Oleh : Muliyanum
(Aktivis Dakwah Lubuk Pakam)
Dampak sosial akibat wabah menyebabkan semakin maraknya kerusakan masyarakat berupa kriminalitas, perselisishan hingga bunuh diri namun tindakan penanganan malah kontraproduktif. Misalnya asimilasi Napi. Beginilah jikalau standart hukum di serahkan pada manusia. Menurut dia baik belum tentu menurut yang lain baik. Masalah yang timbul bertubi tubi pasca corona tak kunjung selesai, karena penanganan masalah berpijak pada sekuler yang berorientasi menyelesaikan masalah hanya dampak fisik semata. Akibatnya malah menambah penderitaan masyarakat.
TEMPO.CO, Jakarta - Kriminalitas selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta mengalami tren peningkatan. Secara nasional, Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia mencatat ada kenaikan kasus kriminalitas sebesar 11,80 persen dari pekan ke-15 hingga pekan ke-16 di 2020.
Selama 14 hari pelaksanaan PSBB Jakarta jilid I dan daerah penyangga sekitarnya, Tempo mencatat ada sejumlah tren kriminalitas yang meningkat. Beberapa kasus bahkan terjadi secara berulang. Kriminalitas pertama yang paling sering terjadi adalah tawuran.
Pada 20 April 2020, seorang remaja 18 tahun inisial MR harus dirawat karena terkena sabetan celurit di perut setelah mengikuti tawuran di Kelurahan Karang Anyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat. Dua hari sebelumnya, empat pemuda di Ciracas, Jakarta Timur inisial IR (18 tahun), AW (19), BST (17) dan MS (17) ditangkap polisi karena diduga akan tawuran. Polisi juga menyita sejumlah barang bukti berupa senjata tajam.
Masih di hari yang sama atau 18 April 2020, terjadi dua kali tawuran di Jakarta. Kelompok pemuda Menteng Tenggulun dengan pemuda Manggarai Selatan saling serang di sekitar Stasiun Manggarai sore harinya. Pada dini harinya, kelompok pemuda di kawasan Kanal Banjir Barat, Palmerah, Jakarta Barat terlibat tawuran sebelum dibubarkan oleh polisi.
Mundur beberapa hari, remaja 16 tahun inisial BP tertabrak KRL Jabodetabek pada Rabu siang, 15 April 2020. Dia tertabrak kereta dari belakang saat sedang tawuran di rel arah ke Stasiun Duri, Jalan Setia Kawan Ujung, RW 09, Gambir, Jakarta Pusat.
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pria berinisial JT ditemukan meninggal dunia karena gantung diri di sebuah kamar kos yang berlokasi di Kembangan, Jakarta Barat, Selasa (21/4). Di duga, korban bunuh diri karena di PHK.
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah kejahatan menonjol terjadi saat pandemi covid-19. Kebutuhan tinggi jelang Ramadan ditengarai turut mempengaruhi. Belum lagi pembebasan ribuan narapidana dengan dalih mengurangi risiko penyebaran di dalam sel bui.
Sejumlah kasus perampokan jadi yang paling menyita perhatian. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus mengatakan pelaku menargetkan minimarket atau toko yang menjual kebutuhan sehari-hari.
Sementara itu Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Asep Adi Saputra mengatakan peningkatan angka kejahatan selama masa pandemi corona sekitar 11,8 persen.
Reza mengkritik sejumlah pihak yang menyatakan angka residivisme relatif rendah dibanding jumlah keseluruhan napi yang dibebaskan.
Ia mengutip hasil riset Department of Justice Amerika Serikat yang dirilis pada 2018. Hasilnya, 412.731 napi yang bebas di 30 negara bagian pada tahun 2005, hampir 45 persen di antaranya kembali diamankan pihak penegak hukum dalam kurun 1 tahun sejak keluar dari gerbang lapas.
"Yang terbanyak adalah eks-napi penyalahgunaan narkoba, disusul eks-napi kejahatan properti dan eks-napi kejahatan dengan kekerasan," imbuhnya.
Sementara itu pengamat sosial Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun mengatakan corona memang berimbas pada semua aspek kehidupan masyarakat. Dari mulai pengangguran, peningkatan angka kemiskinan, hingga kejahatan.
Ubedilah juga menyoroti pembebasan napi saat pandemi corona. Menurutnya, sekitar 15 atau 20 persen napi yang dibebaskan memiliki kecenderungan untuk kembali berbuat jahat.
Ubedilah mengatakan, imbas pandemi corona bukan hanya terjadi di Indonesia, namun juga terjadi di sejumlah negara lain seperti Filipina, India, bahkan di Amerika. Bukan cuma kejahatan, corona juga bisa berpotensi menimbulkan kerusuhan.
Karena itu ia mengingatkan pemerintah agar tak hanya bekerja keras, namun juga harus cerdas mengatasi hal ini.
Masyarakat membutuhkan penanganan komprehensif dan Islam mampu menghadirkan masyarakat yang kuat iman dan memiliki ketahanan mental dan fisik untuk menjalani hidup saat kondisi pandemic.
Sistem Islam, betul-betul menempatkan amanah kepemimpinan selaras dengan misi penciptaan manusia dan alam semesta. Yakni, mewujudkan rahmat bagi seluruh alam, tanpa batas imajiner bernama negara bangsa.
Dan misi ini terefleksi dalam semua aturan hidup yang diterapkan, termasuk sistem ekonomi yang kukuh dan menyejahterakan.
Sistem ekonomi Islam akan membuat negara punya otoritas terhadap berbagai sumber kekayaan untuk mengurus dan membahagiakan rakyatnya. Di antaranya menerapkan ketetapan Allah swt bahwa kekayaan alam yang melimpah adalah milik umat yang wajib dikelola oleh negara untuk dikembalikan manfaatnya kepada umat.
Bayangkan jika seluruh kekayaan alam yang ada di negeri ini dan negeri Islam lainnya diatur dengan syariat, maka umat Islam akan menjadi negara yang kuat, mandiri dan memiliki ketahanan secara politik dan ekonomi. Bukan seperti sekarang, negara malah memberikannya kepada asing.
Dengan demikian, negara akan dengan mudah mewujudkan layanan kebutuhan dasar baik yang bersifat individual dan publik bagi rakyatnya, secara swadaya tanpa bergantung sedikitpun pada negara lain. Bahkan negara lainlah yang bergantung kepada negara khilafah.
Sehingga saat negara dilanda wabah penyakit, sudah terbayang negara akan mampu mengatasinya dengan kebijakan tepat dan komprehensif. Lockdown akan mudah diterapkan sebagai bagian dari pelaksanaan syariat, tanpa khawatir penolakan, tanpa halangan egoisme kelokalan dan tanpa khawatir kekurangan banyak hal.
Rakyat pun akan taat karena paham kepentingan dan merasa tenteram karena semua kebutuhannya ada dalam jaminan negara. Sementara tenaga medis akan bekerja dengan tenang karena didukung segala fasilitas yang dibutuhkan dan insentif yang sepadan dengan pengorbanan yang diberikan.
Bahkan riset pun memungkinkan dengan cepat dilakukan. Hingga ditemukan obat yang tepat dan wabah pun dalam waktu cepat bisa ditaklukkan.
Inilah yang pernah terjadi di masa saat sistem Khilafah ditegakkan. Beberapa wabah yang terjadi bisa diatasi karena adanya peran aktif dan serius dari negara, sekaligus didukung oleh rakyat yang mentaati semua arahan-arahannya.
Sehingga Khilafah yang kekuasaannya menganut prinsip sentralisasi menjadi sebuah otoritas yang terbukti kredibel sekaligus kapabel untuk menyelesaikan semua persoalan. Hingga umat Islam pun mampu keluar dari berbagai ujian yang menimpanya dengan penanganan yang cepat dan tepat.
Wajar jika saat itu Khilafah selalu menjadi tumpuan negara-negara lain. Sekaligus mampu tampil sebagai teladan dan menjadi pemimpin peradaban yang menebar kebaikan.
Termasuk ketika mereka menghadapi bencana seperti yang menimpa Irlandia. Saat itu, Khilafah memberi bantuan yang memberi kesan abadi pada rakyat Irlandia, hingga simbol Khilafah mereka sertakan dalam benderanya.
Dengan demikian, amat jauh berbeda antara sistem sekuler yang sekarang diterapkan dengan sistem Khilafah ajaran Islam. Wajar jika hari ini, makin banyak orang yang merindukannya. [MNews-SNA]
Jika islam di terapkan maka persoalan yang ada dinegeri ini akan segera terselesaikan, termasuk kerusakan sosial. Wallahu a`lam Bishowab.
Post a Comment