By : Dian
(Pemerhati Umat)
Bank dunia baru saja mengeluarkan laporan dengan tajuk Aspiring Indonesia, Expanding The Middle Income Class. Laporan tersebut membahas kelas menengah di Indonesia yang dinilai menjadi motor penggerak ekonomi RI. Indonesia dinilai berhasil mengeluarkan masyarakat dari garis kemiskinan.
World Bank Acting Country Directur For Indonesia Rolande Pryce mengatakan peningkatan kelas menengah terjadi karena sekitar 80 persen dari masyarakat miskin di Indonesia pada tahun 1993 tidak lagi berada di jurang kemiskinan pada tahun 2014.
Indonesia memiliki 52 juta penduduk yang masuk dalam kelas menengah. Jumlah ini artinya satu dari lima penduduk Indonesia masuk dalam kelas menengah.
Kelas menengah Indonesia menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi karena konsumsi kelompok ini, tumbuh sebesar 12 persen setiap tahun sejak 2020, dan sekarang mewakili hampir setengah dari seluruh komsumsi rumah tangga di Indonesia, ujarnya, pada hari Kamis (30/1/2020).
Menurut Bank Dunia, ada beberapa hal menarik dari kalangan menengah di Indonesia. Pertama, umumnya masyarakat kelas menengah di Indonesia diisi oleh pekerja di sektor formal dengan upah mahal. Sebagian besar juga memiliki bisnis sendiri dengan orang lain ungkapnya.
Kedua, para masyarakat kelas menengah merupakan pembayar pajak di masa depan. Mereka akan di butuhkan untuk mendanai pengurangan kemiskinan, kebutuhan dana mitigasi risiko, peningkatan investasi, hingga pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, kehadiran kelas menengah memberi pengaruh pada proses jalannya pemerintahan di Indonesia. Pertumbuhan kelas ini akan mendukung kohesi sosial dan stabilitas politik.
(https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200 131073819-532-470351/strategi-kelas-menengah-menjauh-dari-ujung-jurang-kemiskinan)
Namun, Bank Dunia, mencatat ada 115 juta penduduk yang masuk dalam kategori Aspiring Middle Class. Kategori ini bisa di asumsikan sebagai kelas menengah tanggung atau di ujung jurang.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Erni Sri Hartati memaparkan kaum rentan miskin berpotensi langsung goyang, jika ada perubahan harga kebutuhan dari BBM, Listrik, hingga kebutuhan pokok.
Jika misal ada kenaikan harga gas, listrik, cabai hingga bawang. Yang tadinya rentan jadi miskin.
Begitu juga kaum menengah jika mengenai kebutuhan sekunder pasti akan ikut tampak, papar Erni, pada hari Kamis (31/1/2020).
Jadi bansos itu begitu digolongkan, disensus langsung turun (angka kemiskinan). Tapi setelah bansos habis, enggak dapat subsidi yang miskin lagi, ungkap Eni.
Sangat sayangkan saat ini, UMKM justru tidak ada akses karena dikuasai oleh konglomerasi dan perusahaan besar yang melakukan penetrasi hingga tingkat UMKM.
Sejalan dengan itu, Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menilai informasi dari Bank Dunia tidak mengejutkan. Pasalnya, klaim menurun jumlah penduduk miskin memang harus dikritisi.
Pengetasan kemiskinan total mustahil terjadi dalam sistem demokrasi, upaya penurunan angka kemiskinan lebih banyak mengotak-atik angka melalui pembuatan standardisasi atau ukuran, bukan menghilangkan kondisi miskin secara nyata.
Yakni memastikan semua pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, kemiskinan massal adalah kondisi laten akibat kapitalisme, diakui oleh para ahli. Yang bisa dilakukan hanya menurunkan angka kemiskinan.
Dalam konteks global, di semua negara yang menganut kapitalisme telah tercipta kemiskinan dan kesenjangan sosial. Hari ini ada 61 orang terkaya telah menguasai 82 persen kekayaan dunia.
Di sisi lain sebanyak 3.5 miliar orang miskin di dunia hanya memiliki aset kurang dari USS 10 ribu. Karena itu mustahil kemiskinan bisa dientaskan di dunia, termasuk negeri ini.
Dalam sebulan belakangan ini pukulan ekonomi bertubi-tubi dirasakan oleh rakyat karena kenaikan berbagai komoditi kebutuhan hidup.
BBM naik berkali-kali, harga beras terus merangkak, disusul oleh telur dan daging ayam. Bahkan harga daging sapi sudah naik jauh sebelum puasa dan tak kunjung turun hingga hari ini.
Sesungguhnya ekonomi kontemporer mengakui sebab-sebab yang menghancurkan terhadap kerusakan ekonomi dan bahwasanya itu merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap usaha perkembangan ekonomi khususnya di negara-negara berkembang.
Kita bisa belajar dari Khalifah Umar bin Khattab ra, dia adalah Khalifah yang berhasil membangun dan meletakkan dasar-dasar ekonomi yang kokoh, berdasarkan keimanan dan Tauhid kepada Allah SWT.
Beliau adalah orang terakhir kali bisa makan dan beristirahat setelah yakin penduduk sudah terjamin kesejahteraannya. Beliau sangat zuhud terhadap keduniawiaan dan itu diberlakukannya pada keluarganya.
Umar sangat terkenal dengan pengawasan terhadap rakyatnya dan ketegasannya terhadap orang-orang yang melakukan penyimpangan, khususnya apabila ada orang melakukan penyimpangan itu adalah orang bertanggung jawab terhadap pekerjaan umum seperti Gubernur, hakim, pemungut zakat.
Jika dibandingkan dengan sistem Islam yang memiliki negara yang menghapus kemiskinan secara sempurna secara sistematik.
Islam adalah agama yang memiliki seperangkat aturan dalam mengatur seluruh aspek kehidupan. Di antaranya ialah menjamin penghidupan yang layak bagi setiap warganya serta menyediakan layanan yang memadai.
Dalam Islam, kemiskinan tidak dinilai dari besar pengeluaran atau pendapatan, tetapi dari pemenuhan kebutuhan asasiyah (pokok) secara perorangan.
Kebutuhan pokok itu mencakup sandang, pangan, perumahan, kesehatan dan pendidikan secara layak. Allah SWT memerintahkan penguasa untuk bertanggung jawab atas seluruh urusan rakyatnya, termasuk menjamin kebutuhan pokok mereka.
Rasulullah Saw bersabda; " Pemimpin atas manusia adalah pengurus dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus". (HR.al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Pada zaman Rasulullah Saw di Madinah sebagai kepala negara, beliau menyediakan lapangan kerja bagi rakyatnya dan menjamin kehidupan mereka. Pada zaman beliau ada ahlus-shuffah. Mereka adalah para sahabat tergolong dhuafa. Mereka diizinkan tinggal di mesjid Nabawi dengan mendapatkan santunan dari kas negara.
Pada saat Khalifah Umar bin Abdul Aziz, membuat kebijakan pemberian insentif untuk membiayai pernikahan para pemuda kekurangan uang.
Sedangkan pada masa Khalifah Abbasiyah dibangun rumah sakit-rumah sakit lengkap dan canggih melayani rakyat dengan cuma-cuma.
Hal ini hanyalah sekelumit peran yang dijaminkan penguasa sesuai dengan tuntunan syariah Islam untuk menjamin kesejahteraan rakyatnya.
Pentingnya penerapan Syariah Islam dalam kehidupan manusia. Karena saat ini kemiskinan yang menimpa umat lebih merupakan Kemiskinan struktural atau sistematik, yakni kemiskinan yang diciptakan oleh negara melalui penguasa.
Itulah sistem Kapitalisme liberalisme. Sistem inilah yang telah membuat kekayaan milik rakyat dinikmati oleh segelintir orang.
Di negeri ini telah lama terjadi privatisasi sektor publik seperti jalan tol, air, pertambangan, gas minyak bumi dan mineral. Akibatnya, jutaan rakyat terhalang untuk menikmati hak mereka atas sumber-sumber kekayaan tersebut yang sejatinya milik mereka.
Karena itu saatnya kita mencampakkan sistem selain Islam yang telah terbukti mendatangkan musibah demi musibah kepada kita semua.
Sudah saatnya kita kembali pada syariah Islam yang berasal dari Allah SWT. Hanya syariah-Nya yang bisa menjamin keberkahan hidup manusia.
Sebagimana firman Allah SWT; " Jika penduduk negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami membuka untuk mereka pintu keberkahan dari langit dan bumi".( QS.al-A'raf: 96).
Lebih dari itu, penerapan syariah Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan akan wujudkan ketakwaan yang hakiki kepada Allah SWT.
Wallahu a'lam bish-shab
Post a Comment