Oleh : F.H Afiqoh
Akivis Dakwah Kampus dan Member Akademik Menulis Kreatif
Carut marut dalam negeriku Indonesia, semakin ke sini kian bertambah. Seolah permasalahan tiada hentinya. Mulai dari permasalahan ekonomi, politik, pendidikan dan yang lainnya. Terlebih sekarang, para elit semakin masif dalam geraknya untuk mengubur ajaran Islam kafah dengan menggencarkan kampanye Islam moderat atau moderasi. Inilah tantangan kaum muslim saat ini. Fenomena yang hendak menyesatkan generasi yang akan datang. Dengan penyebarannya oleh kalangan muslim sendiri, yang gencar mengaruskan Islam moderat.
Kampanye moderasi ini sebenarnnya sudah dari dulu didengungkan, namun sempat mati suri. Lantas disuarakan kembali saat ini melalui kurikulum pendidikan. Baik di wilayah perguruan tinggi hingga ke pondok pesantren tampak disasar semua. Dalam berbagai fakta telah membuktikan penyebaran moderasi ini benar-benar terjadi. Terlebih di perguruan tinggi, ketika ada kuliah umum atau dikenal dengan studium general, wajib bagi para rektor membahas Islam moderat serta mengajak mahasiswa mengambil paham ini.
Muktamar Tafsir Nasional 2020 sepakat untuk mempromosikan Islam moderat yang diselenggarakan Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Universitas Nurul Jaded (UNUJA) Probolinggo, dengan menghasilkan beberapa rekomendasi. Di antarannya, ratusan pesantren di muktamar tersebut sepakat untuk mempromosikan moderasi Islam atau Islam moderat. Bahkan Guru Besar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Abdul Musakim mengatakan, penafsiran terhadap Al-Qur’an dan hadis yang mengedepankan moderasi sangat penting dilakukan. Dia menilai tafsir Al-Qur’an yang moderat dapat mencegah menyebarnya ajaran radikalisme di Indonesia. (Republika.co.id, 13/01/2020)
Program Pasca Sarjana (PPS) UIN Sultan Maulana Hasanudin (SMH) Banten pun turut ambil bagian dalam mengaruskan moderasi beragama ini di tengah masyarakat. Salah satu caranya adalah melalui kajian-kajian fikih moderat dalam kurikulum perkuliahan. Bahkan saat ini pemerintah tengah menegaskan komitmennya untuk mengampanyekan Islam moderat melalui pernyataaan Menteri agama. (Kompasiana.com, 14/01/2020)
Arus moderasi semakin kuat terasa dengan ditunjukkan melalui penciptaan tafsir moderat yang akan diberlakukan oleh pemerinah dalam waktu dekat. Oleh karena itu, ketika kita diam terhadap orang-orang yang mengampanyekan penyebaran moderasi yang dilakukan oleh pemerintah, bersiaplah denga kerusakan negeri dengan paham yang dicampur adukkan dengan nilai-nilai Barat. Bahaya tafsir moderat terhadap umat yakni menjauhkan dari pelaksanaan Islam kafah, menyesatkan umat dari pemahaman yang benar. Apalagi yang dimoderasi ini adalah tafsir Al-Qur’an, kemudian fikih, yang itu nantinnya akan dibawa ke kajian. Sehingga ketika umat mengadopsi tafsir moderat, maka rusaklah generasi. Tidak akan ada rahmat yang akan Allah turunkan, melainkan azab-Nya.
Dengan banyaknya masalah yang sedang terjadi di negeri ini, seharusnnya rakyat dan kaum intelektual bergerak menuju keselamatan negeri yang terasa sudah berada di ambang kehancuran. Sumber kekayaannya diperebutkan oleh para kapitalis. Karena sungguh, pada dasarnya, proses moderasi tafsir ini adalah salah satu rencana yang diusung oleh mereka untuk memperkuat hegemoninya dalam menaklukkan wilayah Indonesia.
Maka tidak mengherankan jika pemerinah berkehendak mendorong moderasi tafsir, karena beginilah watak negeri sekuler. Negeri yang justru mendorong munculnya penafsiran jenis ini karena kepentingan politik dan ketakutan akan kebangkitan Islam kafah.
Oleh karenanya, wahai kaum muslim, marilah kita pelajari Islam yang kafah agar kita tidak dibodohi oleh orang-orang yang menganut pemikiran sekuler, hanya demi kepentingan duniawi, sehingga ayat-ayat Allah rela mereka jual demi dunia.
Islam sesungguhnya adalah agama yang sempurna. Di dalamnya tidak ada kecacatan. Ketika dikaji orang akan tersadarkan dengannya.
Kaum yang cinta Allah dan Rasul-Nya tak boleh diam, mereka wajib bicara. Al-Hafizh Abdurrahman al-Awza’I (w. 157 H ) mengingatkan:
“Tidaklah setiap muslim itu kecuali ia harus berdiri di depan celah dari celah-celah pertahanan Islam. Siapa saja yang mampu agar Islam tidak dihancurkan datang dari celah di depannya, maka lakukanlah!”
Penyesatan mereka tentu wajib dihadapi dengan lisan mulia yang digambarkan Allah Swt. dalam firman-Nya:
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh dan berkata, 'sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri'." (TQS. Fushilat [41]: 33 )
Sudah semestinya umat dijaga dari beragam lisan yang tercela, sesat dan menyesatkan. Tak boleh ada yang menghentikan amal mulia ini kecuali kematian yang mulia dan dimuliakan Allah dan Rasul-Nya.
"Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Mutalib dan orang yang mendatangi penguasa zalim lalu memerintah dia (kebaikan) dan mencegah dia (dari keburukan) kemudian penguasa zalim itu membunuhnya." (HR. al-Hakim dan ath-Thabrani).
Wallahu a’lam bi ash-shawwab.
Post a Comment