Fitnah Akhir Zaman Dan Cara Menghadapinya

Oleh : Sherly Agustina M.Ag
(Member Revowriter Cilegon)

Abu Hurairah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah bersabda, 
“Bersegeralah kalian melakukan amal saleh sebelum datangnya fitnah yang seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita. Pagi-pagi seseorang masih beriman, tetapi di sore hari sudah menjadi kafir; dan sore hari seseorang masih beriman, kemudian di pagi harinya sudah menjadi kafir.” (HR. Muslim: Kitab Al-Iman no.169).

Ini merupakan peringatan penting bagi setiap manusia, bahwa banyaknya fitnah yang menyebabkan seseorang murtad, merupakan tanda dekatnya akhir zaman. Hal yang terdekat, dan paling nyata adalah fenomena fitnah kesulitan hidup, kemiskinan, dan kesengsaraan yang menyebabkan seseorang dengan mudah menukar agamanya. Juga godaan dunia yang dikemas sedemikian menggiurkan bagi siapa pun untuk mencicipinya, sehingga siapa pun yang tidak memiliki ketahanan iman, sangat mungkin mengubah imannya dalam bilangan hari.

Masih sabda Baginda Nabi Saw:

"Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang menipu; pendusta akan dibenarkan sedangkan orang yang jujur justru dikatakan dusta dan orang yang khianat akan diberi amanat sedangkan orang yang terpercaya akan dituduh khianat.” (HR. Ibnu Majah: 4036 Dihasankan oleh al-Albani dalam al-Silsilah ash-Shahihah no. 1887)

Dan inilah zamannya telah tiba, tidak samar lagi bagi siapa saja yang mau mencermati. Semuanya seolah menjadi terbalik, kebenaran dikatakan kesalahan dan pelanggaran, sedangkan kesesatan ramai-ramai dikatakan benar. Seorang menteri bukan ahli agama, diberi amanah sebagai menteri agama. Seorang sipil diberi amanah mengurusi politik pertahanan dan keamanan. Pejuang Islam pembawa kebenaran, disalahkan. Ulama dan ajaran Islam dikriminalisasi. Kegiatan keagamaan untuk berdakwah dipersekusi.

Orang-orang yang mengajak kepada jalan yang lurus (tauhid) disematkan kepada mereka nama-nama yang dusta. Mereka dituduh pemecah belah, fanatik, eksklusif dan sebagainya. Sedangkan orang-orang yang sejatinya perusak agama dan penyeru ke pintu neraka justru dikatakan ulama dan orang-orang yang berjasa.  Gereja dijaga, tempat kemaksiatan dibiarkan. Ahli-ahli maksiatpun didukung, bisa dilihat korupsi merajalela, menggurita. Kedzaliman dibiarkan bahkan dijaga atas nama demi menjaga keutuhan NKRI.

Jalan Keluar Dari Fitnah Akhir Zaman

Ketika Rasulullah mengabarkan tentang fitnah-fitnah yang akan terjadi di akhir zaman, beliau tidak membiarkan begitu saja tanpa memberi solusi, namun beliau juga memberikan petunjuk-petunjuk agar selamat dari fitnah-fitnah tersebut. Di antara solusi yang diberikan oleh syariat Islam yaitu:

1. Bertakwa kepada Allah

Takwa adalah solusi dari segala bentuk permasalahan, termasuk dari fitnah akhir zaman. Allah berfirman:

 وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (QS. ath-Thalaq: 2)

Pada saat terjadi fitnah Ibnu al-Asy’ats yang memberontak di zaman khilafah Umawiyyah. Suasana menjadi ricuh, terjadi huru-hara, banyak orang yang terseret dalam fitnah ini. Ketika itu  Thalq bin Habib seorang ulama besar di zaman tersebut mengatakan: “Hadapilah (cegahlah fitnah ini) dengan takwa.” (Siyar A’lam an-Nubala’: 8/175)

2. Menuntut ilmu dan mendekat kepada ulama

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barang siapa yang diinginkan Allah menjadi baik, maka Allah pahamkan ia dengan agamanya.” (HR. Bukhari: 71, Muslim: 1037)

Syaikh Husain al-Awaisyah mengatakan: “Allah memberikannya taufik untuk menjauh dari jalan-jalan kesesatan dan  (makar) setan.” (Fiqh ad-Da’wah wa Tazkiyatu an-Nafs hal. 113)

Dengan ilmu seorang bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan mendekat kepada para ulama seorang akan terbimbing di jalan yang benar. Sebab, para ulama seperti rembulan dan bintang-bintang yang akan menerangi jalan, serta memberi petunjuk kepada orang yang sedang berjalan. Para ulama mengetahui fitnah bahkan jauh sebelum fitnah itu terjadi sedangkan orang-orang biasa (awam) baru menyadarinya setelah fitnah itu berlalu. Bukan ulama su'u yang dimaksud tapi ulama yang lurus keimanannya.

3. Berpegang teguh pada Al Qur'an dan As Sunnah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Selama kita berpegang teguh dengan pada pedoman Islam, maka kita tidak akan tersesat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama masih berpegang pada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.” (HR. Malik dalam Muaththa’ no. 3338)

4. Bergabung dengan jama’ah kaum muslimin dan pemimpin mereka

Imam Muslim dalam kitabnya memberi judul satu bab dengan:

“Bab wajibnya bergabung bersama jama’ah kaum muslimin saat terjadi fitnah dan dalam setiap kondisi, dan haramnya keluar dari ketaatan kepada pemimpin (berontak) serta memisahkan diri dari jama’ah.” (Shahih Muslim hal. 829)

Bergabung dengan jama’ah kaum muslimin adalah salah satu solusi yang berikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika terjadi fitnah (huru-hara, kekacauan, perpecahan). Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Hudzaifah bin al-Yaman, beliau menuturkan:

“Orang-orang bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena aku khawatir akan menimpaku. Aku bertanya: ‘Wahai Rasulullah, dahulu kami berada pada masa jahiliyyah dan keburukan, lalu Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kami, apakah setelah kebaikan ini akan datang keburukan?’ Beliau menjawab: ‘Ya.’  Aku bertanya lagi: ‘Apakah setelah keburukan itu akan datang lagi kebaikan?’ Beliau menjawab: ‘Ya, tetapi di dalamnya ada dukhn (kotorannya).’ Aku bertanya lagi: ‘Apa kotoran itu?’ Beliau menjawab: ‘Yaitu suatu kaum yang memimpin tanpa mengikuti petunjukku, engkau mengenal mereka sekaligus engkau ingkari.’ Aku kembali bertanya: ‘Apakah setelah kebaikan (yang bercampur dengan kotoran) itu akan datang lagi keburukan?’ Beliau menjawab: ‘Ya, yaitu para penyeru yang mengajak ke pintu Jahannam. Siapa yang memenuhi seruan mereka maka akan dilemparkan ke dalamnya.’ Aku kembali bertanya: ‘Wahai Rasulullah, Sifatkanlah mereka kepada kami.’ Beliau menjelaskan: ‘Mereka berasal dari kulit kalian dan berbicara dengan bahasa kalian.’ Aku katakan: ‘Apa yang engkau perintahkan kepadaku bila aku menemui keburukan (zaman) tersebut?’ Beliau menjawab: ‘Bergabunglah dengan jama’ah kaum muslimin dan pemimpin mereka.’ Aku kembali bertanya: ‘Bagaimana jika saat itu tidak ada jama’ah kaum muslimin dan juga tidak ada pemimpin mereka?’ Beliau menjawab: ‘Tinggalkan semua firqah (kelompok) meskipun engkau harus menggigit akar pohon. Tetaplah seperti itu sampai kematian menjemputmu.’” (HR. Bukhari: 7084, Muslim: 1847)

Bergabung dengan jama'ah yang asasnya adalah akidah Islam. Aktifitasnya  untuk berdakwah dan berjuang menegakkan kalimat Allah. Melanjutkan kehidupan Islam agar Islam diterapkan di muka bumi dan membawa Rahmat bagi seluruh alam.
5. Berhati-hati dan tidak tergesa-gesa

Di saat kemelut seperti ini sikap kehati-hatian merupakan sebuah keniscayaan. Sebab, fitnah itu -sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah- bagai malam yang gelap gulita. Jika tidak hati-hati dalam bertindak maka kemungkinan jatuh terperosok dalam fitnah sangat besar. Jika mendapat informasi yang belum bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya harus berhati-hati dan tidak tergesa-gesa menyampaikannya kepada orang lain.

Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan:

تَكُونُ أُمُورٌ مُشْتَبِهَاتٌ فَعَلَيْكُمْ بِالتَّؤَدَةِ , فَإِنَّ أَحَدَكُمْ أَنْ يَكُونَ تَابِعًا فِي الْخَيْرِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَكُونَ رَأْسًا فِي الشَّرِّ

“Akan terjadi perkara-perkara yang syubhat (samar), maka hendaknya kalian bersikap hati-hati. Karena sesungguhnya jika seorang dari kalian menjadi pengikut dalam kebaikan jauh lebih baik dari pada menjadi pemimpin (gembong) dalam kesesatan.” (Syu’ab al-Iman 13/15)

6. Bersabar

Terkadang fitnah yang terjadi berupa huru-hara, kerusuhan, dan sebagainya, membuat sesak dada dan amarah memuncak. Kasus penghinaan Nabi Saw, bendera tauhid, persekusi ulama dan ajaran Islam, dan sebagainya. Dalam kondisi seperti ini kesabaran sangat dibutuhkan. Sebab, setiap perkara genting harus dihadapi dengan kepala dingin. Amarah tidak akan menyelesaikan, bahkan semakin menambah kusut permasalahan. Namun, bukan berarti tidak melakukan pembelaan di jalan kebenaran.

Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitabnya sebuah hadits dari Zubair bin Adi, ia menuturkan:

“Kami mendatangi Anas bin Malik mengadukan apa yang kami dapati dari Al-Hajjaj (dia adalah salah seorang amir (gubernur) di zaman khilafah Umawiyyah. Ia adalah seorang yang zalim, bengis, dan sering menumpahkan darah. Tidak hanya rakyat biasa tapi termasuk juga para ulama. Lihat: Siyar A’lam an-Nubala’ karya Imam Dzahabi), maka Anas mengatakan:
اصْبِرُوا فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

‘Bersabarlah, karena sesungguhnya tidaklah datang suatu zaman kepada kalian melainkan yang setelahnya lebih buruk darinya (sebelumnya), (bersabarlah) sampai kalian berjumpa dengan Rabb kalian. Demikianlah yang aku dengar dari Nabi kalian Shallallaahu alaihi wa sallam.’” (HR. Bukhari: 7068)

7. Menjauhi sumber-sumber fitnah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ فَوَاللَّهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيهِ وَهْوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يُبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَاتِ أَوْ لِمَا يُبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَاتِ

“Barang siapa mendengar (kedatangan) ad-Dajjal maka hendaklah ia menjauhinya (menyingkir). Demi Allah, sesungguhnya seorang laki-laki akan mendatanginya sedangkan ia menyangka bahwa ia adalah seorang mukmin, tapi kemudian ia mengikuti setiap syubhat yang ditebarkannya.” (HR. Abu Dawud : 4321 dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Misykah no. 5488)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepada Uqbah bin Amir ketika ia bertanya tentang “keselamatan”:

أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ

“Jagalah lisanmu, merasa cukuplah dengan rumahmu  dan tangisilah dosa-dosamu.” (HR. Tirmidzi: 2406 dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib no. 2741)

8. Berlindung kepada Allah

Inilah salah satu solusi yang paling ampuh dalam menghadapi fitnah di akhir zaman. Sebab, apa yang terjadi dalam kehidupan ini; yang baik ataupun yang buruk (dalam pandangan manusia) semuanya adalah takdir Allah. Sebagaimana Allah yang menakdirkan terjadinya fitnah, maka Allah pula yang akan menakdirkan orang-orang yang dikehendaki-Nya terhindar dari fitnah. Oleh karena itu memohon kepada Allah agar diselamatkan dari fitnah adalah keharusan bagi setiap mukmin.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ

“Berlindunglah kepada Allah dari segala bentuk fitnah yang tampak maupun yang tidak tampak.” (HR. Muslim: 7392)

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa berlindung dari fitnah di setiap shalat. Dari Abu Hurairah, ia mengatakan:

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur, adzab neraka, fitnah kehidupan dan kematian serta fitnah al-Masih ad-Dajjal.’” (HR. Bukhari: 1377)


Kita harus menyadari bahwa saat ini kita hidup di zaman fitnah. Kenyataan-kenyataan yang terjadi di sekitar kita sudah cukup menjadi bukti dari apa yang kita katakan. Oleh sebab itu, kita harus berusaha keras agar tidak terjerumus dalam fitnah dengan senantiasa mengikuti petunjuk-petunjuk agama serta berdo’a agar Allah melindungi kita semua.

Rasulullah mengajarkan sebuah do’a agar hati kita tetap diteguhkan di atas jalan yang benar. Dari Anas bin Malik, ia menuturkan: bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering berdo’a dengan do’a:
يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi: 2140, Ibnu Majah: 3834 Dihasankan oleh al-Albani dalam al-Silsilah ash-Shahihah no. 2091)

Cat: sebagian dikutip dari Maribaja.com

Allahu A'lam bi Ash Shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post