Oleh: Hilma Ummu Sulthan
(Pengajar di Pondok Pesantren Khoiru Ummah Sumedang)
Generasi
milenial merupakan generasi penerus masa depan 10-20 tahun yang akan datang. Di
tengah teknologi yang memuncak, sebagai orang tua haruslah lebih memperhatikan
anak-anak kita, bagaimana pergaulannya, bahasa mereka, sampai kepada adab yang
terbentuk ketika anak-anak berinteraksi dengan sesama.
Hal
inilah yang dilakukan oleh Kemenag Jawa Barat sebagai salah satu upaya
memproteksi generasi milenial agar senantiasa disiplin dan menerapkan
teori-teori keagamaan yang positif. Dilansir dalam media online Sumedang
bahwasannya pemerintah serius menangani hal ini. Pada (10/03/2020) Kemenag
melakukan pelantikan SAKA (Satuan Karya Pramuka) Amal Bakti yang simboliskan
dengan penempelan atribut kepramukaan (sumedang.online, 10/03/2020).
Kepala
kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumedang Hasen mengatakan, SAKA Amal Bakti
dibentuk untuk berbagai keanggotaan kepramukaan baik yang tergabung dalam
pondok pesantren dan para penyuluh. Sehingga melalui satuan tersebut diharapkan
bisa mengembangkan kepramukaan di bidang pendidikan keagamaan karena Pramuka
sebagai wadah pembinaan generasi muda yang sangat efektif terutama dalam
peningkatan disiplin termasuk pelaksanaan disiplin keagamaan.
(Kabar-priangan.com, 24/02/2020).
Memang
benar, upaya ini akan memengaruhi kedisiplinan remaja namun hanya sedikit. Karena
upaya tersebut akan kalah bersaing dengan budaya serta pergaulan remaja yang
masuk lebih cepat. Harus ada upaya yang menyeluruh untuk membentuk disiplin
remaja.
Islam
adalah agama paripurna. Islam mengatur segala aspek kehidupan termasuk
kehidupan remaja. Sebetulnya ketika kita kembali kepada Islam problematika umat
akan segera terselesaikan. Mengenai kedisiplinan remaja yang hari ini terkikis
karena terbentur oleh zaman, Islam sejak dulu mengatur hal ini. Bagaimana Islam
mengatur nya? Yakni dari Ibadah makhluknya kepada Sang Pencipta.
Sholat
misalnya, ada waktu tertentu yang mewajibkan manusia sholat tepat waktu. Jika
hal ini dibiasakan semenjak dini tentu akan mempengaruhi kedisiplinan mereka.
Apalagi jika sholatnya benar-benar khusyu sehingga sholat akan menjadi perisai
mereka untuk melakukan keburukan.
Hanya
saja hari ini manusia telah jauh dari Islam. Sehingga kedisiplinan akhirnya
terkikis bahkan tak terlihat lagi dalam diri remaja. Inilah bukti bahwasannya
kita sebagai orang tua harus mengembalikan agama kepada diri remaja sebagai
pemimpin masa depan bukan hanya program-program yang tidak memiliki efektivitas
terhadap kedisiplinan. Selain itu, upaya menanamkan kedisiplinan juga harus
didorong dengan motivasi ruhiyah, meraih nilai akhlaqiyyah. Bukan sekedar demi
nilai moral atau materi. Sehingga patutnya kita kembalikan kedisiplinan remaja
pada pendidikan yang diatur didalam Islam.
"Jadikanlah
sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali orang-orang yang khusyu (yaitu) orang yang meyakini bahwa mereka
akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya” (TQS.
Al-Baqoroh:45-46).
Post a Comment