PENGUASA BERMENTAL PENGUSAHA




Oleh: Nuraminah, S.K.M

Berbagai musibah dan ujian terjadi di negeri tercinta ini, belum selesai satu musibah diatasi musibah lain pun datang. Seperti apa yang terjadi saat ini, rakyat Indonesia pun tidak  luput dari  wabah virus Corona, banyak pejabat dan pemilik kebijakan sebelumnya dengan santai mengatakan bahwa Indonesia aman dari virus Corona, namun kesombongan tersebut langsung dibalas tunai oleh Allah sang pencipta. Sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan dua orang yang positif corona. Hari ke hari penyebaran virus ini pun semakin cepat berkembang, hinga data terbaru sebanyak 2.738 positif Covid-19 dan 221 meningal dunia (CNN,07/04/2020) menghadapi perkembangan virus tersebut penguasa pun nampak tidak siap sama sekali, salah satunya dalam mengupayakan ketersediaan APD bagi tenaga medis.

Sehingga Indonesia mendatangkan alat pelindung diri (APD) dari China melalui skema bantuan maupun pembelian langsung untuk menanggulangi virus Corona. APD digunakan oleh para tenaga medis di dalam negeri yang sangat membutuhkan. Namun, ternyata ada tulisan 'made in Indonesia' di APD impor dari China. APD itu memang dibikin di Indonesia, namun pemilik produknya tetap pihak luar negeri. Begini penjelasan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Jadi jangan heran jika APD bantuan China atau beli di China tapi made in Indonesia, kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo lewat Twitter, Kamis (26/3/2020) seperti dikutip dari detikcom.

Agus menganalogikan APD itu dengan sepatu merek Onitsuka yang dia beli di Jepang, ternyata sepatu itu juga punya keterangan 'made in Indonesia'. Cara 'offshoring' seperti ini bukan hal baru di dunia industri, begitu juga dengan industri pembuatan APD.

Agus menilai Indonesia punya bakat rajin dan rapi mengerjakan produk, upah buruh juga murah. Perusahaan APD dari luar negeri menjahit produknya di Indonesia, namun bahan bakunya tetap dari luar negeri. Indonesia banyak membuat produk terkenal luar negeri tapi hanya sebagai penjahit saja, sedangkan bahan baku hampir seluruhnya dari pemilik merk tersebut. (https://www.cnbcindonesia.com/…/heran-apd-impor-dari-china-…)

Sungguh menyedihkan ditengah kondisi wabah yang semakin mengganas, para pemilik kebijakan tampaknya berperan seperti pengusaha, sehingga apa yang dibuat selalu penuh kepentingan dan keuntungan. Negara semakin abai dalam mengurus rakyatnya, bukannya menyediakan APD gratis, justru negara menggalakan agar masyarakat saling membantu menyediakan APD buat tenaga medis. Padahal banyaknya korban meninggal dari tenaga kesehatan disebabkan kurangnya  Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai. Bahkan keluhan dari tenaga medis tidak pernah dihiraukan lagi. Tidak heran jika sedikit dari Rumah sakit dan Fasilitas kesehatan diluar sana  justru membuka Donasi untuk menerima sumbangan berupa APD, Dll untuk pengananan pasien. Dengan mengganasnya wabah corona ini tidak menjadikan mereka peka dan peduli terhadap ribuan nyawa terancam, justru sebaliknya para penguasa hanya memikirkan untung rugi dengan menghasilkan manfaat semaksimal mungkin.

Terbukti Pemerintah mendorong Indonesia mengambil peluang menjadi produsen APD, padahal sebelumnya sudah terbukti APD yang diimpor dari China adalah made in Indonesia. Pemerintah pun mengakui kelemahannya yang tidak bisa menyetop komitmen ekspor APD ke Korsel misalnya, meskipun di dalam negeri membutuhkan namun produknya lebih diprioritaskan untuk ekspor yang mendatangkan devisa. Sehingga nampak jelas di sini, bahwa pemerintah tidak mampu meriayah rakyatnya tetapi lebih menempatkan diri sebagai pebisnis yang melihat segala sesuatunya berdasarkan kacamata untung rugi.

Pemerintah mengklaim kebutuhan alat pelindung diri (APD) dalam rangka penanganan Covid–19 seperti pakaian khusus, masker, hingga kaca mata pelindung, dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri.
“Industri dalam negeri mampu untuk memproduksi barang-barang itu untuk kebutuhan sendiri maupun luar negeri,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sabtu (28/3/2020).

Bagaimana tidak, pemilik kebijakan mengatakan Indonesia mampu memproduksinya namun disini rakyat hanya dijadikan sebagai pekerja dengan memberikan upah seminim-minimnya. Rakyat yang memproduksi tapi hasilnya di labeli made in China. Satu kata yang ada miris.

Sampai saat ini negara tak berhenti mengadopsi sistem kapitalis yang merupakan sistem rusak, karena standar perbuatannya adalah manfaat, tak peduli lagi apakah rakyat diuntungkan atau dirugikan. Sampai saat ini penguasa pun tampaknya semakin menunjukkan ketidak mampuannya dalam mengurus dan menjalankan pemerintahan. Setiap kebijakan yang diambil selalu merugikan rakyatnya. Dan sistem ini tentu sangat berseberangan dalam sistem Islam.

Dalam sistem Islam, pemimpin akan memposisikan diri sebagai pengatur urusan rakyatnya, semua kebutuhan rakyat akan dipenuhi oleh seorang pemimpin, termaksud dalam memproduksi barang yang dibutuhkan oleh rakyat, seperti APD maka negara akan menyiapkan bahan-bahannya dan rakyat lah yang mengerjakannya, rakyat tidak akan mengalami kesusahan hidup dan tidak akan kesulitan dalam menyediakan bahan untuk memproduksi APD yang dibutuhkan.

Bahkan tidak akan bermain-main dengan nyawa rakyatnya. Pemimpin pun tidak akan melakukan kebijakan ekspor jika negara masih sangat membutuhkan barang yang akan diekspor. Tidak seperti pemimpin yang ada saat ini, disaat rakyat membutuhkan jaminan kehidupan, masih saja berpikir untung dan rugi.

Sejatinya kepemimpinan adalah dasar dari sebuah tanggung jawab. Seperti di dalam Surat An-Nahl Ayat 93-96 :" Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan". (16:93).

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda " Barang siapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidak mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan baginya surga." (Hr. Bukhari dan Muslim).

Demikianlah Islam mengatur tentang semua hal dan Islam memiliki seperangkat aturan untuk menyelesaikan semua problematika kehidupan. Sudah selayaknya kita meningalkan sistem yang rusak ini dan beralih kepada sistem Islam. Agar keberkahan, keridhoan Allah dapat dirasakan oleh semesta alam. Wallahua'lam

Post a Comment

Previous Post Next Post