Berlomba Dengan Pendosa

Oleh : Putri Rizka Widodo

Berlomba dengan pendosa!? kok gitu!? pendosa kan kelakuannya berbuat maksiat, masa ia kita harus berlomba dengan mereka, finishnya neraka dong!?. Semua manusia bahkan pendosa sekalipun, pastinya ingin masuk surga, hanya saja timbul pertanyaan dalam diri mereka apakah pantas atau tidak. Lalu apa faedahnya kita berlomba dengan orang seperti itu!?.

Ya, memang benar, kata pendosa lekat dengan kemaksiatan, kehinaan, ketidaktaatan kepada Rab-nya Allah SWT. Mereka yang berat menaati perintah Tuhannya, mereka yang merasa hidup itu ada ditangan mereka, yang menetukan seperti apa dan bagaimana mereka, mereka yang merasa kemaksiatan sama dengan kesenangan dan menganggap itu adalah kebebasan bagi mereka (huh buah dari sekularisme saat ini), Adzan pun hanya sebatas pengingat waktu, jika terdengar adzan subuh artinya tidur, dzuhur artinya makan siang, dan maghrib artinya menjelang malam, mendurhakai Allah secara terang-terangan. Bisa dikatakan mereka adalah versi rusak dari seorang manusia.

Ada pula pendosa itu adalah mereka yang telah merasa tak pantas jika berbaur dengan kebaikan, merasa malu diakibatkan dosanya, dan akhirnya menjauh dari ketaatan. Faktanya memeng banyak ditemukan pendosa yang seperti ini, malu untuk kembali dan memilih terjebak dalam dunia redupnya. Saat diajak taat, tak lagi mau, merasa asing, jawabnya “kalian sajalah”, “nanti dulu”,”belum dapat hidayah” dan banyak berdalih dengan kata “tapiii…”. Seolah waktu pun ada dalam genggaman, azal tak lagi mempan menjadi nasihat. Sadarlah! Sesungguhnya kerugian akan menimpamu!

ۗ أَلَا ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ …
…Katakanlah, “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.” Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. [Az-Zumar(39):15]

Lihatlah, padahal merekalah yang merugikan diri mereka sendiri namun masih saja takdir yang disalahkan, berdalil mengatakan “beginilah aku, takdirku sudah seperti ini”. Padahal Allah telah memberi pilihan dalam menjalani hidup dan dengan itu Allah pun memberi petunjuk bagaimana menjalaninya dengan benar. Dan tahukah kalian? kerugian terburuk yang menimpa seseorang adalah kerugian yang menimpa agamanya. Sering orang merasa bahwa kalah dalam persaingan baik bisnis ataupun politik adalah kerugian, tak salah, rugi memang, karna banyak yang telah dikorbankan. Tapi sadarlah! melalaikan perintah agama adalah kerugian yang nyata, kerugian yang akan menimpamu sampai kiamat kelak. “Dan diantara ciri orang yang merugi adalah mereka yang melalaikan kesempatan beramal shaleh dalam hidupnya termasuk beristighfar memohon ampun kepada Allah.”

Kata Ibnul Jauzi dalam Shaidul Khathir, "Hukuman terberat suatu dosa, adalah perasaan tidak berdosa". Karena merasa tak berdosa adalah kain kafan yang membungkus hati ketika ia mati. [IG Ustadz @salimafillah]. Itulah seburuk-buruk pendosa, tak pernah merasa berdosa atas perbuatan dosanya, ia mengetahui tapi tak mau tahu. 

Tapi sahabatku, ingatlah satu hal, dosa tak hanya melekat pada para pendosa, semua manusia yang bergerak di muka bumi ini takan pernah terlepas dari dosa, bahkan ahli ibadah pun bisa mendapat murka Allah. Dalam HR. Ahmad (3/198), Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak Adam pasti berdosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat”. 

Alkisah ada seorang pendosa yang selama masa hidupnya sampai hari itu terus melakukan dosa, suatu ketika ia duduk merenungkan semua perbuatannya, ia merasa putus asa dan sedih memikirkan bagaimana derita yang akan menimpanya di alam sana. Namun dari jauh kerisauannya itu ternyata diperhatikan oleh seorang guru. Sang guru lalu menghampiri dan menasehatinya untuk tak berputus asa, beliau kemudian memberi nasihat, “Jika kau tak mampu menjadi hamba yang baik, maka berusahalah untuk menjadi pendosa yang baik. Boleh jadi, dari sebab dosa-dosa mu itulah nantinya yang akan menghantarkan mu ke syurga..”. 
.
Spontan sang pendosa menyela perkataan gurunya. "Wahai Guru! Bagaimana bisa dosa-dosaku dapat menghantarkan ku ke syurga sementara aku berkali-kali mengulangi dosaku, lalu berkali kali pula aku menyesalinya. Aku selalu ingin kembali pada Nya, tapi kemudian aku melakukan dosa lagi. Begitulah setiap hari diriku ini. Hanya mengulangi dan mengulangi. Oohh tidak guru, aku cumalah seorang pendosa. Tidak ada kebaikan pada diriku".
.
Sang Guru pun tersenyum seraya berkata, “Wahai muridku, dengan keadaan mu yang kau ceritakan tadi, sesungguhnya engkau sedang menerangkan kalau engkau adalah pendosa yang baik. Ketahuilah, letak kebaikan seorang pendosa adalah saat dia mengakui kesalahannya, lalu meminta ampun atas kesalahannya”. 
.
Sang Pendosa  terdiam....
Lantas sang guru melanjutkan penjelasannya. "Muridku, adalah suatu kebaikan bila seseorang merasa khawatir akan dosa-dosanya. Dari sebab kekhawatiran itu, maka seseorang menjadi terdorong untuk mengingat dan mendekati-Nya. Maka muridku, biarkanlah rasa bersalah itu ada dalam dirimu. Karena sesungguhnya rasa bersalah itulah yang akan menjadi pendorong mu untuk memohon ampunan dan karena itu pula maka engkau akan tergerak untuk memperbaiki setiap kesalahan.  Itulah yang kumaksudkan sebagai pendosa yang baik tadi, yakni pendosa yang menyadari akan kesalahannya dan berusaha memperbaiki kesalahannya. Dan.., bila kau beruntung... berhasil  mendapatkan ampunan-Nya, maka hal yang demikian itulah yang nantinya dapat menghantarkan mu ke syurga".
.
Kemudian sang guru terdiam sejenak.... seperti ada suatu beban berat yang sedang dipikirkannya... Lalu tiba-tiba beliau berkata lagi. Namun kali ini dengan suara yang lirih.. “Ketahuilah, meski engkau seorang pendosa, tapi sesungguhnya aku lebih mengkhawatirkan diriku daripada dirimu, karena aku ini adalah ahli ibadah yang masih suka tergoda untuk menghitung-hitung amalku. Padahal tidaklah seseorang masuk syurga itu semata karena amalannya, tapi itu semua karena ampunan dan rahmat dari-Nya”.

Mendengar pembicaraan gurunya itu, Sang Pendosa terdiam.... masih terdiam... tetap terdiam... tak ada satu katapun yang  terucap dari bibirnya... 

“Ingatlah, semua kita adalah pendosa dan sebaik-baiknya pendosa adalah yang memohon ampunan. Maka, janganlah kau berkecil hati dari rahmat dan ampunan-Nya meski engkau telah melampaui batas terhadap dirimu sendiri”.

Dalam kisah lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam sahih-nya, Rasulullah SAW menceritakan kisah seorang pendosa yang ingin jasadnya dibakar ketika ia sudah meninggal, kemudian separuh abunya ditabur di atas tanah dan separuhnya lagi di lautan. Ternyata wasiat itu disebabkan karena rasa takutnya yang teramat besar akan azab Allah kelak. Singkat cerita Allah mengampuninya karena rasa takut yang teramat besar kepada sang Khaliq, Allah juga mengampuni kekhilafannya yang mengira abunya tidak mungkin terkumpul menjadi satu kembali. Menurut Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam bukunya, Shahihul Qashash an-Nabawy, kisah tersebut mengandung hikmah yang teramat besar. Karena sesungguhnya takut kepada Allah merupakan salah satu maqam (level) tertinggi keimanan.

Itulah yang dimaksud berlomba dengan pendosa, berlomba dengan mereka yang dari perbuatannya menghantarkan rasa takut yang teramat besar kepada Rab-Nya hingga hari-harinya diisi dengan beristighfar memohon ampun kepada Allah. Bahkan Rasulullah makhluk yang paling bersih dari dosa pun tak pernah berhenti beristighfar kepada Allah. 

Dalam HR. Bukhari Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali”. Lalu siapa kita!? Hamba yang takkan pernah bisa sesempurna Beliau, tidakkah merasa takut akan murka-Nya!? Menangislah, Bertaubatlah.. Insyaa Allah finishmu Syurga

Mengutip perkataan dari Ulama, “Setidaknya, jika kita belum mampu berlomba dengan Ahli Ibadah dalam Amal Shalehnya, maka berlombalah dengan Pendosa dalam Istighfarnya”.

Wallahu A’lam Bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post