Oleh : Faizul Firdaus, S.Si
Ramadhan adalah karunia Allah SWT bagi umat manusia. Dia adalah hadiah terindah bagi kaum yang beriman. Segala keutamaan melekat padanya, bahkan di salah satu malamnya Dia jadikan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Harum kemuliaan bulan ini pun sangat semerbak, bahkan tercium dan dirindukan sejak sebelum kedatangannya. Hingga umat pun berdoa, berharap dapat dipertemukan dengannya. Allahumma bariklanaa fii rojaba wa sya'ban wa ballighna romadhon.
Tiga puluh hari itu tidaklah lama. Seperti hari ini, yang tiba-tiba sudah hari yang kesepuluh. Rasanya masih belum total dan sungguh-sungguh mengejar keutamaan-keutamaan di dalamnya, tiba-tiba sudah berlalu sepuluh hari. Rasanya masih kemarin sahur pertama. Ya demikianlah, hari berlalu dengan cepat.
Ramadan kali ini memang berbeda. Dia hadir dalam kondisi seluruh dunia dilanda wabah. Kaum musliminpun menjalani ramadan kali ini dengan aktifitas yang tidak seperti biasa dan perasaan yang bercampur aduk ada rasa rindu, gembira, sedih, tapi juga diliputi kecemasan.
Iya makhluk Allah yang berukuran kecil ini mampu merubah pola ramadhan yang sudah mendarah daging. Dia mampu mengurangi atau bahkan menghentikan arus lalu lalang manusia. Tapi bagaimanapun juga virus ini adalah makhluk Allah, tentara Allah. Hadir dan hilangnya dia tentu dengan kehendak Allah SWT. Kepada-Nya saja kita mohon agar kita bisa selamat dari wabah ini.
Dalam suasana pandemi, harusnya ramadan kali ini benar-benar terasa khidmatnya. Harusnya khusyuknya kita menghiasi hari-harinya. Kabar kematian akibat serangan virus yang setiap hari dirilis pemerintah harusnya menyadarkan kita betapa maut itu begitu dekat. Betapa lemah dan tidak berdayanya kita. Bahkan sistem pertahan negara barat yang konon katanya anti terorpun tidak berdaya menghadapi serangan makhluk kecil ini. Dia mampu memporak porandakan hampir seluruh negara di dunia. Allahu akbar.. Betapa besarnya kuasa Allah. Allah buat keadaan berubah seketika dengan sangat mudah. Allah kirimkan makhluk tak kasat mata ini untuk memberi pelajaran kepada kita.
Dekaplah ramadan kali ini dengan kekhusyukan. Benamkan diri dengan aktifitas-aktifitas bernilai pahala. Terlibatkah dalam upaya untuk menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran. Karena dalam kondisi wabah seperti ini, taubat yang diperlukan tidak hanya taubat individu, tapi taubat secara nasional agar tidak lagi membuang hukum-hukum Allah SWT, Dzat Yang menciptakan wabah. Jangan biarkan ramadan berlalu dengan kualitas ibadah kita yang masih biasa-biasa saja, padahal kita sedang berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan.
Post a Comment