Berdamai Dengan Corona ?

By : Naraini Khoirina,S.Pd.
(Aktivis, Tenaga Pendidik)

Nyawa rakyat kok dibuat main-main ! Kaget, kecewa, campur aduk perasaan mendengar seruan berdamai dengan corona meluncur dari pemimpin negeri yang sering mengklaim diri sebagai pemimpin yang peduli dengan rakyat. Seperti yang kita tahu, ditengah angka terjangkit Covid-19 yang terus naik menggila, justru Presiden Jokowi mengeluarkan pernyataan dan imbauan agar masyarakat Indonesia berdamai dengan corona hingga ditemukannya vaksin. Angka kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 16.496 per Jum’at (15/5), naik 490 kasus dari hari sebelumnya. Sementara penduduk yang sudah menjalani tes baru 119.728 orang atau 0,04 persen dari total penduduk per Selasa (12/5). Pernyataan tersebut disampaikan Jokowi dan disiarkan oleh YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (15/5/2020). 

Wajar wacana itu memicu berbagai respon kekecewaan dari berbagai pihak. Jusuf Kalla (JK) tak setuju dengan pernyataan tersebut. JK menegaskan bahwa virus Covid-19 ini termasuk ganas, sehingga tak bisa diajak berdamai. "Ini kan virus ganas dan tidak pilih-pilih siapa. Tidak bisa diajak berdamai, kalau namanya berdamai itu, kalau dua-duanya berdamai. Kalau kita hanya ingin berdamai tapi virusnya enggak, bagaimana? Tidak ada perdamaian bagi mereka. Bahwa you bisa kena, bisa mati," ungkap JK. Pengamat komunikasi politik, Kunto Adi Wibowo, pengajar di Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad melihat pemerintahan Jokowi memang kerap memilih diksi dan permainan kata yang cenderung membingungkan masyarakat. Selanjutnya, diksi itu kemudian disiratkan dalam kebijakan pemerintahan yang terkesan tak seirama. 

Presiden menghimbau masyarakat untuk berdamai dengan Covid-19 hingga vaksin ditemukan. Namun fakta dilapang justru menngecewakan. Misalkan saja anggaran di Kemenristek tidak mengalami penambahan, bahkan dipotong besar-besaran. Padahal, riset sangat dibutuhkan untuk menemukan vaksin Covid-19 sebagai cara efektif untuk menyelesaikan darurat kesehatan bencana nasional Covid-19. Perpres 54/2020 yang justru memotong anggaran Kemenristekdikti sebesar Rp 40 Triliun. Dan itu adalah presentasi potongan anggaran terbesar, dibanding dengan pemotongan di Kementrian lainnya. Jika kenyataannya demikian, tak berlebihan jika dikatakan bvahwa seruan damai dengan Covid-19 sama saja dengan memaksa rakyat berdamai dengan bahaya bahkan maut. 

ADA ‘UDANG’ DIBALIK SERUAN DAMAI DENGAN CORONA
Pernyataan Jokowi pun menjadi sorotan lantaran hal itu bertolak belakang dengan apa yang disampaikannya dalam pertemuan virtual KTT G20 pada Maret lalu. Hanya berselang sekitar 2 bulan saja. Kala itu, Jokowi secara terbuka mendorong agar pemimpin negara-negara dalam G20 menguatkan kerja sama melawan Covid-19, terutama aktif dalam memimpin upaya penemuan anti virus dan juga obat Covid-19. Bahasa Jokowi kala itu, ‘peperangan’ melawan Covid-19. Habis perang terbitlah damai ? Ada apa ?

Tidak bisa dipungkiri dan dihindari, sejak wabah corona melanda Indonesia dan PSBB diberlakukan, roda perekonomian terjun bebas. Bahkan beberapa pakar ekonomi menilai ini adalah krisis terparah dibandingkan tahun 1998 lalu. Angka pengangguran meningkat, PHK besar-besaran dari berbagai perusahaan, banyaknya perusahaan bangkrut, hingga berita kelaparan pun menghiasai laman media. Jika PSBB diperpanjang sampai ditemukannya antivirus Covid-19 tentu membutuhkan waktu yang sangat lama. Bahkan dari beberapa pakar memperkirakan waktu penemuan antivirus bisa memakan waktu hingga 2 tahun. Jika dalam jangka 2 bulan saja keadaan ekonomi dalam negeri sudah sangat anjlok, bisa dibayangkan jika menunggu antivirus ditemukan. 

Wajar jika akhirnya pemerintah membuka sektor pariwisata ditengah pandemi.Seolah takmau ketinggalan kementrian perhubungan pun membuka lagi transportasi publik. Mal-mal pun buka dengan bebas tanpa ada protokol yang jelas tentang social distancing. Artinya masyarakat benar-benar dituntut siap berhadapan dengan virus Covid-19 agar roda perekonomian Negara bisa berjalan kembali. Rakyat diwajibkan mampu bertahan hidup dengan caranya sendiri.

Diantara dua pilihan yaitu melakukan PSBB sampai antivirus ditemukan dengan konsekuensi roda perekonomian seret atau mengembalikan roda perekonomian dengan catatan masyarakat dituntut siap menghadapi virus Covid-19 ternyata pilihan kedua lah yang dipilih sistem ekonomi kapitalis. Selama ini negara memang cenderung lalai dalam mengurus dan melindungi rakyat. Menyeru rakyat untuk berdamai dengan virus mematikan jelas merupakan bentuk kezaliman yang nyata. Demi alasan ekonomi, rakyat dibiarkan bebas tertular. Mungkin pikirnya yang kuat pasti bisa bertahan, yang terpenting keselamatan perekonomian ‘the number one’. Inilah wajah sebenarnya dari sistem ekonomi kapitalisme. Karena pada dasarnya sistem kapitalisme tidak akan pernah berpihak kepada rakyat. Rakyat akan selalu dinomorsekiankan. Prioritas utama sistem ini selalu kembali menguntungkan para pemilik modal sekalipun nyawa rakyat taruhannya. 

Narasi demi penyelamatan perekonomian rakyat pun hanya pemanis bibir. Konklusi ini tentu bukan tanpa dasar. Karena faktanya, selama ini rezim pemerintah telah setia menjalankan arahan ekonomi kapitalisme global. Kekayaan alam milik rakyat pun nyaris seluruhnya dikuasai korporasi lokal dan internasional. Bahkan hajat hidup orang banyak pun habis dikapitalisasi untuk kepentingan kapitalisme global. Roda ekonomi yang sedang coba kembali diputar sejatinya adalah roda ekonomi kapitalisme global. Bukan roda ekonomi rakyat yang di situasi wabah semestinya jadi tanggungan pemerintah. Belum lagi jika ditelisik nleih dalam, konsep berdamai dengan corona sejatinya adalah turunan dari narasi “a new normal life” PBB. Sementara PBB selama ini menempatkan diri sebagai corong kepentingan negara adidaya kapitalisme global.

Bagi peradaban kapitalisme, konsep jahat seperti ini sah-sah saja bahkan sudah menjadi watak asli dari lahirnya. Karena dalam peradaban ini semua aspek, bahkan kemanusiaan dan urusan nyawa manusia sekalipun tak lebih mahal dari kepentingan modal. Atas dasar apa masih tetap setia dengan model sistem hidup yang tak memanusiakan manusia ini ?

ISLAM MENSOLUSI TANPA MENGORBANKAN RAKYATNYA
Penyelesaian masalah dengan system Kapitalisme bak lingkaran setan, ‘muter-muter” tak kunjung usai. Sekalinya menyerukan solusi tapi nyawa rakyat sebagai tumbalnya. Butuh solusi anti mainstream yang dahulu sudah pernah terbukti sukses mensolusi wabah. Sebuah sistem yang menempatkan nyawa rakyat menjadi hal yang diutamakan. Bahkan keberadaan syariat dan negara dalam Islam (yakni khilafah) salah satunya berfungsi untuk penjagaan nyawa manusia dan penjamin kesejahteraan hidup mereka. Apa yang menjadi kebutuhan manusia, mulai dari kebutuhan dasar (asasi) termasuk kesehatan, kehormatan, keamanan, benar-benar dipenuhi negara. Negara dan penguasanya akan sungguh-sungguh menuaikan kewajiban. Menjadi pengurus umat (raa’in), bukan pelayan pemilik modal.

Penguasa paham, bahwa setiap kebijakan yang menzalimi rakyat akan dimintai pertanggungjawaban. Sebagaimana sabda Rasulullah saw,

وَإِنَّهَا أَمَانَةُ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا

“Sungguh jabatan ini adalah amanah. Pada Hari Kiamat nanti, jabatan itu akan menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambil jabatan itu dengan hak dan menunaikan amanah yang menjadi kewajibannya.” (HR Muslim).

Dalam APBN sistem islam, negara memang memiliki pos anggaran khusus untuk antisipasi kala wabah terjadi. Pos anggaran negara dalam system islam memang benar-benar dioptimalkan untuk rakyat . Tak ada anggaran-anggaran yang justru membengkak pada insentif atau biaya fasilitas-fasilitas elite pejabat. Pemasukan anggaran negara dalam islam pun benar-benar bisa maksimal. Mengapa ? Karena semua asset-aset rakyat dimaksimalkan tata kelolanya untuk kebutuhan rakyat, bukan diobral ke Asing maupun Asing. Sehingga ditengah wabah pun, sistem islam tak akan kebingungan menjamin kebutuhan rakyatnya. Sistem ekonomi yang tak bertumpu pada mekanisme global pun akan membuat perekonomian negara stabil tahan krisis meski diterpa pandemi global. Inilah kesempurnaan islam yang bersumber dari Dzat pemilik kesempurnaan, Allah SWT. Pengaturan kehidupan akan benar-benar sempurna jika sistem islam menjadi model pengaturannya.

Post a Comment

Previous Post Next Post