Pembangunan Infrastruktur yang Merugikan Rakyat

By : Khansa Al Hakiimah
Ummu Warrabatul Bayt dan Pegiat Dakwah

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". (TQS. Ar Rum : 41).

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung disebut-sebut sebagai penyebab banjir di Tol Jakarta-Cikampek (Japek). Pasalnya, aktivitas proyek menutup saluran air yang menyumbat sejumlah saluran drainase serta tanah urugan dan ketinggiannya melebihi pemukiman warga. Dilansir dari media Tribunjabar.com "Sebagian permukiman di Kampung Jajaway, Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, telah rata dengan tanah, imbas dari pembangunan proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Jakarta-Bandung. Permukiman penduduk yang telah rata dengan tanah ini, kini ditumbuhi rumput ilalang dan sama sekali tidak ada aktivitas masyarakat di permukiman tersebut. (Rabu, 26/6/2019).

Selain itu daerah pemukiman ada puing-puing bangunan, mulai pecahan kaca, tembok, rangka besi, kayu atap rumah, peralatan rumah tangga, hingga kandang peliharaan terlihat masih tersisa dan ditinggalkan oleh para pemiliknya sejak akhir 2018.

Menurut Ketua Fraksi Golkar DPRD Kabupaten Bandung Cecep Suhendar, banjir di wilayah Rancaekek, Kabupaten Bandung kali ini terbilang lebih parah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini, tak lepas dari alih fungsi lahan resapan yang digunakan proyek besar seperti jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dan Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC). “Kurang lebih 100 hektare lahan di hilir yang tadinya sawah di Rancaekek, kini beralih fungsi menjadi gunungan tanah proyek KCIC dan ratusan hektare lahan resapan di hulu sekarang sudah menjadi lokasi proyek tol Cisumdawu". Berita lain yang dikutip Pikiranrakyat, Minggu (26/1/2020). Cecep Suhendar pun menambahkan, dampak dari kondisi tersebut saat ini sudah dirasakan oleh sejumlah kawasan langganan banjir di Rancaekek. Bahkan genangan banjir kali ini menurutnya semakin parah dan membutuhkan lebih lama untuk bisa surut.

“Seperti kekhawatiran yang pernah saya katakan sebelumnya, banjir di Rancaekek tahun ini akan semakin parah. Ini sudah terbukti di beberapa desa langganan banjir, ketinggian dan debit air lebih tinggi dari biasanya". kata Cecep.

Tampaknya beberapa titik di Kota Bandung terutama wilayah Cileunyi-Rancaekek yang mendapat terjangan banjir akhir-akhir ini berhubungan dengan beberapa proyek infrastruktur yang terus dibangun, termasuk juga pembangunan gedung-gedung yang tidak memperhatikan dampak terhadap lingkungan dan proyek infrastruktur. yang terus dilakukan oleh pemkot Bandung. Pembangunan infrastruktur fisik menjadi salah satu langkah yang diambil pemerintah untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia. Menurutnya infrastruktur ini terbukti mampu mempermudah jalur transportasi. Meski demikian, tanpa rumusan kebijakan yang berwawasan lingkungan, pembangunan akan membawa dampak buruk pada kualitas lingkungan hidup sehingga merugikan masyarakat sekitar terutama masalah banjir.

Perubahan fungsi lahan yang sebelumnya berupa sawah, hutan, dan pemukiman menjadi jalan akan memengaruhi fungsi lahan tersebut dalam jangka panjang. Kerusakan akses jalan sekitar lokasi pembangunan serta pencemaran yang muncul khususnya polusi udara juga dirasakan sangat mengganggu masyarakat sekitar lokasi pembangunan. Hal ini menimbulkan dampak yang tidak sedikit baik bagi kualitas lahan maupun bagi masyarakat secara langsung. Meski demikian pemahaman masyarakat terhadap perlindungan lingkungan belum mengarah pada kemungkinan-kemungkinan dampak kerusakan pada jangka yang panjang. 

Seharusnya pemerintah selaku pelaksana pembangunan serta pihak-pihak terkait lebih memperhatikan dampak lingkungan hidup dan sosial yang diakibatkan kegiatan pembangunan juga memperkuat perlindungan lingkungan hidup. Jangan sampai pemerintah membiarkan pembangunan infrastruktur tanpa amdal. Selain itu, pemerintah juga perlu memperkuat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan masalah banjir yang sering terulang.
Banjir merupakan hal serius yang harus segera dituntaskan. Upaya mengatasi banjir yang terjadi saat ini bisa dilakukan dengan cara membangun bendungan-bendungan untuk menampung curahan air hujan, pembangunan sungai buatan, kanal, saluran drainase yaitu untuk mengurangi penumpukan volume air dan mengalihkan aliran air, membangun sumur-sumur resapan didaerah tertentu. 

Selain beberapa solusi diatas dalam pemerintahan Islam menekankan beberapa hal penting lainnya yakni sosialisasi tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan kewajiban memelihara lingkungan, kebijakan atau persyaratan tentang izin pembangunan bangunan infrastruktur yang harus memperhatikan amdal. Pembangunan yang menyangkut pembukaan pembangunan infrastruktur yang baru tidak hanya didasarkan pada pertimbangan rasional tetapi juga nash-nash syara. Begitulah solusi islam atasi banjir dan ini tentu perlu adanya kebijakan khilafah Islamiyah yang mengatur seluruh sistem kehidupan. Maka, solusi banjir dalam pandangan Islam adalah dengan konsep keilmuan yang benar-benar dipahami, pemimpinlah yang seharusnya mengajak rakyatnya untuk menjaga lingkungan juga mengingatkan agar melakukan introspeksi diri dan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Jauhi maksiyat, kemunkaran, dan merusak bumi Allah. Sebab, kelak Allah akan murka jika kemunkaran dibiarkan merajalela.

Pada masa kejayaan Islam dahulu, bahkan hingga abad 19 Khilafah Utsmaniyah masih konsisten mengembangkan infrastruktur transportasi ini.  Saat kereta api ditemukan di Jerman, segera ada keputusan Khalifah untuk membangun jalur kereta api dengan tujuan utama memperlancar perjalanan haji.  Tahun 1900 M Sultan Abdul Hamid II mencanangkan proyek “Hejaz Railway”.

Jalur kereta ini terbentang dari Istanbul ibu kota Khilafah hingga Mekkah, melewati Damaskus, Jerusalem dan Madinah.  Di Damaskus jalur ini terhubung dengan “Baghdad Railway”. Rel kereta ini mencapai Madinah pada 1 September 1908. Dan pada tahun 1913, stasiun “Hejaz Train” di Damaskus telah dibuka dengan perjalanan perdana ke Madinah sepanjang 1300 Km.

Dengan demikian jelas hanya sistem Islam lah yang menjamin pembangunan infrastruktur negara bagi rakyatnya, dan sistem kehidupan Islam ini hanya dapat terlaksana dalam bingkai Khilafah Islam sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, para khulafaur rasyidin hingga khilafah utsmaniyyah. 
Wallahu a’lam bishashawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post