Bersiap Hadapi Krisis Di Masa Pandemi

Oleh : Mahriani 
(Pemerhati Ekonomi Umat)

Hampir 80℅ negara di dunia terkena wabah virus korona.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan kondisi  darurat global karena wabah tersebut. Beberapa negara melakukan lockdown (Isolasi wilayah) dengan menutup negara mereka dari keluarga dan masuknya manusia ke dan dari negara tersebut. Praktis, kondisi ini menyebabkan aktivitas ekonomi berhenti.Memang,sebagian pekerja masih diperkenankan bekerja dari rumah, tetapi ekonomi riil tak bergerak.Cina sebagai pusat penyebaran korona bahkan lebih dulu melakukan isolasi wilayah.Maka dapat diperkirakan dampak yang dialami salah satu raksasa ekonomi dunia itu.Pasti berdampak pada sektor ekonominya. 

Persoalannya menjadi lebih besar mengingat banyak negara sangat bergantung kepada Cina. Akibatnya, begitu ekonomi Cina di hantam krisis,otomatis negara yang lain akan mengalami mengalami nasib yang sama. Bahkan bisa lebih buruk lagi.Inilah mengapa, berbagai lembaga dunia memprediksi ekonomi dunia di tahun ini suram. Krisis menerpa hampir semua negara,termasuk Indonesia. Rakyat merasakan kehidupan yang mulai berat dalam beberapa bulan terakhir. Harga barang-barang cenderung merangkak naik sehingga mereka menahan diri untuk berbelanja barang. Hanya barang kebutuhan pokok saja yang menjadi prioritas.

Jangan heran jika pusat-pusat perbelanjaan saat ini mulai sepi. Sampai-sampai para pedagang yang tidak memiliki modal yang cukup, memilih untuk menutup usaha mereka. Sepinya pengunjung ini pun memaksa beberapa supermarket besar menutup gerai mereka di beberapa kota.Dampak selanjutnya adalah pengangguran.Selain karena pemutusan hubungan kerja, lapangan kerja yang minim memaksa para lulusan sekolah dan perguruan tinggi harus gigit jari karena menganggur. 

Para penganggur yang memiliki sepeda motor masih beruntung bisa menjadi tukang ojek online. Jumlahnya diperkirakan mencapai 2,5 juta orang.Tapi dengan kasus corona, di mana kegiatan sekolah dan perkantoran libur, bisa dipastikan mereka akan menganggur. Padahal sebelumnya saja penumpang sudah sepi. 

Pengangguran berkorelasi positif dengan penurunan pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan biaya sosial, menurunkan aktivitas perekonomian, menurunkan tingkat ketrampilan,terjadinya kemiskinan,kurang gizi,tindak kriminal meningkat,produktivitas tenaga kerja rendah,dan upah yang rendah. 

Dalam skala nasional krisis ekonomi akan berdampak pada penurunan aktivitas perekonomian sehingga pendapatan negara yang anjlok serta pembengkakan utang  luar negeri akibat nilai kurs rupiah yang terus melemah.Tidak hanya utang pemerintah, utang swasta pun akan membengkak.Dalam kondisi seperti ini, perusahaan bisa saja bangkrut atau rugi sehingga harus mem-PHK-karyawan mereka. 

Bila Jakarta di _lockdown_ (isolasi wilayah) maka ekonomi Indonesia akan mandeg. Mengapa? Karena 70 persen pergerakan uang secara nasional berada di Jakarta.“Indonesia bisa krisis karena lockdown di Jakarta,“ kata peneliti ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira.Secara sosial dan politik, kemiskinan yang meluas akan menyebabkan stabilitas sosial terganggu karena meningkatnya angka kriminalitas dan gangguan keamanan. Dan, dampak lebih jauh, negara dalam kondisi terpuruk sehingga makin mudah dipermainkan oleh kekuatan asing, terutama para kreditur yang meminjamkan uang mereka. Sebagai konsekuensinya, asing akan makin mencengkeram negeri ini dengan menguasai kekayaan alam Indonesia dan menentukan arah kebijakan negara. Penandatanganan Letter of Intent (LoI) antara rezim Soeharto dan IMF menjadi gambaran nyata bagaimana asing begitu mudah mendikte Indonesia gara-gara utang.

Sesungguhnya, pertumbuhan ekonomi negara-negara penganut sistem kapitalisme adalah pertumbuhan ekonomi yang semu, palsu.Karena,hanya berputar-putar dari kertas uang, kertas utang, dan kertas saham.Hampir 75 tahun Indonesia merdeka kondisi rakyat Indonesia belum juga sejahtera. Era reformasi yang menginjak usia hampir 22 tahun, ternyata tak membawa perubahan yang signifikan bagi rakyat. Padahal dulu katanya, reformasi ini menjadi gerbang menuju Indonesia yang baru. 
Sejak krisis moneter 1998 yang menyebabkan pergantian rezim, ternyata ekonomi Indonesia berjalan di tempat. Memang banyak infrastruktur dibangun, tapi uangnya dari utang luar negeri. 
Tak heran jika utang luar negeri terus menggunung,sementara rakyatnya tetap saja dalam nestapa.

Sepuluh tahun pasca krisis moneter yang melahirkan era reformasi,Indonesia kembali diterpa krisis ekonomi.Nah sekarang, krisis itu menghantui di depan mata.Terlebih lagi setelah ada wabah korona yang menghentikan berbagai kegiatan ekonomi. Namun,bila disimak secara lebih mendalam, krisis ini ternyata bukan hal yang baru.Hanya mengulangi saja apa yang terjadi sebelumnya. Mengapa?Ternyata, faktor-faktor yang menyebabkannya sama.Krisis ekonomi ini terus terjadi karena pilar utama sistem ekonomi kapitalis ini sangat rapuh.Tidak kuat menahan gejolak yang ada. 

Faktor pertama,sistem mata uangnya,yaitu uang kertas,yang hanya berbasis pada kepercayaan (trust), bukan pada nilai intrinsiknya.
Kedua, sistem utang-piutang, yang berbasis pada bunga (interest) yang bersifat tetap (fix rate).Sistem utang-piutang seperti ini diwujudkan pada sistem perbankannya. 
Ketiga,sistem investasinya,yang berbasis pada perjudian (speculation).Sistem investasi model ini diwujudkan pada sistem pasar modalnya. 
Ketiga faktor  ini memang sangat berperan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun, pertumbuhannya itu ibarat balon udara yang cepat menggelembung (bubble economic),tetapi dalamnya kosong,tidak berisi,sehingga sangat rentan untuk meledak. 

Menurut Pakar ekonomi syariah Dwi Condro Triono,pertumbuhan ekonomi kapitalisme adalah pertumbuhan ekonomi yang semu, palsu. Karena, 
hanya berputar-putar dari kertas uang,kertas utang, dan kertas saham.Tidak ada nilai ekonomi riilnya, kecuali hanya sedikit, dibanding dengan perputaran di sektor non riilnya.Hanya karena isu yang kecil saja,balon ekonomi ini bisa meledak sewaktu-waktu. Itulah sebabnya,sistem ekonomi kapitalisme akan senantiasa menjadi langganan krisis ekonomi.

Sistem ekonomi kapitalis hanya mampu menumbuh suburkan ekonomi non riil yang nilai transaksinya jauh lebih besar dari ekonomi riil.Terjadi pula kesenjangan dan penumpukan modal pada segelintir orang.Sistem kapitalis juga dibangun atas dasar kerakusan. Para pemilik modal memiliki peran besar dalam mencaplok kekayaan milik rakyat. Mereka tidak pernah puas terhadap produksi yang mereka hasilkan dan tidak pernah puas terhadap perilaku konsumtif mereka.

Post a Comment

Previous Post Next Post