Oleh: Sri purwanti, Amd.KL
(Pegiat literasi, Member AMK)
Pandemi Covid-19 berhasil menimbulkan ketakutan di tengah masyarakat. Semua orang sedang berjibaku demi menghindari virus yang ganas serta meluluhlantakan sendi-sendi kehidupan. Paramedis berjuang di garda depan untuk menyelamatkan orang yang sudah terinfeksi dengan APD (Alat Pelindung Diri) seadanya. Namun ternyata ada pihak-pihak yang memancing di air keruh. Mereka memanfaatkan pandemi Corona untuk menghembuskan Islamofobia menggunakan rumor dan hoaks .
Umat Islam di berbagai penjuru dunia harus menerima diskriminasi di tengah pandemi Covid-19 yang sedang melanda. Sebagaimana yang terjadi di beberapa negara di dunia seperti Inggris, Amerika, dan India. Warga Muslim di India menjadi korban serangan fisik, verbal, bahkan psikologis. Warga Muslim dituduh sebagai pembawa virus ke negara tersebut. Di media sosial bermunculan hastag yang mengandung konten Islamofobia seperti “CoronaJihad”, “BioJihad”, berisi tuduhan bahwa Muslim sengaja menyebarkan virus tersebut. Mereka menuding Muslim menyebar Corona untuk membunuh non muslim. Dikutip dari kumparannews.com (9/4/2020), Lembaga HAM Equality Labs menyampaikan bahwa tagar ini di gunakan 300 ribu kali dalam rentang waktu 29 Maret sampai 3 April. Tuduhan tersebut di hembuskan setelah muslim JT menggelar acara di Delhi.
Kondisi serupa juga terjadi di Indonesia, setelah puluhan anggota jemaah dikarantina seusai menghadiri pertemuan Ijtima Dunia Zona Asia 2020 di Gowa akhir Maret silam.
Islamofobia adalah kekhawatiran dan ketakutan yang berlebihan terhadap umat Islam dan ajarannya. Hal ini merupakan penyakit akut yang mengerogoti masyarakat sekuler dan telah menyebar ke seluruh dunia. Mereka mengkampayekan anti diskiminasi dan kesetaraan. Namun merekalah yang justru menunjukan sikap diskriminatif. Isu yang mereka hembuskan di tengah pandemi Covid-19 sungguh tidak manusiawi dan sangat keji. Ketika terjadi pandemi Covid-19 mereka menuduh umat Islam yang membawa dan menyebarkan virus tersebut, padahal kita semua tahu asal muasal virus tersebut bukan dari wilayah kaum muslim. Pandemi covid-19 muncul karena perilaku abnormal sekelompok orang China yang memakan hewan liar semisal kelelawar. Virus Covid-19 pertama kali ditemukan di daerah Wuhan, China dan sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Lalu mengapa umat Islam kembali disalahkan padahal munculnya virus bukan dari lingkungan Muslim? Sudah menjadi rahasia umum bahwa Islamofobia adalah salah satu cara Barat untuk melanggengkan hegemoninya di dunia Islam. Barat selalu berupaya menanamkan kebencian terhadap kaum muslim dan menyingkirkan agama dari sendi kehidupan. Hal ini menunjukan kepada kita, betapa buruknya sistem kapitalisme sekuler.
Kapitalisme adalah sistem yag bertolak belakang dengan Islam. Dalam sistem kapitalis sekuler, saling menuduh, tuding-menuding, dan menindas yang lemah adalah perilaku yang sudah menjadi habit. Jadi sangat mustahil jika kita berharap akan menemukan ketenangan dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal ini berbeda dengan masyarakat Islam yang kehidupannya dilandasi keimanan dan ketakwaan kepada Allah dan senantiasa terikat dengan hukum syara (aturan Allah). Meskipun dalam masyarakat Islam menerapkan hukum yang bersumber dari Al qur’an dan as sunah, warga non muslim bisa hidup dengan aman dan damai. Semua itu karena hak-haknya sebagai masyarakat sama dengan warga muslim, mereka dilindungi harta serta jiwanya. Bahkan ketika terjadi wabah ada jaminan kesehatan yang gratis serta berkualitas. Ditambah dengan jaminan pangan bergizi yang diberikan oleh Negara kepada seluruh masyarakat tanpa membedakan Muslim maupun non Muslim.
Hal ini diakui oleh sejarawan dari Barat, Will Durrent yang bertutur dengan jujur, Beliau mengatakan "Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah telah mempersiapkan berbagai kesempatan bagi siapa pun yang memerlukannya dan meratakan kesejahteraan selama berabad-abad dalam luasan wilayah yang belum pernah tercatatkan lagi. Fenomena seperti itu setelah masa mereka" (The Story of Civilization).
Sejarawan Inggris, TW Arnold juga mengatakan: "Ketika Konstantinopel kemudian dibuka oleh keadilan Islam pada 1453 Sultan Muhammad II menyatakan dirinya sebagai pelindung Gereja Yunani. Penindasan pada kaum Kristen dilarang keras dan untuk itu dikeluarkan sebuah dekrit yang memerintahkan penjagaan keamanan pada Uskup Agung yang baru terpilih, Gennadios, beserta seluruh uskup dan penerusnya."
Kondisi ini menunjukan bahwa kita memerlukan sebuah perisai untuk menjaga dan melindungi umat, sehingga ketika terjadi wabah rakyat tidak akan didera ketakutan, baik ketakutan karena kekurangan bahan pangan, minimnya fasilitas kesehatan maupun hilangnya rasa aman akibat islamofobia. Kita harus terlepas dari kubangan kehidupan sekuleristik kapitalistik yang terbukti membawa kesengsaraan dan penderitaan. Maka sudah selayaknya kita memperjuangkan tegaknya Islam kafah dalam bingkai daulah khilafah yang akan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Wallahu A’lam.
Post a Comment