Oleh : Aisyahtini Lubna Naimah
Member Akademi Menulis Kreatif, Aktivis Pergerakan Mahasiswa Surabaya
Sebagai seorang muslim tentu kita memiliki banyak idola. Sebagai seorang perempuan tentunya banyak idola yang dikagumi. Bagi seorang pemuda Muslim tentunya kita harus mencintai Nabi shallallahu alaihi wasallam. Seorang pria dan wanita terkadang memiliki banyak idola yang dikagumi. Namun sebagai seorang muslim, seharusnya kita lebih mencintai Nabi. Sebab dalam agama Islam cinta kepada Nabi saw merupakan sebuah keharusan. Mengapa sebuah keharusan? Karena kecintaan Nabi saw merupakan salah satu pembuktian keimanan kita sebagai seorang muslim. Kecintaan kepada Nabi saw merupakan bagian dari bekal yang bisa mengantarkan seorang muslimah untuk bisa masuk surga bersama-sama dengan Beliau saw di akhirat kelak.
Cinta yang bisa menghantarkan seorang wanita untuk bersama dengan Nabi saw. di akhirat kelak, bukanlah sembarang cinta apalagi cinta dusta. Tetapi cinta yang nyata dan cinta yang sempurna. Tak kalah dengan para sahabat ra di zaman Rasulullah saw. Dahulu juga senantiasa berlomba-lomba menunjukkan cinta mereka kepada Nabi saw. Mereka biasa mendahulukan Rasulullah Rasulullah saw di atas segala urusan dan kepentingan mereka serta lebih mengutamakan Rasul saw. Terutama saudara dan kerabat mereka, bahkan lebih dari orang tua mereka sendiri. Jadi, mencintai Nabi saw. tidak hanya dari mulut saja. Tapi sekaligus cinta syariahnya. Siapa saja bisa mengaku cinta tetapi tidak sedikit pengakuannya hanya di bibir saja, artinya cintanya hanya omong kosong alias dusta.
Dengan demikian, seorang muslimah jika mengaku cinta kepada Nabi saw. Harus mewujudkan dalam kecintaan pada akidah dan syariah islam. Wanita yang tidak suka dengan syariah yang Beliau saw apalagi berpaling darinya, maka cintanya kepada Nabi saw adalah dusta. Yang mengaku cinta kepada Nabi saw_tetapi alergi terhadap syariah yang dibawanya maka cintanya palsu. Dan wanita yang mengaku cinta kepada Nabi saw tetapi ucapannya merendahkan syariah atau tindakan dan kebijakannya terjangkit oleh penyakit islamophobia/islamofobia (baku) maka cintanya dusta meski dia biasa memperingati hari kelahiran Nabi saw yaitu Maulid Nabi saw dan mengaku cinta kepada Nabi saw hingga berbusa busa.
Cinta hakiki itu perwujudannya harus nyata. Jika mencintai Rasul saw tentunya mencintai Allah Swt. Cinta kepada Allah harus dibuktikan dengan mengikuti dan meneladani Rasul saw yaitu menaati seluruh aturan atau syariah/syariat (baku) yang dibawanya. Ketika Beliau saw menganjurkan kita untuk taat berarti kita harus taat. Jadi cinta yang hakiki adalah cinta yang melahirkan ketaatan, sebaliknya ketaatan merupakan bukti kecintaan. Kecintaan menunjukkan akan bersama siapa kelak di akhirat. Karena di akhirat kita akan bersama dengan orang-orang yang kita cintai. Dan yang harus ditaati adalah apa saja yang dibawa oleh Rasul saw dalam semua perkara, seperti spiritual, moral, ataupun sosial kemasyarakatan. Juga perkara ibadah, akhlak, ekonomi, harta,hukum, pemerintahan, politik dan semua urusan masyarakat harus sesuai dengan Rasulullah saw. Jika mengaku cinta kepada Rasulullah saw. Begitulah, cinta hakiki kepada Nabi saw akan melahirkan pengutamaan Beliau saw dan syariahnya di atas urusan dan kepentingan sendiri.
Wallahu a'lam bishshawab
Post a Comment