Demam Tiktok di Tengah Social Distancing

Oleh : Shintia Rizki Nursayyidah, S.Pd. 
(SMART Teen Consultant Komunitas SMART with Islam Banjaran)

Pasca pemerintah Indonesia mengumumkan pandemi virus corona sebagai bencana nasional dan menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk penanganan virus ini, sejumlah pemerintah daerah mengambil kebijakan untuk meliburkan aktivitas persekolahan selama 14 hari. Perusahaan-perusahaan juga diimbau untuk meminta karyawannya bekerja dari rumah (Work From Home). Tujuannya untuk menekan laju penularan virus corona dengan mengurangi kontak di tengah kerumunan atau komunitas yang lebih besar. Kemudian, muncul istilah social distancing atau jarak sosial. Muncul pula trending tagar #DiRumahAjaDulu sebagai seruan untuk berdiam diri di rumah.
Di tengah kondisi social distancing, banyak orang melakukan berbagai aktivitas hanya di rumah saja. Untuk mengatasi kejenuhan 14 hari di rumah, tidak sedikit pelajar yang mengisi waktunya dengan bermain tiktok. Sebagai sebuah teknologi, platform tiktok memang ibarat pisau bermata dua. Bisa berdampak positif maupun negatif. Meski ada yang menggunakan aplikasi ini untuk edukasi terkait pencegahan virus corona, tetapi sayangnya justru banyak yang menggunakan aplikasi tiktok hanya untuk hiburan semata. Banyak pelajar yang latah menggunakan tiktok ini hanya sekadar untuk joget-joget. 
Dari awal kemunculannya hingga saat ini, tidak sedikit konten tiktok yang isinya joget erotis, memperlihatkan aurat, dan keseksian. Bahkan gara-gara video goyangnya disebarluaskan, dua remaja di Pare-pare, Sulawesi Selatan pernah berkelahi saling menjambak rambut hingga video perkelahian yang direkam oleh teman sekelasnya sempat viral di berbagai media sosial (Tagar.id, 19/5/19). Tidak hanya itu, konten challenge seperti skull breaker challenge dan cereal challenge yang viral di tiktok pun sangat berbahaya bahkan bisa menyebabkan kematian. 
Bukan berbicara aplikasinya yang salah, toh itu hanya teknologi. Tentu kitalah sebagai manusia yang memanfaatkan teknologi tersebut. Kreatif boleh, apalagi di tengah kondisi social distancing saat ini, tetapi tentu kita harus pintar memilih prioritas aktivitas kita. Sebagai remaja Muslim, kita pun harus memilih dan memilah mana yang sekiranya mendatangkan keridhaan Allah. Bukankah kelak Allah akan menanyai apa yang kita lakukan di dunia ini?
"Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi RabbNya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2416, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir jilid 10 hal 8 Hadits no. 9772 dan Hadits ini telah dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah al-AHadits ash-Ashahihah no. 946)
Oleh karena itu, meski tidak mudah bagi kita untuk mengisolasi diri selama 14 hari, tentu kejenuhan dan bosan melanda. Namun, kita harus bersabar dan bertahan demi keselamatan bersama. Diam di rumah untuk membantu memutus rantai wabah penyakit merupakan bagian dari syariat. Jika kita niatkan social distancing ini karena Allah semata, maka insya Allah berpahala.
Lagipula, masih banyak kegiatan positif dan berpahala yang bisa kita lakukan selama masa isolasi ini. Bisa berkumpul dan bercengkrama dengan orang tua, yang biasanya sulit dilakukan jika hari-hari biasanya. Bermain dengan adik, baca buku untuk menambah wawasan, menebar kebaikan melalui media sosial dan masih banyak lainnya. 
Jadi, mari kita gunakan masa social distancing ini untuk beramal optimal meski dalam kondisi yang minimal hanya di rumah. Semoga Allah memberikan kesehatan dan melindungi kita semua serta wabah corona ini segera berlalu.
اللَّÙ‡ُÙ…َّ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ø£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†َ الْبَرَصِ، ÙˆَالْجُÙ†ُونِ، ÙˆَالْجُØ°َامِ، ÙˆَÙ…ِÙ†ْ سَÙŠِّئِ الأَسْÙ‚َامِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit sopak, gila, kusta, dan dari segala penyakit yang buruk/mengerikan lainnya."

Post a Comment

Previous Post Next Post