Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala
(Pemerhati Politik Asal NTT)
Indonesia berduka. Serangan Corona datang bertubi-tubi. Pada awalnya publik sempat mengira jumlah positif Corona cuma 4 orang dan dapat diatasi dengan isolasi di Depok pada tanggal 2 Maret 2020. Namun setiap hari jumlah korban semakin bertambah dan mencapai 48 orang meninggal dunia (Visimuslim.org, 22/3/2018).
Bahkan garda terdepan dalam menghadapi Corona di Indonesia yaitu bidang kesehatan harus kehilangan 3 orang dokternya. Mereka adalah dr. Hadio Ali Khazatsin, dr. Djoko Judodjoko, dan dr. Adi Mirsa Putra (Indonesiabertauhid, 22/3/20). Semoga perjuangan mereka diterima di sisi Allah SWT dan dimasukkan ke dalam surganya sebagai bagian dari para Syuhada.
Tenaga medis yang telah meninggal dunia ini sempat mengguncang psikologis publik bahwa tenaga medis terkesan kuat dan terbebas dari segala penyakit ternyata bisa kena corona. Kalau tenaga medis bisa sakit dan meninggal karena Corona apalagi publik.
Tenaga medis yang sekarang berjuang adalah pahlawan kemanusiaan. Perjuangan mereka harus diapresiasi. Bahkan mereka sempat membuat video yang intinya berpesan, "Kami Tenaga Medis berjuang untuk anda di sini (menghadapi Corona) anda berjuang untuk kami dengan tetap tinggal di rumah (lock down).
Problem yang dihadapi oleh tenaga medis di Indonesia adalah mereka berharap masyarakat di Indonesia mau melakukan Lock Down sehingga virus Corona tidak menyebar. Sedangkan mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengisolasi pasien Corona. Memberikan pasien semangat hidup dan mengupayakan obat walupun nyawanya sebagai taruhan (vaksin untuk Corona masih dalam pengembangan).
Selain tenaga medis, salahsatu Rumah Sakit Rujukan Nasional, RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, karena diduga kesulitan dana atau belum mendapatkan bantuan dari pemerintah terpaksa membuka donasi berharap bantuan rakyat. Tujuannya untuk memenuhi ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kesehatannya dalam menghadapi Covid 19.
"Bantuan cukup banyak, tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Kepada semuanya, saya ucapkan terima kasih. Karena itu adalah bentuk kepedulian (masyarakat) dan membuat semangat kami untuk melanjutkan perjuangan ini, menolong pasien yang sudah terinfeksi corona," kata Direktur Utama RSPI Mohammad Syahril dalam konferensi pers penanganan COVID-19 di RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta, Jumat (Republika.co.id,20/3).
Publik Indonesia berharap agar tidak ada lagi tenaga medis dan rakyat yang menjadi korban Corona dan Pemerintah bisa segera menemukan jalan keluar bagi situasi yang semakin sulit. Dan salahsatu alternatif yang ditempuh adalah dengan menerapkan Sistem Islam.
Diduga Pemerintah Indonesia belum juga melaksanakan Lock Down secara nasional karena kekurangan dana atau ketakutan akan runtuhnya ekonomi negara. Jika dugaan ini benar bisa diantisipasi dengan menerapkan sistem ekonomi Islam. Syariah Islam akan mengambil alih penguasaan SDA yang melimpah ruah di dalam negeri.
Negara akan memprivatisasi semua SDA yang telah lama dikuasai pengusaha swasta lokal maupun internasional. Keuntungan dari Sumber Daya Alam ini mampu memberikan dana yang lebih dari cukup untuk melakukan Lock Down selama berbulan-bulan.
Misalnya keuntungan dari Freeport mc Morran di Tembagapura, Timika Papua mencapai 2,3 miliaran US Dollar atau RP.36,8 billun (Jika 1 USD seharga Rp.16.000). Ini belum termasuk ratusan daerah tambang lainnya yang dikuasai asing di Indonesia. Keuntungan di bidang SDA sangat mampu untuk melaksanakan program nasional melawan Corona.
Program itu antara lain melakukan Lock Down dengan cara menutup akses bandara, pelabuhan maupun transportasi darat. Memberikan bantuan logistik kepada seluruh rakyat Indonesia agar bisa bertahan berbulan-bulan dalam menjalankan social distancing.
Mampu menyokong perusahaan farmasi nasional mencetak masker hiegenis sebanyak-banyaknya. Mendorong LIPI agar semangat menemukan vaksin anti Covid-19. Mengontrol harga barang dan melarang penimbuan barang.
Dengan dana yang melimpah ini dan disertai dengan keimanan dan ketakwaan yang tinggi kepada Allah SWT, pemerintah akan mampu memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya social distancing ala Islam yang pernah sukses pada masa Khalifah Umar bin Khattab ra. Sehingga masyarakat tidak salah pilih solusi ala ideologi komunis mau pun kapitalis.
Di China sempat ada wacana tembak mati pasien Corona agar tidak menular ke yang lain. Sedangkan Amerika Serikat sedang mengembangkan vaksin Corona yang tidak diberikan secara gratis demi kemanusiaan tetapi dibisniskan.
Solusi Syariah Islam yang ditawarkan tidak pragmatis seperti itu. Dengan penerapan Syariah secara Kaffah pemerintah bisa menghilangkan dominasi asing dalam bidang utang. Sehingga tidak perlu memasukkan tenaga kerja asing pada masa pandemi Corona.
Rumah sakit pun tidak khawatir karena mendapatkan banyak suplai materi maupun non materi dari pemerintah. Persepsi publik pun akan bagus karena yakin bersama negara mampu memerangi Corona. Bahkan menjadi contoh pemberantasan Corona yang terhandal bagi negara-negara lain di dunia. []
Bumi Allah SWT, 22 Maret 2020
#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan
Post a Comment