Oleh : Aubi Atmarini Aiza
Member Akademi Menulis Kreatif dan Novelis
Individualis adalah salah satu dari penyakit masyarakat yang disebabkan oleh sebuah sistem kehidupan rusak, bernama kapitalisme. Sayangnya, sistem kapitalisme ini telah merajai dunia. Hampir semua negara, menggunakan sistem kapitalisme dalam mengatur kehidupan.
Hal itu berlanjut pada saat terjadinya pandemi. Masyarakat seolah lupa akan rasa kemanusiaannya. Ketika diumumkan ada 2 orang positif corona di Indonesia, sebagian orang berbondong-bondong menyerbu toko-toko sembako untuk memborong kebutuhan pokok. Penyakit individualis ini sampai pada titik yang paling kronis. Setelah beberapa orang dalam pengawasan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP) dan para tenaga medis dikucilkan masyarakat, kali ini jenazah pun ditolak. Dilansir oleh kompas.com, 17 April 2020. Pada sejumlah kasus, pemakaman pasien virus corona mengalami penolakan ketika akan dimakamkan.
Ini jelas memperlihatkan sikap tidak berbudaya, mengingat bagaimana budaya Indonesia yang dikenal penuh kasih sayang dan rasa simpati yang tinggi. Padahal dalam proses pemakaman pun, kita bisa melihat sangat detail dan terjaga. Seperti melapisi jenazah dengan plastik 3 rangkap dan pemakaman tidak lebih dari 4 jam pasca-kematiannya. Pun jenazah dimasukan ke peti dengan segel.
Dari pihak medis, dokter menjelaskan bahwa jika pasien mati, virus ikut mati. "Mengenai ketahanan virus corona pada pasien yang sudah meninggal bisa dikatakan sekitar 7 jam, karena orang sudah meninggal sel-sel pada tubuhnya akan mati umumnya dalam 7 jam, oleh karena itu pengelolaan jenazah Covid-19 sesuai standar," ujar Surya. Kita bisa kembali lagi pada teori. Virus membutuhkan tempat berlabuh atau inang, ketika ia tidak menempel pada suatu hal, atau inang itu sudah tidak berfungsi lagi, maka virus akan mati.
Pemahaman rinci seperti inilah yang dibutuhkan masyarakat. Sementara pihak paling dipercaya rakyat adalah Pemerintah. Maka, Pemerintah memilki kewajiban untuk memahamkan segala hal tentang virus corona. Banyak cara dapat dilakukan termasuk sosialisasi perdesa, sosialisasi di media massa dan memberikan solusi yang memberikan rasa aman pada rakyat. Faktanya, di lapisan bawah justru terjadi gejolak dalam aspek sosial dan ekonomi. Para ODP, PDP, para medis dan aparat yang menangani pasien corona langsung, dikucilkan. Bukannya diberikan suport sebagai pahlawan garda terdepan, akan tetapi justru dikucilkan seperti virus itu sendiri. Ini menunjukan sikap individualisme yang sudah kronis dan penguasa gagal dalam menangani gejolak ketakutan ini.
Tentu saja kita membutuhkan solusi dalam menangani pandemi ini. Agar rakyat bisa bekerjasama dengan Pemerintah dan para aparat yang menangani corona. Sehingga Pemerintah dapat fokus menangani pandemi, bukan sibuk menangani masalah lain yang akan menghambat penanganan. Di tengah pemberitaan mengenai corona yang semakin mengerikan, ketakutan pun tidak bisa dihindari. Dari mulai pasien dan para tenaga medis terinfeksi virus, diperparah dengan minimnya edukasi mengenai corona.
Sayangnya di dalam tubuh kapitalisme ini, seluruh aspek kehidupan diukur melalui untung dan rugi. Akibatnya tatanan kehidupan tidak seimbang, bukannya memberikan solusi solutif, justru malah menimbulkan masalah baru. Sehingga sangat mustahil bagi sistem kapitalisme, mengayomi rakyat dengan sikap kemanusiaan. Karena sejatinya, sistem kapitalisme ini tidak untuk seluruh rakyat, akan tetapi untuk segelintir kelompok. Jika pengurusan negara masih dipercayakan pada sistem kapitalisme ini, dapat dipastikan akan banyak korban jiwa seperti yang diprediksi dalam strategi herd immunity.
Kita membutuhkan solusi yang bisa menyelesaikan urusan serius seperti wabah corona ini. Dilihat dari cara kerja sistem kapitalisme, tentu tidak dapat dipertahankan lagi karena akan menimbulkan banyak kerusakan. Permasalah sikap individualis yang terjadi di tengah pandemi tidak lepas dari krisis pemikiran yang mendasar. Individualis timbul dari sistem kapitalisme yang hanya memikirkan diri sendiri, bukan untuk kemaslahatan bersama. Maka, kita harus beralih sistem. Sistem yang berkompeten dan terbukti mampu menata kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupan. Bahkan mengatur perkepala individu, dari mulai pemahaman dan arahan lainnya.
Sistem Islam adalah jawaban dari semua problematika yang terjadi. Ada maupun tidak adanya wabah, Islam adalah solusi solutif dari seluruh persoalan di dunia saat ini. Ketika Barat telah menyatakan bahwa kapitalisme telah gagal mengatur kehidupan umat manusia. Ada Islam yang dalam sejarahnya menorehkan tinta emasnya, sebagai peradaban poros dunia. Peradaban yang memulai kemajuan teknologi dan pendidikan dunia.
Begitupun Islam memiliki konsep lockdown sebagai konsep paling ampuh dalam menangani pandemi. Adalah sabda dari baginda Rasulullah saw.: "Jika kalian berada di suatu tempat (yang terserang wabah), maka janganlah kalian keluar darinya. Apabila kalian mendengar wabah itu di suatu tempat, maka janganlah kalian mendatanginya." Kemudian dipraktikan di masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, hasilnya wabah itu bisa diatasi.
Di dalam sistem negara Islam pun Pemerintah tidak akan tanggung-tanggung untuk menangani suatu kasus. Khilafah akan menggelontorakan banyak dana dan memberikan pemahaman kepada rakyat tentang suatu hal, sehingga tidak akan terjadi kakacauan di tengah masyarakat. Tidak ada pihak-pihak yang saling menzalimi dan tidak akan menimbulkan kekacauan lainnya.
Wallahu a'lam bishshawaab
Post a Comment