Oleh : Sumiati
Praktisi Pendidikan dan Member Akademi Menulis Kreatif
Dilansir oleh Tempo.com, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat terjadi kenaikan jumlah kasus kekerasan terhadap anak perempuan (KTAP). Sepanjang 2019, Komnas mencatat terjadi 2.341 kasus atau naik 65 persen dari tahun sebelumnya sebanyak 1.417 kasus.
Komisioner Komnas Perempuan Mariana Amiruddin mengatakan kasus kekerasan terhadap anak perempuan yang paling banyak terjadi adalah inses, yakni sebanyak 770. Menyusul berikutnya seksual adalah kasus kekerasan seksual sebanyak 571 kasus dan kekerasan fisik sebanyak 536 kasus.
"Dominannya kasus inses dan kekerasan seksual terhadap anak perempuan menunjukkan bahwa perempuan sejak usia anak dalam situasi tidak aman, bahkan oleh orang terdekat," kata Mariana dalam peluncuran Catatan Tahunan (Catahu) 2020 Komnas Perempuan di Hotel Mercure, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat, 6 Februari 2020.
Kategori kasus inses diartikan kekerasan seksual di dalam rumah dengan pelaku yang memiliki hubungan darah, yakni ayah kandung, ayah tiri, dan paman. Sedangkan kasus kekerasan seksual terjadi dan dilakukan oleh pihak luar rumah, yaitu tetangga atau lingkungan terdekat.
Komnas Perempuan mencatat inses menjadi salah satu bentuk kekerasan seksual yang sulit dilaporkan oleh korban karena menyangkut relasi keluarga. Jika korbannya anak perempuan, ibu korban sulit menyoal pelaku yang notabene adalah suaminya. "Kasus inses dengan pelaku ayah dan paman menunjukkan mereka adalah dua orang yang belum tentu menjadi pelindung dalam keluarga," kata Mariana.
Ditilik dari kategori pelaku, tercatat ada 469 kasus di mana pelaku kekerasan adalah ayah tiri dan ayah angkat, dan 618 kasus yang pelakunya ayah kandung.
Dalam hal ini, kebijakan penguasa dan gerakan mengangkat kesetaraan, tidak menyurutkan jumlah dan jenis persoalan yang dihadapi oleh perempuan. Eksploitasi ekonomi, komersialisasi di media, kekerasan seksual dan tiadanya jaminan kesehatan. Dari segi eksploitasi ekonomi, kaum liberal memajang perempuan dalam penjualan mobil, dalam penjualan hewan kurban, termasuk kedy cantik pengambil bola golf. Tentu semua ini tidak ada hubungannya dengan ekonomi, yang ada eksploitasi perempuan di ranah tersebut. Dalam hal ini yang dirugikan adalah perempuan.
Begitupun di media sosial, eksploitasi perempuan besar-besaran. Keindahan fisiknya dijual hingga bernilai milyaran rupiah. Miris, para perempuan tersebut tidak sadar bahwa dirinya korban liberalisasi. Yang lebih sadis lagi, hal berdampak besar kepada masyarakat awam. Perempuan cantik di medsos berseliweran, hingga menggugah birahi pria manapun yang melihatnya. Tak terkecuali pria yang notabe ayah yang memiliki istri dan anak. Jika iman lemah, di rumah istri tampak sudah tidak menarik lagi, sementara hal yang menggugah birahi di media kuat. Di rumah ada anak gadis belia yang sedang ranum-ranumnya dipandang mata. Akhirnya banyak kasus ayah menodai anak gadisnya, kakak terhadap adiknya dan lain-lain. Hal ini diingkari oleh kaum liberal sebagai sebab terjadinya kehancuran bagi perempuan.
Bagaimana Islam melindungi perempuan?
1. Memperbaiki pandangan terhadap perempuan dengan cara pandang Islam.
Rasulullah saw bersabda : "Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap istrinya, dan aku yang terbaik terhadap istriku."(HR Ibnu Majah dari Ibnu Abbas ra, Shahih Ibnu Majah : 1608).
2. Memprioritaskan pemeliharaan terhadap perempuan sejak kelahirannya.
3. Jika anak perempuan tumbuh dewasa, dia dijaga dan dirawat oleh pengasuhan penjagaan ayah yang bersikap protektif dan dia melindunginya dari bahaya.
4. Nabi menyeru para suami untuk bersikap ofensif terhadap istri dan mengabaikan kekurangannya.
5. Melarang seksualisasi perempuan.
6. Mengorganisir hubungan antara laki-laki dan perempuan.
7. Mengelola bangunan keluarga dengan Islam.
8. Membangun segitiga kehidupan perkawinan, istirahat, cinta dan belas kasihan.
Demikianlah beberapa point perlindungan Islam terhadap perempuan, sehingga dapat hidup mulia dengan tenang. Terlebih didukung negara sebagai junnah atau perisai. Hal ini sangat jauh berbeda dengan kondisi perempuan saat ini. Perempuan dalam cengkeraman liberalisme.
Wallahu a'lam bishshawab.
Post a Comment