Oleh : Wanda Maryam
(Mahasiswi)
Virus Covid 19 masih menghantui dunia hari ini, Berbagai daya upaya untuk memutus mata rantai penyebaran Coronavirus pun terus digencatkan. Salah satunya yaitu adanya larangan mudik dari pemerintah, karena dapat berpotensi besar untuk menyebarluaskan Covid 19. Namun belakangan ini publik dibuat heran dengan pernyataan presiden RI yang dinilai membingungkan terkait penyebutan kata “mudik” .
"Kalau itu bukan mudik, itu namanya pulang kampung," ujar Jokowi dalam wawancara eksklusif di acara Mata Najwa yang disiarkan Trans7, Rabu (22/4/2020). "Memang bekerja di Jabodetabek, di sini sudah tidak ada pekerjaan, ya mereka pulang. Karena anak istrinya ada di kampung."
Di atas merupakan pernyataan Jokowi di wawancara eksklusif mata Najwa yang dilansir dari cbcbindonesia.com. Pernyataan sekaligus jawaban di atas sukses membuat publik bingung. Bagaimana tidak, pasalnya selama ini yang telah kita ketahui bersama bahwa satu kata dan satu klausa tersebut bermakna sama. Pulang kampung adalah mudik, begitu juga sebaliknya. Namun, di wawancara tersebut tampak jelas bahwa Jokowi membantah persamaan makna di antara kata pulang kampung dan mudik. Karena pada kesimpulannya, pulang kampung diperbolehkan sementara mudik dilarang. Sungguh aneh bukan.
(Lihat:https://www.cnbcindonesia.com/news/20200426124911-4-154504/mudik-vs-pulang-kampung-indef-nilai-jokowi-tidak-tegas)
Pemerintah Indonesia meresmikan larangan mudik pada tanggal 23 April, tepatnya sehari sebelum bulan Ramadan untuk wilayah yang telah menetapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Meskipun begitu, banyak masyarakat rantauan yang mencari-cari kesempatan untuk bisa kembali ke rumah. Dari yang mengikuti aturan sampai dengan sembunyi-sembunyi dari aparat yang berwajib. Layaknya memakan buah simalakama, pandemi saat ini berdampak buruk bagi masyarakat. Diam di kota rantauan, tidak ada pekerjaan. Tapi pulang kampung juga tidak diperbolehkan. Sudah banyak jalur perjalanan yang diportal oleh pemerintah untuk mengurangi penyebaran virus ini.
(lihat :https://kumparan.com/kumparannews/permenhub-larangan-mudik-sudah-terbit-bagaimana-aturan-pulang-kampung-1tHiIvW0InF )
Ditambah dengan pernyataan Jokowi yang membingungkan publik, penanganan pencegahan penyebaran virus covid-19 yang dilakukan pemerintah tampaknya tidak membuahkan hasil yang maksimal. Pasalnya sedari awal pemerintah terkesan selalu lamban dalam menangani masalah saat ini. Dengan alasan ekonomi, pemerintah menjauhkan kebijakan lockdown dari Indonesia. Akibatnya bisa dilihat sendiri bagaimana virus covid-19 semakin banyak menginfeksi masyrakat tanah air.
Malangnya, di tengah pandemic ini kita masih harus memikirkan jatuhnya kurs rupiah dan ekonomi kita. Begitu banyak kasus PHK akibat dari pandemi yang terlambat mendapatkan penanganan. Wajar, bagi sistem Kapitalis yang dianut negara ini, tidak ada makan siang gratis. Selagi bagi mereka yang memiliki uang aman-aman saja, pihak kecil yang kena imbasnya menjadi korban pun tak masalah. Toh, bukan mereka yang menjadi korban.
Berbeda dengan sistem Kapitalis yang nyatanya tidak memberikan kemaslahatan pada masyarakat, Islam memiliki sistem yang bertindak preventif. Sebagaimana dikutip dari hadits riwayat Bukhori, Rasulullah memerintahkan untuk bertindak tanpa memandang kedudukan saat wabah apa saja datang. Politik sendiri dalam Islam berarti mengurusi urusan rakyat. Jadi wajar jika pemimpin atau khalifah akan mengedepankan umat tanpa memilih-milih individu mana yang akan diurusi.
Dalam Islam sendiri sudah jelas, seperti yang diambil dari sabda Rasul, saat wabah datang tidak ada yang boleh keluar ataupun masuk ke dalam wilayah tersebut. Kemudian ada hadits lain yang menyebutkan bahwa orang sakit tidak boleh bercampur baur dengan orang sehat.
Sistem Islam memberikan kebijakan yang orientasinya jelas melayani secara utuh kebutuhan rakyat. Sehingga seluruh kebijakan yang dikeluarkan adalah solusi yang mampu menyelesaikan permasalahan. Pun rakyat juga akan mematuhi setiap kebijakan dari kholifah karena memahami dengan benar tujuan kebijakan tersebut adalah buat kebaikan bersama. dan khilafah bertanggung jawab penuh atas konsekuensi pemberlakuannya.
Ma Syaa Allah, semakin jelas sudah kesempurnaan Islam dan aturannya mengatur dengan detail suatu urusan. Begitulah Islam dengan segala kemuliaannya, Islam hadir sebagai jawaban untuk ummat manusia. Namun masih banyak manusia yang belum menjadikan Islam sebagai jawaban untuk kehidupannya. Padahal dengan terterapkannya aturan Islam secara sempurna di kehidupan seluruh permasalahan dapat teratasi dengan tuntas, serta akan terwujudnya keadilan, kesejahteraan karena rahmat yang diberikan Allah SWT kepada umat manusia. Wallahua’lam bisshowab.
Post a Comment