Terlambat Mengambil Keputusan, Rakyat Jua Korbannya


Oleh : Sumiati 
Praktisi Pendidikan dan Member Akademi Menulis 

Rezim saat ini dianggap sering terlambat mengambil kebijakan berujung permasalahan. "Rezim pemerintah saat ini banyak terlambatnya, ambil keputusan lambat, koordinasi tidak berjalan baik dan implementasinya juga sering bermasalah," ucap Direktur Eksekutif Center for Social Political Economic and Law Studies (CESPELS), Ubedilah Badrun kepada Kantor Berita Politik Rmol, Minggu (05/04/2020).

Yang paling baru dirasakan rakyat Indonesia ialah terkait mengatasi pandemik virus Corona atau Covid-19 yang baru diumumkan pada awal Maret 2020 kemarin. "Contohnya adalah lambat atasi Covid-19, lambatnya implementasi dan koordinasi terkait keringanan tagihan kredit kendaraan roda dua para ojol (ojek online), koordinasi yang buruk dalam komunikasi publik terkait PP (Peraturan Pemerintah) Karantina Wilayah," jelas Ubedilah.

Ada pepatah mengatakan, "Jangan terburu-buru mengambil keputusan, nanti akan kecewa". Pepatah ini tentu tidak tepat, jika ditempatkan dalam kondisi saat ini ketika wabah mendera sebuah bangsa. Keterlambatan ini menyebabkan bencana makin hebat. Indonesia perlu belajar ke Cina dalam sikap sigap ketika dilanda wabah. Alat medis lengkap, bahkan APD tim medis sudah memborongnya dari Indonesia. Miris! Ketika penguasa negeri ini tidak peka dengan apa yang terjadi. Menganggap sebelah mata, bahkan ada menteri berkata dengan sompralnya hingga mereka pun menjadi korbannya juga. Sikap kurang memahami fakta, analisa dan solusi ini yang menyebabkan korban Corona hingga mencapai 2000 lebih dengan jumlah meninggal ratusan. Bahkan menjadi negara kedua setelah Amerika jumlah korban meninggal. Inilah akibat tidak bersegera mengambil keputusan. Sementara tempat pertama munculnya wabah, mereka baik-baik saja.

Sungguh sangat berbeda dengan Islam. Di masa kekhilafahan Umar bin Khattab radhiallahu'anhu, beliau begitu sigap mengambil langkah, memutus mata rantai virus. Lockdown, agar yang dari negeri yang terkena wabah tidak keluar, dan yang dari luar tidak masuk, sehingga virus itu terputus penyebarannya. Begitu pun dengan dampak dari lockdown, seperti ekonomi, Khalifah Umar pun membuka posko bahkan meminta bantuan negera lain yang tidak terkena virus. Mendata masyarakat yang tidak mampu, agar segera mendapatkan bantuan. Hingga, virus cepat hilang, masyarakat pun aman dari ketakutan, kegetiran dan kekhawatiran. Tanggung jawab khilafah begitu besar, hal ini menunjukkan begitu penguasa mencinta rakyatnya. Rasa cinta itu tumbuh, karena betapa besar cintanya kepada Allah Swt. dan Rasulullah saw. Juga rasa takutnya kepada Allah, karena seorang pemimpin akan dihisab atas kepemimpinannya.
Rasulullah saw. bersabda :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِىِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَنَّهُ قَالَ « أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِىَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ »(رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

Artinya : "Dari Ibnu Umar ra, dari Nabi saw.  sesunggguhnya bersabda ": "Sesungguhnya Rasulullah bersabda : "Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan ditanya perihal tanggung jawabnya. Seorang pembantu rumah tangga adalah bertugas memelihara barang milik majikannya dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya." (HR. Muslim)

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post