Memetik Hikmah dari Kisah Kura-kura dan Kelinci


Oleh: Ika Misfat Isdiana
Mompreneur dan pengurus MT khoirunnisa

Pernah kami mendampingi ananda melihat video dari laptop. Di laptop memang tersedia folder khusus untuk menyimpan animasi video anak yang kami anggap aman untuk ditonton. Salah satu video favorit yang biasa kami tonton adalah kartun upin ipin.

Waktu itu temanya tentang membaca buku. Dan cerita yang divisualkan oleh para tokoh animasinya adalah dongeng kura-kura dan kelinci. 

Kita ketahui bersama bahwa kura-kura adalah hewan yang lamban. Sementara kelinci adalah hewan yang cepat dalam berlari. Di bagian konflik cerita dikisahkan, bahwa si kura-kura menantang kelinci adu lari untuk menyelesaikan masalah mereka. Siapakah pemenangnya? Dari potensi masing-masing sudah terlihat siapa yng akan digdaya dan siapa yang kalah. Ya, prediksi kuat kelinci adalah pemenang akhirnya. Namun kisahnya tak seperti prediksi awal. Di tengah cerita si kelinci tertidur lelap, karena merasa kura-kura tidak akan bisa menyusulnya. Santai karena sombong. Dan walau lambat tapi pasti, si kura-kura bisa meraih garis finish. Kemenangan yang tak terduga. Bukan semata karena keahlian si kura-kura, namun karena keberuntungan memanfaatkan peluang. Si kura-kura memiliki keberuntungan untuk menang saat kelinci lengah. Dan peluang itu dia ambil dengan terus merangkak tertatih dan perlahan. Tanpa kata menyerah. 


Kemenangan Itu Bukan Soal Keahlian Semata

Belajar dari kisah fiksi tersebut, kita semakin tercerahkan. Bahwa kemenangan bukan semata tentang keahlian. Bukan semata tentang kekuatan. Tapi kemenangan adalah keberuntungan. Kemenangan adalah aksi tanggap meraih peluang. Seperti kura-kura yang tak menyerah sebelum bertanding. Bayangkan jika dia menyerah saat kelinci sudah sangat jauh di depannya. Tentu peluangnya untuk menang musnah. Keberuntungan yang datang spontan bertolak karena keputusasaan.

Sama seperti sejarah perjuangan menegakkan khilafah. Perjalanannya penuh liku, lebih tepatnya onak dan duri. Khilafah dulu adalah wacana yang diacuhkan. Hanya ilusi, khayalan orang-orang yang putus asa pada kondisi hidup. Tuduh mereka yang antipati. Lambat laun, perkembangan perjuangannya yang istiqomah, never ending improvement mendapatkan hati  di tengah masyarakat. Stigma negatif pun bertambah intensitasnya. Dengan stigma radikal, intoleran, garis keras. Lalu semakin keras lagi stigmanya, dengan menuduh perjuangan khilafah adalah gerakan anti NKRI, anti Pancasila, ingin merongrong Indonesia. Hingga gerakan yang memperjuangkannya juga dibubarkan sepihak, oleh otoritas negri ini.

Namun, tidak bisa ditolak bahwa ide khilafah adalah ajaran Islam. Dan memperjuangkannya adalah kebaikan yang diganjar pahala oleh Allah. Perjuangan menegakkan Islam pun tetap berjalan. The show must go on. Hingga masa pandemi covid-19 ini melanda. Perjuangan menegakkan Islam semakin menemukan momentnya. Moment berjuang menegakkan Islam, sebagai bentuk pertaubatan yang sesungguhnya. Tidak ada yang surut, hanya masa dan caranya yang berbeda. Subhanallah! 

Khilafah Is The Matter Of Time

Pada tahun 2004 NIC merilis laporan "Mapping the Global Future" yang memprediksi empat skenario dunia diantaranya:
1. China dan India menjadi pemain penting dalam ekonomi dan politik dunia
2. Dunia masih dipimpin Amerika dengan 'Pan    Amerixana'
3.  "A New Chaliphate, yaitu berdirinya kembali Khilafah Islam, sebuah pemerintah Islam yang mampu memberi tantangan pada kekuasaan kapitalis dunia barat.
4. Cycle of Fear (munculnya lingkaran ketakutan). Dalam skenario ini, respon agresif pada ancaman teroris mengarah pada pelanggaran atas aturan dan sistem keamanan yang berlaku.

Sepertinya prediksi itu benar. Poin pertama sudah kita ketahui faktanya. Poin ke dua, juga bisa kita lihat eksistensinya. Poin ke 3 masih belum kita jumpai. Poin keempat, sepertinya dunia akan mengalaminya. Tatanan dunia baru sebagai efek dari wabah Covid-19. Dunia diteror oleh virus tak kasat mata, yang menyerang seluruh dunia. Bahkan, pesawat pangkalan militer AS yang katanya tak pernah memijakkan kakinya di darat pun terkena corona. Dan tak satu pun negeri yang mampu menangkal virus ini. Seluruh dunia sedang diteror wabah.

Khilafah Adalah Janji Allah

Khilafah bukan sekadar prediksi para ahli. Tapi khilafah adalah janji Allah yang diyakini oleh umat Islam.
Dari Hudzaifah r.a., ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:

«تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ  فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»

“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu  Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang zhalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya.  Kemudian akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada.  Selanjutnya  akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya (no. 18430), Abu Dawud al-Thayalisi dalam Musnad-nya (no. 439); Al-Bazzar dalam Sunan-nya (no. 2796))

Dengan demikian kabar NIC sebenarnya tidak mengherankan. Mungkin urutannya yang terbalik. Poin 4 dulu baru poin 3. Khilafah Islamiyah adalah akhir dari wabah ini. Insyaallah.

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post