Penulis: Yanti, S.H.
(Pemerhati Dakwah Islam)
Republika.co.id, sejumlah provinsi mulai senin (16/3) meliburkan sekolah, dari jenjang TK, SD, SMP, dan SMA hingga (30/3). Langkah yang diambil untuk mengantisipasi penyebaran virus corona atau covid-19 di lingkungan pendidikan.
Sebagai gantinya, pembelajaran yang biasanya dilakukan di sekolah diubah menjadi di rumah. Siswa tetap mengerjakan semua tugas sekolah meski berada di rumah. Orang tua juga yang berada di rumah diminta untuk mengawasi proses belajar anak selama berada di rumah. Meski terlihat menyenangkan, pembelajaran di rumah bukanlah suatu yang mudah bagi para orang tua.
Selama libur 14 hari orang tua harus mengawasi anak-anaknya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dari sekolah. Namun tidak bisa dipungkiri para orang tua khususnya para ibu, banyak mengaku kesusahan dalam melakukan pendampingan terhadap anak-anaknya.
Banyak kalangan ibu-ibu yang merasa tidak siap. Bahkan merasa pusing terhadap kondisi aktivitas belajar anaknya yang menggunakan metode daring (dalam jaringan) kesulitan yang dihadapi oleh para ibu dalam mengawasi, membimbing, sarana dan prasarana yang tidak memadai, ada kesulitan ibu bekerja atau tingkat pemahaman ibu dalam bidang pendidikan yang mana para ibu banyak yang kurang memahami pembelajaran si anak.
Sebagaimana pengakuan si ibu yang dari Republika.co.id, salah seorang ibu berkomentar “aduh pusing, mana tugas-tugasnya pakai bahasa inggris semua. Terpalsa aku pakai google translet”, ujar Mesya (18/2/2020).
Belum lagi semua guru belum siap menjalankan proses pembelajaran dari daring. Banyak para guru kebingungan bangaimana pembelajaran daring tersebut. Bisa dikatakan proses pembelajaran hari ini kualitas dari tenaga pendidikan belum siap. Belum lagi yang dihadapi oleh para siswa yang stres dalam menghadapi tugas yang banyak yang diberikan guru dari sekolahnya.
Jakarta- komisi perlindungan anak indinesia (KPAI) menerima aduan terkaot anak-anak yang stres akibat diberi banyak tugas secara inline. KPAI meminta Dinas Pendidikan melakukan evaluasi terhadap para guru.
Melihat kondisi di atas dapat kita kritisi bukan hanya sekedar sarana dan prasarana yang belum memadai tetapi kesiapan orang tua ataupun guru. Namun kita telusuri lebih jauh, akibat semua ini karna kita lihat bobroknya kualitas pendidikan dalam sistem sekularisme ini. Sistem sekularisme yang diterapkan hari ini tidak mampu membawa pada pencapaian hakiki, ilmu yang masih jauh dari harapan.
Penanaman karakter yang ditanamkan kepada siswa hanyalah pencapaian materi semata. Pendidikan hari ini diarahkan untuk menuju materialisme, dalam memenuhi nilai ekonomi sebanyak-banyaknya. Parahnya lagi seorang ibu melakukan evaluasi terhadap pembelajaran anaknya.
Hal ini disebabkan karena peran ibu yang melalaikan kewajiaban untuk mengurusi anaknya baik itu dalam mendidik anak di rumah. Kesinukan ibu dalam pekerjaan dengan tipuan kesetaraan jender yang mengakibatkan peran ibu keluuar dari kotratnya. Akibat terjebak dalam sistem kapitalisme hari ini.
Akibatnya anak-anak terabaikan baik itu dalam pembentukan karekter anak, pendidikan yang tidak cukup. Bahkan mustahil ilmu agama atau kepribadian islam sulit didapatkan anak apabila sistem pendidikan yang diterapkan di bawah idiologi kapitalisme.
Bagaimana dengan sistem Islam yang diterapkan?
Islam mengangkat status ibu, memberikan posisi tertinggi serta penghormatan dalam masyarakat, mengaggap sebagai nilai besar terhadap peran perempuan sebagai penjaga rumah tangga, perawat, pengasuh dan pendidik bagi anak.
Apabila sistem Islam yang diterapkan maka anak-anak dalam proses pendidikan hal yang utama ditanamkan adalah pembentukan kepribadian islam pada generasi. Selama 14 hari anak-anak di rumah bersama orang tua akan mampu mengontrol anak dalam evalusi yang lebih dalam
Sebagaimana dalam Islam keluarga adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, ibu adalah pendidik pertama bagi anak, juga pemimpin peradaban. Anak akan menjadi individu-individu yang bertakwa kepada Allah Swt dan meneladani perbuatan Rasulullah Saw. Islam akan memastikan semua baik itu individu, masyarakat dan negara semua terkontrol dengan hukum yang diterapkan.
Dalam negara Islam, untuk menjaga peran ibu dalam kotratnya sebagai seorang ibu, Khalifah akan memberikan jaminan penyedian nafkah bagi perempuan sehingga mereka tidak terlalu tertekan untuk mencari nafkah dan menggagu tugas-tugas penting mereka terhadap anak dan keluarga mereka. Apabila Islam yang menjadi pengaturan hidup manusia maka masalah-masalah individu, keluarga maupun negara akan teratasi, semua masyarakat akan menjalankan aturan yang sesuai dengan fitrah manusia itu sendiri. Maka mari kita mewujudkan sistem Islam yang diterapkan oleh sebuah institusi khilafah.
Wallahu’alam bishowab
Post a Comment