Alat Kesehatan Langka, Kesalahan Siapa ?

By : Nurhikmah,S.Pd.I 
Pemerhati Sosial

Meski perkara Virus corona ini sudah cukup lama menjadi bahan perbincangan dan pengamatan para pemikir, namun ada banyak hal patut menjadi sorotan terutama terkait kebijakan pemerintah untuk mengimpor APD (Alat Pelindung Diri) dan obat-obatan dari negeri seberang. Memang APD dan obat-obatan ini menjadi kebutuhan pokok dalam penanganan covid-19, terlihat dengan banyaknya keluhan dari para petugas medis. Bahkan dengan kelangkaan alat kesehatan ini di beberapa rumah sakit terpaksa para tenaga kesehatan menggunakan pelindung diri yang ala kadarnya.

Tentu menjadi pertanyaan besar, kenapa alat kesehatan dinegeri ini menjadi langka ? dilansir dari detik.com bahwa alat kesehatan saja sampai lebih dari 90% itu dari impor, bahannya impor. Kemudian obat-obatan, bahan baku dan obat-obatan 90% impor," kata Arya dalam video pesan singkat, Jumat kemarin (17/4/2020). Luar biasa mencengangkan. Impor alat kesehatan sampai 90%, sementara di lain waktu kita pernah mengekspor alat kesehatan serupa kenegeri lain.  

Pernyataan serupa diungkapkan oleh erick Thohir selaku Menteri BUMN. "Di sini Pak Erick melihat ada mafia-mafia besar, baik global dan lokal yang bergabung dan sebagainya yang akhirnya membuat bangsa kita hanya sibuk berdagang bukan sibuk memproduksi. Jadi ini jelas dari perintah Pak Jokowi dan arahan Pak Jokowi ke Pak Erick Thohir memberantas mafia dengan membangun industri lokal, industri farmasi sehingga kita bisa produksi sendiri apa kebutuhan kita," terangnya (detik.com 17/4/2020).

Melihat kondisi tersebut, maka nampak dengan jelas adanya permainan para mafia kapitalis baik skala nasional maupun global yang menekan pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonominya dan  berupaya memanfaatkan kondisi ini demi meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Karena sejatinya Indonesia adalah negeri yang kaya akan SDA terutama bahan baku untuk pembuatan alat-alat kesehatan, yang sepatutnya menjadi bahan pertimbangan untuk pemerintah membuka dan memanfaatkan produsen-produsen alat kesehatan dalam negeri sendiri. Hal ini pula akan mampu untuk mempertahankan kestabilan ekonomi negara, penguasa dan masyarakat yang menjadi pekerja dalam sektor produksi. 

Dalam Islam, masalah kepemimpinan dianggap sebagai masalah yang sangat penting. Sehingga untuk hal yang demikian, Islam juga memberikan edukasi politis dan praktis sehingga pemimpin kaum muslim bersikap mandiri dalam menentukan kebijakan dalam negeri yang dia pimpin. Yakni pemimpin yang adil dan steril dari kerakusan kaum kapitalis. Sosok pemimpin yang tidak boleh bingung dan plin plan dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi didalam negerinya.

Didalam Islam, ketegasan seorang pemimpin itu menjadi karakter yang harus melekat dalam dirinya, bukan sebagai bentuk otoriter, sebab ia memutuskan perkara bukan berdasarkan pertimbangan untuk dirinya sendiri, terlebih lagi bukan untuk para mafia-mafia kapitalis yang mencari keuntungan semata. Seorang pemimpin sejatinya memutuskan sesuatu berdasarkan kitabullah dan sunnah yang sudah pasti akan membawa kemaslahatan bagi umat manusia.

Demikianlah sosok pemimpin yang dicontohkan oleh Rasulullah dan Abu Bakar ketika menjadi pemimpin atas kaum muslim, Rasul bersikap tegas dalam perjanjian hudaibiah meskipun para sahabat tidak setuju dengan pendapatnya, demikian pula Abu bakar bersikap tegas dalam memerangi orang-orang murtad meskipun berbeda pendapat dengan Umar. 
Sosok pemimpin yang demikian hanya mungkin didapatkan dalam sistem pemerintahan Islam, pemimpin yang hanya bertujuan untuk meraih keridhaan Allah, menjadi pelayan bagi ummat sebagaimana sabda Rasulullah “pemimpin suatu kaum (bangsa) adalah pelayan mereka”. Sejatinya seorang pelayan adalah dia yang paling sibuk melayani para rakyatnya, mengambil keputusan demi terciptanya kesejahteraan bagi rakyat, bukan justru menjadi budak kapitalis yang membuat rakyat semakin sengsara. Wallahu’alam bisshowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post