Oleh: Umi Fia
(Aktivis Muslimah Peduli Umat).
Hingga hari ini Indonesia dan dunia masih di hadapkan pada pandemi covid-19. Sebelum virus menyerang Indonesia, Indonesia sudah mengalami masa-masa sulit, seperti kesehatan mahal, kemiskinan meningkat dan lain-lain. Dan ketika virus datang kondisi Indonesia semakin parah, banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaannya, hingga mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, bahkan sebagian masyarakat mengalami depresi, hingga memilih jalan bunuh diri. Seperti yang terjadi di Kembangan Jakarta barat, 21 april kemaren, seorang pria berinisial JT di temukan meninggal dunia karena gantung diri di sebuah kamar kosnya.
Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Kembangan AKP Niko Purba mengatakan jasad korban pertama kali ditemukan oleh adik korban. Dan menurut adiknya si korban memang mempunyai masalah pekerjaan, sebulan lalu korban dirumahkan atau di PHK, tuturnya.
Selain masa-masa sulit yang berdampak buruk di atas masyarakat kembali di buat resah dengan di luncurkannya program asimilasi napi oleh Menkumham. Menkumham Yasona Lauly pun akhirnya di gugat ke pengadilan oleh sejumlah aktivis hukum yang tergabung kelompok masyarakat sipil, karena faktanya para napi itu kembali berulah dan membuat warga resah. Pembebasan napi yang beralasan untuk pencegahan penularan covid-19 tak sebanding dengan rasa aman yang kian menjauh dari masyarakat.
Di lansir dari kompas.com tercatat 13 kasus kriminalitas yang dilakukan para napi yang baru keluar tersebut. Kasus pencurian motor, penjambretan dan lain- lain.
Pembesasan napi selain beralasan untuk pencegahan penularan covid-19 Menkumham Yasona Lauly juga menyampaikan bahwa pembebasan napi pun dapat menghemat anggaran negara hingga Rp 260 miliar. Lagi-lagi pemerintah lebih mementingkan penghematan anggaran, alih- alih menyelamatkan, mereka tak peduli berapa nyawa yang harus di korbankan, mereka hanya peduli berapa rupiah yang harus di selamatkan.
Inilah bukti ketidak seriusan pemerintah dalam menangani covid-19 hingga menuai kegagalan. Bukannya menyelesaikan masalah tapi menambah masalah- masalah baru, yang semakin memperkeruh kondisi negeri ini. Sudahlah dikepung virus yang tak kasat mata, masyarakat pun di kepung oleh potensi kriminalitas yang tak kalah ngerinya dengan covid-19.
Semua ini terjadi karena semata-mata pijakan pengambilan kebijakan yang sekuler, buah dari di terapkannya sistem demokrasi, yang mana dalam sistem tersebut aturan sang pencipta tidak boleh ikut andil untuk mengatur urusan kehidupan. Sehingga wajar jika produk yang di keluarkan tidak sempurna dan bisa di pastikan akan membawa pada jalan kerusakan.
Sistem kehidupan yang sekuler dan hukum sanksi yang tidak memberi efek jera telah menyebabkan manusia ringan dalam melakukan kejahatan. Budaya permisif, individualisme, kebebasan bertingkah laku yang di jamin oleh undang-undang ikut menyumbang perilaku amoral yang berujung pada kriminalitas. Akhirnya penjara penuh di isi para penghuni baru, dan penghuni lama yang terus mengulang kejahatannya.
Berbeda dengan sistem Islam. Islam melahirkan pemimpin yang amanah, yang mengurus dan menjaga rakyat dengan melaksanakan seluruh syariat. Karena hanya syariat Islam yang akan memberi maslahat dan penjagaan sempurna pada seluruh umat. Sehingga umat hidup dalam kebaikan dan kesejahteraan, hak- hak mereka terpenuhi, dan mereka pun terjaga dari kejahatan pihak- pihak yang menghendaki keburukan. Dan Islam juga mampu menyelamatkan napi dari covid-19 dan mengembalikan fitrah keimanannya. Inilah fungsi kepemimpinan dalam Islam yaitu seorang pemimpin adalah sebagai pengurus ( ra'in) dan penjaga ( junnah), jadi Islam itu tidak hanya mengurus urusan ibadah mahdhoh saja, tetapi Islam mengatur seluruh aspek kehidupan. Sehingga Islam mampu melahirkan masyarakan yang kuat keimanannya, dan memiliki ketahanan mental dan fisik untuk menjalani hidup di masa pandemik.
Dan kalaupun ada sejarah umat Islam pernah mengalami masa-mas sulit, maka negara dan kemimpinan Islam selalu hadir sebagai pengurus dan penjaga masyarakat, hadir menjadi yang terdepan menyelamat umat, membela mereka dan berupaya memenuhi kebutuhan- kebutuhan mereka seraya menyingkirkan kepentingan pribadi dan golongan.
Sebagaimana telah diteladankan oleh baginda Rasulullah saw dan para penggantinya. Beliau rela berlapar- lapar dan berpakaian buruk demi mendahulukan kepentingan rakyatnya. Wajar saja jika saat ini banyak dari kalangan umat Islam bahkan non muslim rindu dengan kepemimpinan Islam. Oleh karenanya umat harus bersatu berjuang demi kembali di terapkannya syariat Islam secara kaffah di muka bumi ini. Allahu Akbar...
Wallahu a'lam bi ash- shawwab.
Post a Comment