Mencipta Kebersamaan Keluarga Berkualitas di Tengah Badai Corona

By : Rizki Sahana
(Homeschool Offender, Aktivis Muslimah)

Kebersamaan keluarga yang berkualitas, yakni dalam konteks memiliki nilai dihadapan Allah, akan tercipta manakala seluruh anggota keluarga memahami visi yang sama, yakni meraih ridha dan surga Allah.

Keluarga ini menjadi keluarga yang solid sekaligus tangguh dalam menghadapi berbagai ujian dan tantangan kehidupan. Sebab tujuan setiap anggotanya sama, menuju ke satu titik. Bukan hanya hendak meraih kebahagiaan di dunia, tapi sekaligus keselamatan di akhirat.

Karenanya, resesi ekonomi global dan gelombang PHK massal sebagai akibat penerapan Kapitalisme bersamaan dengan terjadinya wabah Corona, sama sekali tak membuat retak bahtera bahkan menghancurkannya, justru semakin membuatnya kokoh. Sebab situasi dan kondisi yang sulit mendorong keluarga untuk banyak berbenah. Fokus pada upaya mencari solusi dan bersabar atas qadha Allah.

Masing-masing anggota keluarga bekerja sama dan saling support. Bukan sebaliknya, saling menyalahkan sehingga melahirkan friksi dan percekcokan yang menambah berat masalah. Semuanya konsisten pada peran dan amanahnya masing-masing, sembari saling menguatkan dan menyemangati.

Ayah tampil sebagai pemimpin yang bertanggung jawab dan bijak menghadapi situasi yang terus berubah. Walau mungkin penghasilan ayah berkurang, tapi ayah tegas mendidik istri dan anaknya disiplin menggunakan nafkah yang diberikan hanya untuk kebutuhan yang urgen dan perlu. Bahkan jika penghasilannya jauh di bawah kecukupan, maka ayah menempa anggota keluarga untuk bersabar.

Demikian pula ibu. Ia menjadi istri yang qanaah terhadap pemberian suami, sekaligus menjadi ibu yang penuh ketauladanan di hadapan anak-anaknya. Ibu mencontohkan hidup sederhana dan prihatin. Menghemat pengeluaran sebisa mungkin. Serta cerdas mengelola suasana rumah menjadi surga dunia yang diliputi rasa syukur.

Anak-anak dibiasakan taat, kepada syariat juga kedua orang tua. Sehingga mereka menjadi qurrota a'yun di tengah situasi pandemi ini, serta menjadi partner dalam meraih kebaikan.

Berikutnya, kebersamaan dengan keluarga tak berhenti pada upaya membangun kekompakan dan ketangguhan di dalam rumah saja, namun harus lebih luas lagi, yakni berkontribusi dalam upaya membangun masyarakat dan bangsa yang kuat.  Sebab mustahil mempertahankan keutuhan dan kebersamaan keluarga di tengah badai kerusakan yang terus merajalela dan tak henti menggerogoti bangunan keluarga.

Maka, keluarga juga harus aktif melakukan amar ma'ruf nahi munkar di tengah umat (bersama dengan keluarga-keluarga yang lain), mengedukasi umat untuk mengadopsi Islam sebagai solusi permasalahan mereka. Sehingga umat terbebas dari lumpur hitam kesempitan hidup akibat menerapkan aturan bermasyarakat dan berbangsa yang cacat, merusak, serta membawa penderitaan tak berkesudahan.

Demikianlah, kebersamaan berkualitas hanya akan kita peroleh ketika kita mempersembahkan hidup kita semata untuk ketaatan, yakni ibadah kepada Allah. Kelak, kebersamaan abadi juga akan kita raih saat berkumpul kembali di jannah-Nya. InsyaAllah.[]

Post a Comment

Previous Post Next Post