli. Maka wajar hubungan yang terjalinpun sebatas untung rugi. Penguasa ingin untung, tak mau rugi sekalipun itu menyangkut kebutuhan penting bagi kehidupan rakyat banyak.
Hal ini jauh berbeda dengan kepemimpinan Islam. Yang atas nama Allah, seorang pemimpin yaitu khalifah atau amirul mukminin diberi tanggung jawab oleh syara’ sebagai pengurus dan pelindung umat. Hingga keberadaan negara dan penguasa betul-betul dirasakan sebagaimana orang tua menjaga dan melindungi anaknya.
Penguasa dan negara dalam kepemimpinan Islam, benar-benar peduli atas pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya. Tanpa berhitung untung rugi apalagi berpikir mencari untung dari rakyatnya. Hingga sejarah peradaban Islam, kaya dengan kisah menakjubkan tentang ketinggian level kesejahteraannya.
Semua ini sangat mungkin terwujud karena aturan hidup yang diterapkannya, berasal dari Allah yang Maha Pencipta. Yang telah menetapkan bahwa bumi dan kekayaan yang ada di dalamnya adalah milik umat dan wajib dikelola sesuai syariat yang dipastikan akan membawa maslahat.
Kepemimpinan Islam yang ideal seperti ini, tak hanya mungkin terwujud di masa lalu, tapi juga di masa kini dan masa yang akan datang. Karena syariat Islam datang dari Zat Yang Mahasempurna. Dan datang sebagai solusi atas problem manusia yang tak lekang oleh masa.
Oleh karenanya, sudah saatnya umat kembali mewujudkan kepemimpinan Islam dan mencampakkan sistem yang ada sekarang. Karena terus berharap sistem ini bisa membawa kebaikan, hanyalah impian kosong di siang bolong!
Bahkan Allah telah memastikan, bahwa berpalingnya manusia dari aturan Allah adalah jaminan akan tetapnya kesempitan bagi kehidupan mereka. Tak hanya di dunia saja, tapi juga hingga akhirat. Allah SWT berfirman,
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaha: 124)
Wallahu’alam Bi Shawwab.
Post a Comment