Taubat Nasuha, Kebutuhan di Tengah Wabah Corona

Oleh : Linda Pusparini 
(Ibu Rumah Tangga)

Ramadhan kali ini memang terasa berbeda dari Ramadhan di tahun-tahun sebelumnya. Karena Ramadhan saat ini hadir di tengah wabah covid-19 yang melanda hampir di seluruh dunia. Namun demikian, selayaknya setiap muslim tetap menyambut bulan Ramadhan dengan rasa gembira. Pasalnya meski di tengah wabah Corona, Ramadhan tetaplah istimewa sebab di bulan Ramadhan akan selalu bertabur rahmat dan pahala berlipat ganda. Ramadhan merupakan jalan taubat yang bisa membakar khilaf dan dosa dikarenakan melimpahnya ampunan dari Allah SWT.

Ironisnya, ketika kaum muslimin ingin mengoptimalkan ibadah Ramadhan,  muncul suara sumbang di tengah pandemi, mengusulkan agar MUI mengeluarkan fatwa memperbolehkan orang tidak berpuasa dan mengeluarkan fidyah. Katanya fidyah sebagai cara untuk memberikan makan orang miskin. Begitu tulis Rudi Valinka melalui akun twitternya, @kurawa.

“Mumpung lagi libur, gue punya usul seandainya bulan puasa yang akan tiba 17 hari lagi, Kemenag dan MUI buat fatwa untuk memperbolehkan orang tidak berpuasa dengan cara membayar fidyah (denda) memberikan makan orang miskin..ini cara yang paling ideal dalam kondisi skr,” tulis Rudi Valinka, Minggu (5/4/2020) lalu.

Hal tersebut pun ditanggapi Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Prof. Hasanudin A, bahwa usulan tersebut tidak ada dasar hukumnya. “Jadi jangan macam-macam lah menafsirkan dalam agama. Jangan mengada-ada, lalu dihubungkan dengan urusan agama. Konsultasi dulu dengan pakarnya. Sudah kondisinya begini, terus urusan agama malah dipermainkan.” (republika.co.id, 19/4/2020).

Seperti yang kita ketahui seharusnya Ramadhan menjadi momentum titik tolak tobat atas kemaksiatan karena banyaknya mengabaikam hukum-hukum Allah SWT. Bukan malah mengusulkan ide sesat dengan tidak berpuasa lalu cukup hanya dengan membayar fidyah. Ide tersebut tentunya disampaikan oleh orang yang tidak memahami esensi dari bulan Ramadhan itu sendiri.

Sederet dosa dan kemaksiatan dapat menjadi faktor pemutus nikmat yang Allah berikan dan dapat pula mengundang adzab. Banyaknya angka perzinahan, LGBT ditambah lagi carut marutnya ekonomi negeri yang masih saja tergantung pada asing dengan utang luar negeri yang penuh ribawi serta abainya penguasa terhadap syariat Allah menandakan betapa terang-terangannya melakukan kemaksiatan.

Seharusnya dengan adanya pandemi ini masyarakat bisa menjadikannya sebagai peringatan dari Allah agar segera bertaubat. Apalagi di bulan Ramadhan yang penuh berkah dimana kita sebagai umat muslim berpeluang besar mendulang pahala dan berkesempatan menghapus dosa-dosa serta menjadikannya momentum perubahan yang mampu mendorong setiap individu muslim untuk bersegera kepada ampunan Allah dan surga yang luasanya seluas langit dan bumi.

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa".(TQS. Ali Imran : 133)

Disamping itu, ikhtiar dan taubatan nasuha merupakan solusi tuntas atas problematika yang saat ini tengah terjadi di seluruh duni dan merupakan obat bagi pandemik covid-19. Serta dengan ketaatan yg sempurna pada syariatNya maka akan menghantarkan kita kepada tegaknya sistem Islam. Waallahualam.

Post a Comment

Previous Post Next Post