Oleh : Lina Revolt
(Aktivis Muslimah Baubau)
Sejak merebaknya pandemi Covid-19. Sekolah-sekolah diliburkan demi menghindari penyebaran wabah. Sebagian besar sekolah-sekolah yang ada seantero negeri melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
PJJ sudah dua bulan lebih berjalan, Meski dengan berbagai kendala dan pro kontra. Karena menjadi pilihan terbaik demi keselamatan bersama. Sampai saat ini, belum ada kejelasan sampai kapan wabah ini akan berakhir.
Namun, Kementerian Pendidikan dan budaya (Kemendikbud) berwacana membuka kembali sekolah pada pertengahan juli mendatang. Hal ini disampaikan oleh Plt. Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Muhammad Hamid kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Sabtu (9/5).
Sekolah Buka, Bikin Resah
Wacana membuka sekolah kembali, menimbulkan kegalauan, baik orang tua maupun guru. Salah satunya diungkapkan oleh Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGi) Astriwan bahwa ia meragukan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah yang kadang tidak sinkron, justru menjadikan guru dan murid malah terinfeksi virus.
Hal senada juga datang dari orang tua murid. Kecemasan itu disampaikan oleh Widyawati, orang tua murid di Jakarta Selatan dalam acara Mata Najwa yang tayang pada Rabu (13/5/2020) malam. Ia mengatakan jika ia masih deg-degan dan masih belum ikhlas melepas anak sekolah di kondisi saat ini.
Apa yang dirasakan oleh guru dan orangtua adalah wajar. Meskipun wacana ini hanya akan diterapkan pada wilayah yang sudah aman. Tapi, tetap saja tidak ada yang bisa menjamin. Karena belum ada kejelasan data sebaran virus setiap wilayah. Mana yang zona merah, mana yang hijau, dan mana yang kuning.
Meski pemerintah mengklaim bahwa terjadi penurunan jumlah terinfeksi, sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengklaim laju kenaikan kasus harian COVID-19 di Jakarta, pusat pandemi Indonesia, sudah melambat. kurva kasus coronavirus mulai mendatar sebagai efek dari pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang telah berjalan sejak 10 April 2020.
Namun, klaim ini justru menimbulkan perdebatan. Pasalnya alat visualisasi yang akurat untuk mengetahui perlambatan penyebaran virus hanya dengan kurva epidemiologis (Kurva Epidemi). Namun menurut Tim Peneliti Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) , hingga saat ini Indonesia belum menampilkan kurva epidemi COVID-19 yang sesuai dengan standar ilmu epidemiologi. Mereka meragukan klaim pemerintah Indonesia yang mengatakan adanya penurunan kasus baru Covid-19.
Jika sudah seperti ini maka wajar jika orang tua menajdi was-was untuk melepas anak mereka kembali ke sekolah.
Sejak wabah mendera,rakyat negeri ini terus dibuat dilema. Pernyataan pemerintah dan pejabat saling berseberangan dan tumpang tindih. Menjadikan sebagian masyarakat dalam kebingungan dan berkutat dalam keraguan. Sementara sebagian lainnya menganggap wabah hanya guyonah, akhirnya tanpa rasa bersalah melanggar kebijakan PSBB, menjadikan pemutusan virus menjadi semakin sulit.
Namun hal ini wajar terjadi pada pemimpin dan pejabat yang lahir dari rahim demokrasi kapitalisme. Pemilihan pemimpin dan pejabat disandarkan pada suara terbanyak dan politik balas budi.
Maka wajar jika ditemukan oknum pemimpin dan pejabat yang mengurusi rakyatnya tanpa mengetahui apa urusannya. Memimpin rakyat cenderung asal-asalan buat kebijakan, sementara para ahli dan terpelajar hanya bisa manggut-manggut mengaminkan. Ujung-ujung rakyat yang dikorbankan.
Niat baik pemerintah membuka kembali sekolah, baiknya perlu kembali dipertimbangkan. Mengingat belum ada kejelasan atas Covid-19 ini. Sudah seharusnya pemerintah lebih fokus pada penyelesaian wabah terlebih dahulu, agar masyarakat bisa tenang dan bisa menerima kebijakan tanpa diliputi kegalauan.
Islam Menangani Wabah Tanpa Galau
Terjadinya wabah bukan cerita baru dalam sejarah islam. sepanjang Islam berjaya selama 13 abad, wabah atau pandemi pernah terjadi.
Dalam Islam penanganan wabah dilakukan sejak awal wabah melanda. Negara akan menglockdown wilayah yang terdampak wabah pertama kali secara tegas. Melarang orang memasukinya dan yang di dalam dilarang keluar. Sehingga wabah diputus penyebaran ke wilayah lain sejak awal wabah terdeteksi. Selama masa lockdown negara akan menanggung semua kebutuhan rakyat dilockdown.
Diriwayatkan oleh Aslam : Pada masa krisis, bangsa Arab dari berbagai penjuru datang ke Madinah. Khalifah Umar ra. menugaskan beberapa orang ( jajarannya ) untuk menangani mereka, " Hitunglah orang yang makan malam sama kita." Orang - orang yang di tugaskan pun menghitung seluruh orang yang telah datang. Ternyata tujuh puluh ribu orang. Jumlah orang - orang yang sakit dan yang memerlukan bantuan sebanyak empat ribu orang. Beliau pun terjun langsung beserta jajarannya dalam mengayomi rakyat.
Sementara di wilayah yang tidak terdapat wabah dibiarkan tetap produktif, semua tetap berjalan normal. ,Begitupun sekolah-sekolah tetap dibuka. Masyarakat tidak perlu khawatir karena penularan wabah telah diputuskan. Tanggapnya pemimpin menjadikan rakyat tenang dalam beraktifitas. Rakyat tidak perlu khawatir dihantui virus. Karena, jelas mana wilayah yang terdampar wabah, dan mana yang tidak.
Jika pun harus terjadi pembelajaran jarak jauh, maka negara akan memfasilitasi segala yang. dibutuhkan. Mulai dari pengadaan provider yang mampu mengjangkau semua wilayah, hingga menyediakan media untuk melakukan PJJ. Negara juga memastikan seluruh pelosok negeri mendapatkan fasilitas listrik, meski di pedalaman sekalipun.
Sejarah membuktikan bagaimana fasilitas pendidikan di Irak ibukota Negara Islam, tidak berbeda dengan yang ada wilayah lain.
Hadirnya wabah dan berbagai masalah yang ditimbulkan, harusnya menjadikan pembelajaran bagi pemerintah untuk memaksimalkan kekayaan negeri ini.
Mengelolanya dengan mandiri dan hasilnya untuk kemakmuran rakyat. sehingga tak ada cerita saat PJJ dilakukan banyak wilayah yang tak kebagian sinyal dan. listrik. Sudah seharusnya menajdikan Islam sebagai alternatif, bukan terus bergantung pada sistem sekuler kapitalisme. Bukannya membuat bangsa ini bangkit dan mandiri, malah makin terpuruk dalam kubungan masalah tak berkesudahan. Allahu a'lam. Bishowab.
Post a Comment