Islam Menangkal Bahaya Viral Kuliner 'Liberal'



Oleh: Ika misfat isdiana
Pengurus MT. Khoirunnisa Jember

Virus corona menjadi trending topik manusia sejagad. Virus yang lebih ganas daripada SARS ini menteror dunia. Tidak hanya Cina yang mencekam, namun dunia juga terseret dalam teror corona made in Cina.

Ditambah spekulasi seputar corona yang dijadikan sebagai senjata biologis oleh Cina. Hal ini membuat keamanan dunia bergejolak. Negara-negara yang bersinggungan langsung dengan Cina bersegera mengevakuasi warganya.

Dari identifikasi yang dilakukan , virus ini ternyata muncul akibat dari kebiasaan liar masyarakat Wuhan dalam mengkonsumsi kuliner ekstrem banyak ditemukan di sana. Mereka bebas mengkonsumsi berbagai macam binatang dengan berbagai cara. Mulai dari cara biasa hingga tidak biasa.

Saat corona menyita perhatian dunia, masyarakat Indonesia terpaling dari kabar negerinya sendiri. Jika Cina gempar digoyang corona, maka bulan Desember tahun 2019 virus flu babi Afrika juga menggoyang Indonesia.  
Virus flu babi Afrika ini merebak di Indonesia sejak Oktober 2019 lalu. Virus yang berasal dari babi ini disimpulkan tidak akan menular pada manusia, karena hanya menjangkiti babi. Sehingga dianggap tidak berbahaya.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan pihaknya akan mengisolasi daerah yang terjangkit demam babi Afrika untuk mencegah virus tersebut menyebar dan menjangkiti ternak babi lainnya. (KOMPAS.com/Rabu (25/12/2019).

"Salah satunya dengan mengisolasi daerah yang terjangkit sangat total, kemudian daerah lain harus secara rutin, tiap hari harus cek apakah ada virus yang menyangkut," kata Mentan di Jakarta, Rabu (25/12/2019).

Syahrul mengatakan, isolasi memang langkah yang paling penting dilakukan untuk mencegah penyebaran virus.

Kementerian Pertanian telah mengumumkan adanya kasus Demam Babi Afrika atau lebih dikenal dengan African Swine Fever (ASF) di Sumatera Utara. Hal itu ditegaskan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan) Nomor 820/Kpts/PK.32/M/12/2019 tentang Pernyataan Wabah Penyakit demam babi Afrika (African Swine Fever/ ASF) pada beberapa kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara pada12 Desember 2019.

Penyakit ASF telah terjadi di 16 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (ISIKHNAS), sampai minggu ke-2 Desember 2019, total kematian ternak babi yang terjadi di Sumut dilaporkan mencapai 28.136 ekor

Kasus flu babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) membuat pihak Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali khawatir. Sebab, potensi kerugian secara ekonomi cukup tinggi jika virus demam babi afrika ini masuk ke Bali. (DENPASAR, KOMPAS.com)

Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan (Keswan) Bali I Wayan Mardiana menyebut Bali merupakan salah satu daerah dengan jumlah ternak terbanyak di Indonesia. Total keseluruhan populasi babi di Bali mencapai 890.000 ekor dengan jumlah peternak 309 orang.

Mardiana mengatakan, jika flu babi Afrika ini masuk ke Bali maka berpotensi menjangkiti setengah dari populasi babi. Angkanya jika dirupiahkan mencapai Rp 800 miliar. Hal tersebut dengan asumsi satu babi berharga Rp 2 juta.

Antara Prospek Keuntungan dan Eksistensi Manusia

Tidak dipungkiri jika bisnis daging babi, kelelawar, ular dan sebagainya memang menggiurkan. Dimana keuntungannya yang besar dan prospeknya di dunia kuliner Indonesia masih sangat besar. Mengingat liberalisasi yang membuka kran kuliner international juga memasuki Indonesia. Walau mayoritas penduduknya adalah muslim, namun kuliner-kuliner dengan basic daging 'haram' banyak bertebaran. Atas nama wisata dan budaya, kuliner tersebut dilegalkan.

Di sisi lain, terdapat ancaman virus mematikan yang mengancam eksistensi manusia dan ekosistem di sekitarnya. Banyak bukti yang bisa kita temukan di belahan dunia. Yang saat ini viral mungkin corona, namun di masa lalu banyak virus yang awalnya menjangkiti hewan tidak berapa lama menjangkiti manusia semisal virus HIV/AIDS.

Islam memiliki pengaturan terhadap makanan yang dikonsumsi oleh manusia. Islam mewajibkan muslim untuk mengkonsumsi sesuatu yang halal dan thoyyib.

Halal adalah sesuatu yang diperbolehkan dikonsumsi oleh islam. Ada beberapa jenis makanan dan minuman yang haram dikonsumsi oleh muslim, diantaranya babi, bangkai, darah, alkohol dan segala sesuatu yang menjijikkan. Kedua, thoyyib adalah sesuatu yang baik untuk tubuh. Semua makanan yang bergizi dan memenuhi nutrisi yang dibutuhkan tubuh masuk di dalamnya. Namun, ada beberapa hal yang bisa jadi thoyyib untuk sebagian manusia namun tidak baik untuk manusia yang lain. Misal, air putih itu baik, tapi tidak untuk bayi usia 0-6 bulan. Nasi itu baik tapi tidak untuk bayi yang baru lahir, gula itu baik  tapi tidak untuk penderita diabetes dan sebagainya.

Pengaturan syariat islam terkait makanan dan minuman manusia adalah demi kesehatan manusia itu sendiri. Agar terjaga eksistensinya serta keberlangsungan hidup makhluk yang ada di sekelilingnya. Sehingga jika aturan tersebut ditaati, maka stabilitas keamanan dunia akan terwujud. Virus-virus mematikan yang mengancam manusia bisa dicegah. Itulah letak rahmat Islam. Yakni untuk sekalian alam bukan semata untuk muslim saja.
Sebagaimana firman Allah,
ÙˆَÙ…َاۤ اَرْسَÙ„ْÙ†ٰÙƒَ اِÙ„َّا رَØ­ْÙ…َØ©ً Ù„ِّـلْعٰÙ„َÙ…ِÙŠْÙ†َ
"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam."
(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 107)

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post