Oleh : Amallia Fitriani
Saat ini salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam memenuhi anggaran negara untuk menghadapi wabah corona atau Covid-19 adalah melakukan penggalangan dana selain mengambil dari dana APBN.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan bahwa pemerintah berencana akan membuka account khusus di BNPB bagi masyarakat dan dunia usaha yang ingin menyumbang dana untuk membantu penanganan virus corona atau Covid-19 di Indonesia. Nantinya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai gugus tugas yang akan mengelola rekening tersebut (Merdeka.com, 25/3/2020).
Bila infeksi virus corona meluas, sedangkan hasil penggalangan dana dan APBN tidak mampu mencukupi pembiayaan negara dalam penanganan kasus wabah Corona, opsi pemerintah untuk mengambil utang ke IMF bisa menjadi alternatif yang digunakan. Mau tidak mau, pemerintah nantinya akan menerima tawaran bantuan dari Dana Moneter Internasional (IMF) untuk penanggulangan virus corona (Covid-19).
IMF menyatakan telah menyiapkan dana 1 triliun dollar Amerika Serikat (AS) untuk negara-negara anggotanya yang menghadapi virus corona. Adapun Bank Dunia menyiapkan dana 14 miiliar dollar (AS) untuk paket pembiayaan jalur cepat bagi negara yang juga menghadapi pandemi global itu, (AYOBANDUNG.com, 26/3/2020).
DPR dan para pengamat meminta pemerintah tidak mengambil tawaran dana IMF dan mendorong menggunakan dana lain, seperti yang disampaikan oleh Anggota Komisi XI DPR M Misbakhun “Saya minta Menteri Keuangan RI jangan menggunakan bantuan IMF dan World Bank untuk menanggulangi Covid-19,” ujar Misbakhun, Rabu (AYOBANDUNG.com 25/3/2020 ).
Menurut Misbakhun, pemerintah masih memiliki cukup dana tanpa harus mengutang ke IMF ataupun Bank Dunia. Mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak itu lantas mencontohkan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) yang merupakan akumulasi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA) tahun lalu dan anggaran yang selama ini disisihkan oleh pemerintah sebagai dana abadi (endowment fund) untuk keperluan cadangan.
Indonesia juga masih punya cadangan devisa (cadev). Saat ini Bank Indonesia mengelola cadev sebesar 130 miliar dollar AS.
“Pemerintah cukup menerbitkan open end SUN agar dibeli BI dengan bunga di bawah lima persen. Kalau pemerintah menerbitkan SUN senilai USD 20 miliar saja, dengan kurs dolar AS setara Rp 16.800 saja akan memperoleh dana Rp 336 triliun, jumlah yang sangat besar dan memadai untuk menanggulangi Covid-19 di Indonesia tanpa harus mengutang ke IMF dan World Bank,” ujar Misbakhun, Rabu (AYOBANDUNG.com 25/3/2020 ).
Anggaran Negara Mengatasi Wabah Dalam Kacamata Islam
Islam merupakan agama yang sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan dan menjadi solusi atas semua problem kehidupan. Islam pun memiliki seperangkat aturan dalam masalah politik ekonomi.
Ketika muncul sebuah pertanyaan apakah bisa APBN Indonesia mencukupi segala kebutuhan rakyatnya termasuk dalam penanganan virus Corona atau covid-19 ini, tanpa harus melakukan pinjaman luar negeri? Insya Allah bisa, lantas bagimana caranya?
Caranya adalah dengan menata ulang perencanaan penyusunan anggaran penerimaan dan belanja kita, yaitu dengan mengikuti tuntunan yang telah digariskan dalam APBN Islam.
Jika APBN kita ingin dirancang tanpa utang, tentu yang harus ditata kembali adalah dari aspek sumber penerimaannya.
Dalam APBN Islam, sumber utama penerimaan negara bukanlah pajak, tetapi ada (3) tiga sumber utama.
1). Pertama, dari kepemilikan individu. Seperti: zakat, infaq, shadaqah.
2). Kedua, dari kepemilikan umum. Seperti: pertambangan emas, perak, tembaga, nikel, minyak, gas, batubara, hutan, dan lain sebagainya.
3). Ketiga, dari kepemilikan negara. Seperti: ghanimah, fa'i, jizyah, kharaj, khumus, dan lain sebagainya.
Dilihat dari sumber penerimaan yang kedua, yaitu kepemilikan umum, maka kita dapat melihat bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah ruah. Semua SDA yang ada harus dimiliki dan dikelola sepenuhnya oleh negara, tidak diserahkan kepemilikannya kepada swasta atau asing.
Terlebih lagi, dengan dukungan dari SDM yang ada, tentu SDA tersebut dapat diolah lagi dan ditingkatkan nilai tambahnya, sehingga akan menjadi sumber penerimaan yang sangat besar bagi pemerintah Indonesia. (Sumber: Tabloid Media Umat edisi 203)
Pemimpin Amanah Hanya Ada Dalam Kepemimpinan Islam.
Dalam sistem demokrasi-sekular seperti saat ini, tak akan kita temukan pemimpin yang amanah dalam kepemimpinannya. Sistem demokrasi yang berbiaya mahal justru menghasilkan para pejabat yang khianat, korup, gemar menjual aset negara, patuh pada pengusaha kapitalis dan tak peduli pada derita rakyat.
Pemimpin yang sungguh-sungguh menjalankan kepemimpinannya dengan penuh tanggung jawab dan amanah hanya ada dalam khilafah. Karena khilafah adalah sistem pemerintahan yang berdasarkan akidah Islam. Pejabat dalam khilafah adalah orang yang takut mengkhianati
amanat, karena di akhirat mereka akan mempertanggungjawabkan semua kepemimpinannya.
Sifat dan karakter mulia dari para pejabat khilafah tak bisa diragukan lagi, bukan semata aspek budi pekerti, namun karena mereka semata menjalankan syariat Islam. Berpegang teguh pada halal dan haram, syariat Islam memerintahkan kepada para pejabatnya untuk peduli dan memperhatikan betul rakyatnya, tidak untuk pencitraan pada awal menjabat atau selama menjabat untuk mendapat dukungan semata.
Dalam situasi bencana, pemimpin dalam khilafah memberi contoh terbaik dalam riayah syu’unil ummah (pengaturan urusan rakyat). Ini tampak ketika Khalifah Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu menangani paceklik yang menimpa jazirah Arab. Pada saat itu, orang-orang mendatangi Kota Madinah –pusat pemerintahan Khilafah Islamiyah–untuk meminta bantuan pangan.
Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu segera membentuk tim yang terdiri dari beberapa orang sahabat. Setiap hari, tim ini melaporkan seluruh kegiatan mereka kepada Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu, sekaligus merancang apa yang akan dilakukan besok harinya. Umar bin Khaththab ra menempatkan mereka di perbatasan Kota Madinah dan memerintahkan mereka untuk menghitung orang-orang yang memasuki Kota Madinah.
Jumlah pengungsi yang makan di rumah Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu berjumlah 10 ribu orang, sedangkan orang yang tidak hadir di rumahnya, diperkirakan berjumlah 50 ribu orang. Pengungsi itu tinggal di Madinah selama musim paceklik. Mereka mendapatkan pelayanan yang terbaik dari Khalifah.
Setelah musim paceklik berakhir, Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu memerintahkan agar pengungsi itu diantarkan ke kampung halamannya. Setiap pengungsi dibekali bahan makanan dan akomodasi lainnya, sehingga mereka pulang dengan tenang dan penuh kegembiraan (Sumber: Manajemen Bencana Model Khilafah Islamiyyah oleh Syamsuddin Ramadhan An Nawiy).
Demikianlah gambaran penguasa dalam sistem Islam ketika mengurusi rakyatnya saat mengatasi bencana yang tengah melanda jazirah Arab kala kepemimpinan Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu. Tindakan Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu ini bisa dijadikan contoh dalam mengurusi urusan umat ditengah situasi wabah yang sedang melanda saat ini.
Adapun hal yang bisa ditiru olah penguasa saat ini yaitu, pertama, penguasa mengeluarkan kebijakan lockdown wilayah tertentu dan isolasi. Kebijakan ini merupakan langkah yang tepat untuk menghindari atau meminimalisasi korban lebih banyak. Masyarakat pun dituntut untuk melakukan physical distancing.
Kedua, penguasa harus menjamin ketersediaan kebutuhan masyarakat di masa lockdown dan isolasi. Karena itu, tidak boleh ada praktik penimbunan bahan kebutuhan masyarakat. Pemerintah harus melarang dan menindak tegas praktik tersebut agar masyarakat tidak mengalami kepanikan lebih parah.
Ketiga, penguasa memfasilitasi ketersediaan Sarana dan prasarana medis yang berkualitas, serta pelayanan kesehatan harus diberikan secara gratis kepada rakyat baik kaya ataupun miskin, tanpa diskriminasi agama, suku, warna kulit dan sebagainya. Disamping itu, penguasa harus menyiapkan bantuan tenaga medis yang handal dan profesional serta peralatan medis yang dibutuhkan untuk membantu agar wabah segera teratasi.
Demikianlah gambaran optimalisasi Anggaran dan peran penguasa yang seharusnyanya dilakukan dalam mengatasi wabah yang melanda saat ini. Semoga wabah ini cepat bisa teratasi dan semoga kita bisa merasakan kepemimpinan yang amanah dalam sitem kepemimpinan Islam. Allahu'alam bis shawwab
Post a Comment