ISLAMOFOBIA LEBIH BERBAHAYA DARI PANDEMI

Oleh : Rita Inala Rayhan
(Praktisi Kesehatan Masyarakat dan Pengamat Kebijakan Publik)

Di tengah pandemik covid-19 ini, umat Islam di berbagai negeri menjadi korban tindakan diskriminasi dan kebencian warga non muslim. Muslim dituduh menjadi sumber sebaran wabah (kasus Jamaah Tabligh) dan sengaja menyebar virus untuk membunuh non muslim. Kelompok-kelompok sayap kanan telah mengambil keuntungan dari ketakutan orang-orang terhadap virus corona ini, melalui teori konspirasi dan disinformasi dengan menjelek-jelekkan kaum muslim, dan menyebarkan propaganda Islamofobia. Di Inggris, polisi kontra terorisme telah menyelidiki puluhan kelompok sayap kanan yang dituduh memicu insiden anti-Muslim selama beberapa pekan terakhir (Republika.co.id).

Diberitakan oleh The Guardian, kelompok supremasi kulit putih menggunakan media sosial untuk memfitnah warga muslim. Di Facebook dan Twitter, mereka menyebar foto dan meme salat berjemaah di masjid Inggris untuk menunjukkan bahwa warga muslim melanggar physical distancing dan semakin menyebar corona. Di India juga demikian. Kelompok Hindu sayap kanan radikal menjadikan muslim sebagai kambing hitam penyebaran virus corona. Terutama karena salah satu klaster penyebaran corona terjadi di markas Jemaah Tablig yang melanggar aturan berkumpul (KumparanNEWS).

Prasangka dan diskriminasi pada Islam dan muslim di tengah wabah ini bisa dikatakan amatlah keji. Ketakutan akan corona ini telah menjangkiti kaum pembenci Islam sampai merekapun mengambil kesimpulan sepihak bahwa corona ini semakin banyak karena Islam dan kaumnya. Sungguh asumsi mereka sangatlah tidak jelas dan beralasan. Padahal awal mula dari virus ini adalah  pola hidup yang tidak normal yaitu memakan sembarang hewan. Mereka menuduh kaum muslim yang beribadah di masjid dan bulan suci Ramadhan adalah pemicu penularan virus. Padahal jauh sebelum peradaban barat ini berkuasa, Islam telah mengajarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang belakangan ini sering disebut PHBS. Islam pun telah mengajarkan bahwa tak semua hewan boleh dimakan. Islam mengajarkan memakan makanan halal lagi thayyib (sesuatu yang tidak menyakitkan dan tidak pula menjijikkan melainkan yang dirasakan enak oleh indra dan juga oleh jiwa kita). Dari pola hidup ini, tentu tak akan menimbulkan mudarat bagi manusia. Kecuali bila manusia melanggar aturan-Nya. Ketaatan pada aturan Allah ini tidak memunculkan yang namanya kerusakan dan bahaya seperti yang terjadi pada saat ini.

Penyakit akut Islamofobia adalah penyakit yang diderita oleh masyarakat sekuler yang terus dan akan terus menyebar ke seluruh dunia, mereka meyebarkannya dengan cara mengkampanyekan antidiskriminasi dan kesetaraan. Padahal faktanya, selalu muncul kasus-kasus islamofobia yang dilakukan oleh kelompok yang terorganisir bahkan menjadi bahan kampanye para politisi misalnya seperti meme, foto, dan video soal muslim di India. Kelompok-kelompok sayap kanan di India dan AS bahkan kompak menggunakan tagar #coronajihad untuk mendiskreditkan umat Islam. Mereka sama sekali tak mau melihat fakta yang sebenarnya.

Islamofobia ini adalah pandemi di atas pandemi. Jika Covid-19 mematikan per individu, maka Islamofobia membunuh Islam sebagai satu-satunya agama yang sempurna. Stigma ini lebih berbahaya daripada stigma yang lainnya. Fakta yang terjadi di India tentang penolakan pasien covid-19 yang beragama Islam adalah salah satu contoh kecil bahaya dari stigma ini. 

Benar kata Allah SWT. dalam QS Ali Imran ayat 118 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.”

Kita kaum muslim yang dijanjikan kehidupan lebih baik di akhirat seharusnya lebih kuat dari apa yang mereka stigmakan. Fakta ini menjadi bukti bahwa masyarakat sekuler adalah masyarakat yang jahil dan sistem saat ini gagal menciptakan keharmonisan masyarakat dan gagal menciptakan integrasi bangsa.

Peradaban Islam telah terbukti selama ribuan tahun lamanya pernah menyatukan keberagaman agama suku dan budaya. Islam tidak menjadikan persoalan SARA sebagai alasan tidak melayani masyarakatnya, sebab negara dalam pandangan Islam adalah menerapkan aturan yang sangat adil baik bagi masyarakat muslim maupun masyarakat non muslim . Mereka semua mendapatkan hak yang sama serta mendapat perlindungan ibadah dari negara. 

Toleransi dalam Islam dijamin oleh negara, berbeda dengan hari ini. Kaum muslim dituntut untuk hormat dan memaklumi agama lain namun dalam waktu yang bersamaan di negeri muslim lain mayoritas warganya mengalami teror saat ingin beribadah. Hari ini kaum muslimin tidak memiliki pelindung/junnah yang melindungi mereka ketika terpojok dan disudutkan oleh stigma negatif. 

Sungguh, kaum muslim wajib untuk mengembalikan junnah itu. Junnah yang menjadikan kaum muslim ibarat satu tubuh, sehingga tubuh kita tak akan terpisah, saling menguatkan dan menopang. Tak akan mudah terpecah belah, lemah dan mudah hancur. Benar kata Nabi SAW. : 
“Sesungguhnya seorang imam adalah perisai, orang-orang berperang dari belakangnya dan menjadikannya pelindung, maka jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘azza wa jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya maka ia harus bertanggungjawab atasnya” (HR. al-Bukhari, Muslim, an-Nasai dan Ahmad).
Wallahu ‘alam bishowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post