Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala
(Pemerhati Politik Asal NTT)
Negara yang maju dan kuat adalah negara yang mampu membangun ketahanan nasionalnya. Tidak didikte atau dikuasai oleh negara asing baik itu kapitalis maupun komunis.
Kemajuan infrastruktur bukanlah penanda hebatnya negara tersebut jika utang luar negeri membengkak, jumlah fakir miskin dan anak terlantar masih banyak, dan banyaknya impor yang dilakukan. Apa gunanya infrastruktur yang megah jika ekonomi rakyat rapuh dan daya belinya anjlok.
Indonesia termasuk negara yang masih banyak impor. Misalnya impor garam padahal Indonesia adalah negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua yang semestinya ada potensi untuk menjadi negara raksasa pengekspor garam di dunia. Setelah itu ada impor bawang putih dari China sebanyak 62.000 ton dan daging sapi dari India sebanyak 100.000 ton. Indonesia sebenarnya bisa belajar menjadi pengekspor bawang dengan mencontoh daerah sukses bawang seperti di Flores dan NTB atau pengekspor sapi seperti NTT yang menjadi eksportir tetap daging sapi ke Pulau Jawa.
Indonesia juga bisa belajar kepada pemerintahan Orde Baru. Ketika itu Soeharto mampu membawa Indonesia menjadi negara swasembada beras pada tahun 1984 yaitu sebanyak 25,8 ton. Kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. Bahkan negeri ini mampu menyumbang 100.000 ton ke Afrika yang tengah dilanda musim kelaparan. Ketahanan beras Indonesia baru goyah pada akhir pemerintahannya pada tahun 1998.
Namun yang perlu diingat adalah kemauan pemimpin kala itu untuk memajukan pertanian. Iklan-iklan dibuat untuk menghargai jasa petani dan nelayan yang setiap hari diputar di Televisi sehingga rakyat termotivasi menjadi penghasil beras yang handal. Harusnya bisa diperlebar ke komoditi atau bidang yang lain. Pesawat Gatot Kaca temuan B.J. Habibie sempat menjadi ikon internasional sebelum akhirnya beliau hengkang ke Jerman.
Namun mengapa swasembada beras tidak ada lagi dan kemudian keran impor dibuka untuk berbagai jenis barang? Itu disebabkan oleh sistem kapitalisme yang menggurita di Indonesia. Para kapitalis telah menyulap Indonesia menjadi lahan industri dan bisnis perhotelan atau mall.
Banyak sawah yang dibeli kemudian dialihfungsikan menjadi hotel atau mall. Sontak panen beras menurun, banjir semakin banyak karena daerah resapan air berkurang. Kurangnya dukungan pemerintah terhadap para ilmuwan untuk mengembangkan riset di bidang pangan dan lain-lain menyebabkan mereka pergi ke luar negeri. Mereka betah di sana karena digaji mahal.
Lantas bagaimana solusinya? Bisa dengan menjalankan sistem Islam. Islam melarang tindakan kapitalisme mengusai suatu negeri. Dalam Islam kekayaan alam yang melimpah ruah harus dikuasai oleh negara dan digunakan untuk memakmurkan rakyat.
Sekitar 300an daerah tambang besar yang dikuasai oleh perusahaan Amerika, Inggris, China, Perancis harus diambil alih oleh negara. Keuntungannya untuk membiayai riset dan menggaji ilmuwan Indonesia agar mampu mengembangkan ketahanan pangan nasional selain untuk membayar utang luar negeri, membangun infrastruktur, membuka lapangan kerja dan membebaskan biaya pendidikan dan kesehatan.
Bekerjasama dengan para petani dan peternak mendukung usahanya. Membudayakan pendidikan wirausaha dengan ajaran Islam. Karena dalam pandangan Islam menjadi produsen dan pekerja sebanding dengan amalan jihad.
Hal ini diperlukan mengingat rakyat Indonesia telah dicocoki pemikiran bahwa perilaku konsumtif merupakan gaya hidup. Iklan dan acar di Televisi telah berkontribusi meningkatkan perilaku konsumtif masyarakat. Padahal masyarakat Indonesia sangat cerdas, mahasiswa nya pun banyak dan sering memenangkan olimpiade tingkat internasional. Semua mempunyai potensi itu jika tidak diarahkan sebagai penikmat saja.
Negara harus mendukung petani, nelayan dan peternak dengan menyediakan fasilitas yang mereka perlukan. Agar tercipta swasembada pangan dan bisa mengekspor berbagai jenis barang keluar negeri.
Cara pandang yang Islami tentu saja akan menggantikan ideologi kapitalisme yang merugikan negara. Semuanya bisa dilakukan jika ada kemauan dari pemimpin dan kerjasama dengan masyarakat. []
Bumi Allah SWT, 11 Maret 2020
#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan
Post a Comment