New Normal Life, Kebijakan yang Gegabah!


Oleh : Neneng Sriwidianti
Pengasuh Majelis Taklim dan Member AMK

Angka yang terpapar virus Covid-19 sampai hari ini terus bertambah. Akan terus bertambah ketika arus balik mulai terjadi. Pro dan kontra pun merebak di tengah-tengah masyarakat ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menjalankan kehidupan new normal. Yang menjadi pertanyaan sudah siapkah pemerintah dengan kebijakan yang diambilnya? Atau hanya sekadar membebek kepada tren internasional?

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr Hermawan Saputra, mengkritik persiapan pemerintah menjalankan kehidupan new normal. Menurut dia belum saatnya, karena temuan kasus baru terus meningkat dari hari ke hari.

"Saya kira baru tepat membicarakan new normal ini sekitar minggu ke tiga/empat Juni nanti maupun awal Juli. Nah sekarang ini terlalu gegabah kalau kita bahas dan memutuskan segera new normal itu," ujar Hermawan saat dihubungi merdeka.com, (25/5/2020).

Pernyataan pemerintah ini dinilai sebagian orang cukup beresiko, karena akan membuat persepsi masyarakat seolah-olah telah melewati puncak pandemi Covid-19. Namun kenyataan di lapangan, pemerintah belum mempersiapkan ke arah new normal tersebut.

Karena menuju new normal ini ada beberapa syarat yang harus dipenuhi : 

1. Harus sudah terjadi perlambatan kasus. Sementara fakta yang ada, tiap hari terjadi penambahan kasus baru.

2. Sudah dilakukan optimalisasi PSBB.

3. Masyarakatnya sudah lebih ️menahan diri dan meningkatkan daya tahan tubuh masing-masing.

4. Pemerintah sudah menyiapkan dan memperhatikan infrastruktur pendukung untuk new normal.

Syarat-syarat tersebut rasanya belum terpenuhi oleh pemerintah. Inilah dampaknya ketika sistem kapitalisme diambil sebagai rujukan, penguasa setengah hati dalam mengambil kebijakan. Yang terpenting bagi mereka, bagaimana ekonomi bisa berjalan normal tanpa memperhatikan fasilitas pendukungnya, baik dari sisi peningkatan 
penanganan wabah atau dari aspek kesehatannya.

Belum lagi melihat kondisi yang ada sekarang, alih-alih ekonomi bangkit, justru akan membahayakan manusia. Wabah gelombang kedua mengintai di depan mata.

Islam adalah agama yang paripurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Termasuk di dalamnya aspek kesehatan dan keamanan untuk terhindar dari wabah.️ ️Aspek kesehatan dan keamanan dalam Islam disejajarkan dengan kebutuhan pangan. Ini menunjukkan bahwa kesehatan dan keamanan statusnya sama sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh negara kepada rakyatnya per individu.

Pemerintah seharusnya merujuk kepada Islam untuk mengatasi wabah pandemi ini, yaitu sebagai berikut :

1. Edukasi preventif dan promotif.
Ketakwaan yang ada pada diri seseorang menjadi sebuah keniscayaan. Dari situlah tumbuh kesadaran untuk berlaku pola hidup sehat, pola makan sehat dan berimbang serta perilaku dan etika makan. Negara juga memiliki peran untuk senantiasa menjaga perilaku sehat warganya. Selain itu, pemerintah juga mengedukasi agar ketika terkena penyakit menular, disarankan menggunakan masker. Dan beberapa etika ketika sakit lainnya.

2. Sarana dan prasarana kesehatan.
Pelayanan dan kesehatan berkualitas hanya bisa direalisasikan jika didukung dengan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai serta sumber daya manusia yang profesional dan kompeten. Penyediaan sarana ini menjadi tanggung jawab negara dan kewajiban negara.

3. Membangun sanitasi yang baik.
Negara juga punya kewajiban untuk membangun sanitasi. Tidak dapat dipungkiri, bahwa sanitasi yang buruk juga menyumbang terjadinya wabah penyakit menular.

4. Membangun ide karantina.
Berikhtiar dengan melakukan pencegahan agar virus tidak menyebar kepada diri sendiri atau kepada orang lain. Ikhtiar ini harus dilakukan dalam skala individu, maupun skala berjemaah. Nabi shallallahu alaihi wassalam bersabda :
"Apabila kalian mendengar tentangnya (wabah penyakit) di sebuah tempat, maka janganlah kalian masuk ke dalamnya, dan bila kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar daripadanya sebagai bentuk lari dari padanya." (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Bertawakal kepada Allah Swt.
Setelah melakukan ikhtiar-ikhtiar yang ada, maka pada akhirnya semua kita serahkan kepada Allah Swt. Yang pasti setelah negara menyerahkan segala upayanya untuk mengatasi wabah ini.

Semua ini hanya bisa terwujud ketika Islam diterapkan secara kafah oleh seorang khalifah. Khilafah satu-satunya sistem yang bisa mewujudkannya. Mari kita segera berjuang untuk mewujudkan mahkota kewajiban bagi umat Islam yaitu tegaknya kekhilafahan Islam yang terakhir.

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post