Masalah Sampah Ketika Wabah



Oleh : Asti Marlanti
Pegiat Opini dan Member Akademi Menulis Kreatif

Permasalahan sampah adalah persoalan klasik bagi Indonesia. Mulai dari sampah organik maupun anorganik. Konon, semua kota di Indonesia masih terkendala dalam mengendalikan sampah. Terlebih lagi ketika wabah corona berlangsung, masalah sampah pun menjadi masalah yang amat serius.

Selain sampah medis yang sudah tentu mengalami lonjakan selama penanganan wabah virus corona (COVID-19), sampah rumah tangga tak kalah mengalami peningkatan. Hal ini dirasakan Lilik, 55, ibu rumah tangga yang tinggal di Jakarta Barat dengan lima anggota keluarga di rumahnya. Ia mengatakan sejak pandemi, jumlah sampah di rumahnya meningkat dua kali lipat, karena lebih sering memasak untuk kebutuhan anak cucu, serta memakai masker sekali buang, tisu basah, serta hand sanitizer.

“Dulu enggak ada kebutuhan kayak tisu basah sama masker, tapi sekarang kan wajib ya,” ujar Lilik kepada Magdalene (8/3).

Peningkatan volume sampah rumah tangga turut dirasakan oleh aktivis lingkungan hidup dari Komunitas Tjiliwoeng, Suparno Jumar. Ia mengatakan, volume sampah sudah dipastikan meningkat di lingkungannya, karena orang-orang yang dulunya menyebar kini hanya berdiam diri di satu tempat.

“Sehingga sampah yang dihasilkan hanya di satu tempat, yaitu pemukiman,” ujarnya kepada Magdalene.

Adanya jenis sampah rumah tangga tambahan seperti masker, disinfektan, hand sanitizer, dan alat proteksi diri lainnya menjadikan penanganan sampah rumah tangga tak bisa lagi menggunakan alur yang sama dengan hari-hari sebelum pandemi. Kandungan bahan kimia berbahaya yang masih menempel pada sampah ataupun masker-masker bekas pakai yang seharusnya tidak sembarangan disentuh, membuat para petugas sampah harian rentan terpapar COVID-19.

Direktur Pengolahan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Novrizal Tahar mengatakan, sudah ada aturan resmi berupa surat edaran dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang memuat Standard Operating Procedure (SOP) terkait penanganan sampah rumah tangga. Dalam SOP-nya, seluruh petugas kebersihan atau pengangkut sampah rumah tangga wajib dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) khususnya masker, sarung tangan dan safety shoes yang setiap hari harus disucikan dari hama. Namun kenyataannya, sejak surat edaran diterbitkan tanggal 16 Maret 2020, praktik di lapangan banyak sekali petugas sampah yang tidak memakai APD, masker maupun sarung tangan. Menurut Novrizal, hal tersebut terjadi selain karena pemahaman akan bahayanya penularan yang masih kurang, juga diperparah dengan sebagian besar daerah yang belum siap dengan aturan tersebut, terlebih bila menyangkut masalah anggaran.

“Pengelolaan sampah itu tanggung jawab daerah, sedangkan anggaran sendiri sudah habis untuk menggaji petugas dan kebutuhan rumah tangga pengelola, sehingga banyak daerah yang memang belum siap,” ujarnya.

Miris sekali kondisi negeri ini. Setiap permasalahan yang ada, pemerintah sering lempar batu sembunyi tangan. Tidak terkecuali permasalahan sampah saat wabah seperti ini. Pemerintah pusat memberikan himbauan dalam bentuk surat edaran, namun pemerintah daerah tidak siap dalam hal anggaran. Pemerintah pusat pun tak mau tahu akan hal ini. Lagi-lagi dan lagi, rakyatlah yang jadi korban. 

Berbeda dengan Islam, permasalahan sampah adalah tanggung jawab bersama. Baik secara individu, kontrol masyarakat, maupun negara sebagai pengatur dan pengelola. Berikut ini di antara penjelasannya:

1. Individual
Islam mendorong kesadaran individu terhadap kebersihan hingga level asasi dan prinsipil yaitu keimanan terhadap surga dan neraka.

"Islam itu bersih, maka jadilah kalian orang yang bersih. Sesungguhnya tidak masuk surga kecuali orang-orang yang bersih" (H.R. Baihaqi).

Pemahaman tentang kebersihan yang mendasar ini menumbuhkan kesadaran individual untuk pemilahan sampah, pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri.

2. Kontrol Masyarakat
Pengelolaan sampah dan kebersihan memang tidak cukup hanya pada tataran individu. Karena jika ingin sehat dan bersih lingkungan sekitar kita pun harus sehat dan bersih. Di tengah wabah seperti ini, maka kebersihan masyarakat dan lingkungan adalah keniscayaan. Sehingga dibutuhkan kesadaran masyarakat secara keseluruhan di lingkungan tersebut. Dalam hal ini, kerjasama di antara warga sangat urgen dilakukan. Islam memandang bahwa masyarakat itu ibarat satu tubuh. 

Rasulullah bersabda, ''Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Hadis tersebut mengajarkan dua hal. Pertama, kaum mukmin merupakan satu tubuh yang saling terkait dan menyatu. Penyakit yang terdapat pada sebagian mereka akan dapat berpengaruh kepada bagian lainnya bila tidak ada pencegahan dan sebaliknya. Kedua, karena satu tubuh, kaum mukmin semestinya secara otomatis dapat merasakan penderitaan dan kesulitan yang dirasakan saudaranya yang lain. Seraya ia berupaya agar penderitaan dan kesulitannya itu berkurang hingga hilang sama sekali di masyarakat.

 3.  Peran negara
Pengelolaan sampah merupakan upaya preventif dalam menjaga kesehatan. Kesehatan sendiri merupakan kebutuhan sosial primer yang dijamin dalam Islam selain pendidikan dan keamanan. 

Pengelolaan sampah masyarakat tak boleh bertumpu pada kesadaran dan kebiasaan masyarakat saja, karena selain kedua hal itu tetap dibutuhkan infrastruktur pengelolaan sampah.
Sehingga yang tak kalah penting adalah peran negara atau pemerintah sebagai pemelihara urusan rakyat, bertanggungjawab untuk memberikan lingkungan yang sehat bagi rakyatnya. Karena tak dipungkiri penanganan sampah membutuhkan biaya dan inovasi teknologi pengelolaan sampah agar berjalan efektif dan efisien. 

Selain kewajiban pemerintah memberikan edukasi ke tengah masyarakat tentang kewajiban hidup bersih, pemerintah juga dapat bekerja sama dengan para ilmuwan terkait pengelolaan sampah dengan mengapresiasi dan mengadopsi inovasi teknologi tepat guna dan ramah lingkungan hingga terwujud lingkungan yang sehat dan bersih.

Semua ini dapat terwujud jika pemerintah mengabaikan kepentingan para kapitalis untuk mengambil alih urusan rakyat, termasuk masalah sampah dan memahami bahwa tanggung jawabnya sebagai pemimpin adalah mengurusi urusan rakyatnya dan menerapkan syariatNya.
Oleh karena itu jelaslah bahwa Islam dan syariatnya mampu menyelesaikan masalah sampah, terlebih lagi ketika wabah. 

Hal ini terbukti dengan adanya catatan sejarah Kekhilafahan Islam yang telah melakukan pengelolaan sampah dengan sangat baik di banding Eropa sejak abad IX-X M. Pada masa Bani Umayah, jalan-jalan di Kota Cordoba telah bersih dari sampah-sampah karena ada mekanisme menyingkirkan sampah di perkotaan yang idenya dibangun oleh Qusta ibn Luqa, ar-Razi, Ibn al-Jazzar dan al-Masihi. Tokoh-tokoh muslim ini telah mengubah konsep sistem pengelolaan sampah yang sebelumnya hanya diserahkan pada kesadaran masing-masing orang, karena di perkotaan padat penduduk telah berpotensi menciptakan kota yang kumuh (jurnalislam.com).
Oleh karena itu, wahai masyarakat dan penguasa negeri ini, mari kembali pada aturan Ilahi. Sehingga permasalahan sampah pun mudah diatasi dan menemukan solusi.

Wallaahu a'lam bish shawaab.

Post a Comment

Previous Post Next Post