Dapatkah Sistim Birokrasi Hadapi Corona ?

By : Indah Kurniawati

Miris..!! Kasus Pandemi virus Corona kian meradang di Indonesia, walau baru diumumkan sekitar 35 hari di Indonesia namun jumlah korban terus meningkat setiap harinya, bahkan persentase kematian karena COVID-19 di negeri ini menempati posisi tertinggi di dunia.

Sampai 1 April 2020, pemerintah Indonesia melaporkan 157 kematian (sekitar 9,4%) dari total 1.677 kasus terkonfirmasi COVID-19. Jika diartikan secara kasar, persentase ini menunjukkan bahwa sekitar 9 dari 100 kasus positif COVID-19 mengalami kematian. Level kematian ini hampir dua kali lipat dari persentase kematian global sebesar 4,8% berdasarkan data dari Johns Hopkins University Amerika Serikat.

Disisi lain kebijakan pemerintah pusat yang menjadi alat perlindungan utama dalam penanganan wabah ini, justru dinilai sangat lamban dan tidak solutif.Tak hanya masalah penetapan kebijakan yang kurang cepat dan akurat, Pemerintah juga plin-plan dalam memilih opsi untuk penanganan wabah ini, sistem birokrasi juga terlihat terpecah antara pusat dan daerah. Ini karena kebijakan pemerintah pusat dinilai  individual, dan tidak bisa menyelesaikan permasalahan di daerah. Ini menjadikan ada beberapa pihak pemerintah daerah yang mengambil kebijakan masing-masing untuk daerahnya sendiri. 

Dampaknya warga menjadi kebingungan dengan informasi yang diterima, dan membuat pergerakan warga menjadi tak karuan untuk menghadapi wabah ini. Hal ini juga menggangu kondisi psikologis rakyat dan beresiko menurunkan imunitas tubuh. Belum lagi informasi mengenai wabah ini yang dinilai masih banyak yang ditutup - tutupi semakin membuat rakyat bingung mengambil keputusan yang disisi lain mereka harus mempertimbangkan keselamatan dan perekonomiannya.

Sangat disayangkan kesalahan kesalahan para penguasa terjadi di saat wabah melanda, akibatnya korban terus berjatuhan.  Tak kunjung mendapat solusi penyelesaian, akhirnya jatuh korban. Tak hanya korban meninggal dari kalangan rakyat sipil, Indonesia juga harus rela kehilangan putra-putri terbaik dari kalangan tenaga medis yang turut menjadi korban dalam penanganan COVID-19.Hingga Sabtu, (24/4/2020) Humas Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Indra Bustomi menyatakan bahwa ada sebanyak 25 dokter yang meninggal dunia selama merawat pasien Covid-19.

Sungguh apakah pemerintah masih ingin membiarkan wabah? Butuh berapa anak bangsa lagi yang akan jadi tamengnya? Sungguh Indonesia butuh birokrasi yang kredibel untuk mengatasi Corona. Dan itu hanya ada dalam sistem Islam yang memanusiakan manusia.

Post a Comment

Previous Post Next Post