Ramadan yang Penuh Perjuangan



Oleh : Sumiati 
Praktisi Pendidikan dan Member Akademi Menulis Kreatif 

Bulan Ramadan adalah bulan mulia yang kini telah tiba. Setiap muslim menyambutnya dengan suka cita. Walaupun di tengah wabah yang mendera. Ramadan tahun ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Geliat ibadah tetap semangat, tetapi tampak tersembunyi. Begitu pun dengan aktivitas masyarakat, yang biasanya di bulan Ramadan itu begitu semarak dengan jual beli, hingga perekonomian meningkat. Namun, Ramadan tahun ini semuanya lesu.

Semua yang terjadi karena wabah pandemi yang menyerang negeri ini. Akibat dari tidak sigapnya negara menghadapi serangan virus Covid -19. Namun, ibarat nasi sudah menjadi bubur, tidak ada pilihan lain kecuali bersabar. Menjadikan Ramadan tahun ini untuk melakukan taubatan nashuha. Karena tidak semata-mata negeri dilanda wabah, jika umat Islam taat kepada syariat-Nya. Jadikan ujian besar ini untuk mendorong kita menjauhi kemaksiatan.

Bersama-sama untuk taubat kepada Allah Swt. Karena dengan taubatan nashuha, Allah Swt. akan menurunkan rahmatnya ke seluruh alam dan menjadikan syariat-Nya sebagai aturan hidup. Itulah obat terbaik bagi wabah Covid -19, daripada obat yang dibuat oleh manusia. Terlebih di bulan penuh ampunan ini, yang mana semua doa terkabulkan, ketika bermunajat di waktu-waktu mustajab dan berhenti selamanya dari kemaksiatan. 


Banyak dalil dari hadis Rasulullah saw. yang menuntun manusia untuk tunduk kepada-Nya :

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ رَمَضَانَ

شَهْرٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ صِيَامَهُ وَإِنِّي سَنَنْتُ لِلْمُسْلِمِينَ قِيَامَهُ

فَمَنْ صَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ الذُّنُوبِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

Rasululah saw. bersabda : “Sesungguhnya Ramadan adalah bulan di mana Allah Swt.  mewajibkan berpuasa dan aku sunnahkan kaum muslimin menegakkan (salat malam). Barangsiapa berpuasa dengan iman dan mengharap ke-Ridaan Allah Swt.  maka dosanya keluar seperti hari ibunya melahirkannya.” (HR. Ahmad 1596).

يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ

وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ

“Wahai hamba-hambaKu! Setiap siang dan malam kalian senantiasa berbuat salah, namun Aku mengampuni semua dosa. Karena itu, mohonlah ampunan-Ku agar Aku mengampuni kalian.” (Hadis Qudsi. Riwayat Muslim 4674).

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةَ مَرَّةٍ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Sesungguhnya kami benar-benar menghitung zikir Rasulullah saw. dalam satu kali majelis (pertemuan), beliau mengucapkan 100 kali (istighfar dalam majelis): “Ya rabbku, ampunilah aku, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkaulah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (HR. Abu Dawud 1295).

Begitu pun firman-Nya :

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran ayat 133)

Dalam kitabnya “Yakinlah, Dosa Pasti Diampuni”, ‘Aidh Al-Qarni menulis mengenai pentingnya bertaubat sebagai berikut:

”Saya serukan kepada setiap insan untuk bergegas menuju pelataran Tuhan pemilik langit dan bumi. Dialah Allah Swt.  yang rahmat-Nya lebih luas dari segala sesuatu, dan pintu ampunan-Nya senantiasa terbuka dari segala penjuru. Anda semua harus tahu bahwa suara yang paling merdu adalah suara orang yang kembali kepada Allah Swt. orang yang membebaskan diri dari penghambaan terhadap setan serta mengarahkan semua anggota tubuhnya menuju kepada Allah Swt. semata. Melalui risalah ini, mari kita kenali cara kembali dan bertaubat kepada Allah Swt. dari segala dosa dan maksiat.”

Berikut ini hadis Rasulullah saw. 

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ قَالَ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

Rasulullah saw. bersabda : Penghulu istighfar ialah ucapan seorang hamba: “Ya Allah, Engkaulah rabbku. Tidak ada Ilah selain Engkau. Engkau telah menciptkanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku senantiasa berada dalam perjanjian dengan-Mu (bersaksi dengan tauhid) dan janji terhadap-Mu selama aku mampu. Aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan yang telah aku perbuat. Aku mengakui nikmat-Mu terhadapku. Aku mengakui dosaku. Maka ampunilah aku karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa melainkan Engkau.” Siapa yang mengucapkannya dengan yakin di siang hari, lalu ia meninggal hari itu sebelum sore hari, maka dia termasuk penduduk surga. Dan siapa saja yang mengucapkannya dengan yakin di malam hari, lalu dia meninggal sebelum subuh, maka dia termasuk penghuni surga.” (HR. Bukhary 5831)

Demikianlah beberapa dalil sebagai tuntunan dari Allah Swt. dan Rasulullah saw. Dan saat ini dimana  sistem yang berlaku bukan sistem Islam, maka tidak ada pilihan lain untuk mewujudkan taubatan nashuha. Dan dibutuhkan seorang pemimpin sebagai junnah/perisai umat, yaitu khalifah yang akan menerapkan sistem Islam yang dinaungi oleh institusi kekhilafahan.

Wallaahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post