Goresan Pena Abu Mush'ab Al Fatih Bala
(Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)
Kehidupan manusia tak bisa lepas dari politik. Disadari atau tidak politiklah yang menjadi nafas kehidupan suatu masyakarakat atau negara. Ekonomi, kesehatan, pendidikan, pertahanan keamanan dan sosial budaya bisa berjalan karena diatur oleh kebijakan politis.
Tanpa politik negara akan ambruk dan masyarakat tercerai berai. Namun sayang zaman sekarang masyakat menilai politik sebagai sesuatu yang kotor. Mengapa?
Karena melihat banyaknya praktek politik yang salah. Misalnya munculnya banyak politisi yang korupsi, menjual aset negara, tunduk kepada kepentingan asing dan mengabaikan rakyat sendiri.
Ini menyebabkan masyarakat apatis dan politikphobia. Padahal masyarakat tidak tahu kalau politik yang sedang diamalkan sekarang adalah politik yang berdasarkan sudut pandang Barat.
Politik menurut peradaban Barat adalah cara untuk mendapatkan kekuasaan, mempertahankan atau melanggengkannya. Maka tidak heran jika banyak orang menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan tujuan. Suap menyuap boleh asal bisa menjadi pejabat atau anggota dewan.
Berbagai proyek Asing, Aseng dan Asong diizinkan walau menindas rakyat yang lemah asal ada komisi masuk di kantong pribadi. Semua ini terjadi karena politik Barat lahir dari asas sekularisme yang memisahkan peran agama dari kehidupan dunia. Politik sekuler semacam ini telah diterapkan di dunia Barat dan Timur. Namun, tidak seperti ini seharusnya politik.
Politik itu mulia. Dalam Islam dikenal juga ilmu politik. Politik dalam Islam didefinisikan sebagai cara mengurus kepentingan umat dengan Syariah Islam. Bagaimana agar hajat hidup umat itu bisa dipenuhi dengan sistem Islam.
Politik ala Islam bahkan dipraktikan oleh Rasulullah SAW dan telah menjadi Sunnah bagi umatnya. Rasulullah SAW sendiri selain sebagai Rasulullah SAW juga sebagai kepala negara dan sekaligus politisi agung. Kepandaian politis Islam telah diamalkan juga oleh para Khalifah sepeninggal Beliau dalam mengurus Umat.
Bukti bahwa Rasulullah SAW adalah politisi sejati adalah Beliau berkeliling ke kabilah-kabilah di tanah Arab untuk mencari kekuasaan yang akan mendukung dakwah Islam. Beliau SAW juga memohon kepada Allah SWT agar dimudahkannya mendapatkan kekuasaan yang menolong dakwah Beliau.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT:
ÙˆَÙ‚ُÙ„ْ رَبِّ Ø£َدْØ®ِÙ„ْÙ†ِÙŠ Ù…ُدْØ®َÙ„َ صِدْÙ‚ٍ ÙˆَØ£َØ®ْرِجْÙ†ِÙŠ Ù…ُØ®ْرَجَ صِدْÙ‚ٍ ÙˆَاجْعَÙ„ْ Ù„ِÙŠ Ù…ِÙ†ْ Ù„َدُÙ†ْÙƒَ سُÙ„ْØ·َانًا Ù†َصِيرًا
Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong. (Q.S.Al Isra: 80)
Banyak kabilah menolak Beliau hingga akhirnya kekuasaan diberikan oleh golongan Yastrib (Anshor).
Rasulullah SAW juga mengadakan perjanjian Hudaibiyah sebuah siasat politis yang luar biasa yang bisa memberikan banyak kemajuan bagi Daulah Islam di Madinah. Beliau menulis surat dakwah menuju Islam kepada Raja/Kaisar/Kisra yang selevel dengannya sebagai kepala negara.
Beliau SAW menutup pasar riba di Madinah. Mengontrol harga barang, mengawasi kualitasnya dan juga memperhatikan timbangan.
Beliau SAW juga menjadikan Masjid sebagai tempat musyawarah menentukan kebijakan negara. Beliau mensyaratkan bebasnya tawanan perang jika mau mengajari anak-anak Kaum Muslim baca tulis. Ini semua disebut sebagai gerakan politik nabawiyah.
Dalam Islam kekuasaan itu bukan tujuan tetapi hanyalah sarana atau metode untuk menerapkan tujuan. Tujuan politik Islam adalah melanjutkan kehidupan Islam.
Contoh pengamalan politik Islam misalnya di bidang ekonomi, pendidikan dengan kesehatan. Jika dalam politik ala Barat pada zaman sekarang menggunakan ekonomi kapitalis dimana yang kaya semakin kaya dan miskin semakin miskin, politik Islam malah menyelamatkan masyarakat.
Kekayaan harus didistribusi secara merata. SDA tidak boleh dikuasai oleh kapitalis asing dan swasta tetapi harus dikelola oleh negara dan hasilnya untuk kemakmuran rakyat.
Pendidikan dan Kesehatan di zaman sekuler ini serba mahal dan berbayar sehingga orang sakit dilarang sakit dan jutaan anak yang putus sekolah karena mahalnya biaya pendidikan. Sedangkan pendidikan dan kesehatan dalam politik Islam harusnya gratis dan berlaku bagi semua warga negara apa pun status sosialnya. Ini lah yang tidak dimiliki oleh politik kontemporer sekarang.
Yaitu sudut pandang sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. Padahal pemimpin dalam sistem Islam harusnya sebagai pelayan yang berjuang memakmurkan rakyatnya. Bukan menjadikan masyarakat sebagai komoditas ekonomi semata yang diperlukan ketika membayar pajak. Namun dihiraukan ketika masyarakat menjerit karena sakit dan miskin. Semoga kita bisa menerapkan politik Islam sebagai alternatif terbaik yang mengganti politik sekuler. []
Bumi Allah SWT, 25 April 2020
#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan
Post a Comment