Oleh : NELLY, M.Pd
Penulis, Aktifis Peduli Negeri, Pemerhati Masalah Pendidikan, Politik, Sosial Kemasyarakatan
Hampir satu minggu sudah dunia dikejutkan dengan masalah kesehatan Corona virus yang telah Menginfeksi sekitar 4.515 orang, dilansir dari laman CNNIndonesia.com Korban meninggal akibat virus corona di China bertambah menjadi 312 orang lebih. Kota Wuhan yang dianggap menjadi pusat penyebaran virus pun telah diisolasi oleh pemerintah china. Di himpun dari pemberitaan kompas.com sudah hampir 16 negara yang mengkonfirmasi telah terdeteksi virus corona. Bahkan untuk menghindari dari serangan virus berbahaya ini sejumlah negara seperti Jerman, Jepang, AS, Rusia, Perancis telah mengevakuasi warganya dari Wuhan.
Berbeda dengan negara lain yang cepat tanggap dalam mencegahan penularan virus corona, Indonesia malah terkesan tidak terlalu peduli terhadap warga agar tidak tertular wabah penyakit ini. Pemerintah tidak segera mengambil tindakan pencegahan total dengan kebijakan travel warning atau larangan masuknya turis China kedalam negeri.
Sangat di sayangkan pernyataan petinggi negara seperti yang di sampaikan menteri kesehatan dan ketua DPR RI, masyarakat jangan panik soal penyebaran Virus Corona ini enjoy saja, yang lebih aneh lagi di berbagai negara menolak kedatangan turis asal China, sementara di negara kita malah di sambut dengan kemeriahan seperti yang baru- baru ini ratusan turis china datang ke Batam Kepulauan Riau dan Sumatera Barat. Di lansir pada laman harian lifestyle.jogya.com, pemerintah juga tidak melarang para warga untuk berkunjung ke china.
Pemerintah sendiri beralasan karena faktor ekonomi, seperti kata Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Bandara Soekarno-Hatta, dr. Anas Ma'aruf di Gedung Kemenkes Kuningan Jakarta Selatan pada Rabu (22/1/2020) malam. "Kita tidak melakukan restriksi, pembatasan perjalanan orang, karena bisnis bisa merugi, ekonomi bisa berhenti. Jika kemudian yang menjadi alasan pemerintah adalah ekonomi dan terkesan abai dengan mewabahnya serta antisifasi yang kurang terhadap virus corona ini, karena memang prioritas pemerintah lebih memikirkan untung rugi bisnis dibandingkan perlindungan total terhadap rakyatnya. Ketika penguasa mengabaikan kepentingan rakyat, ini merupakan buah diterapkannya sistem aturan dinegeri ini yaitu kapitalis sekuler, dimana negara dan para pejabat hanya memikirkan kepentingan yang lain, maka wajar jika negara tidak lagi memikirkan bagaimana melindungi rakyatnya, menjaga dan mengurusi rakyatnya yang ada malah kepentingan bisnis semata. Maka bisa kira rasakan dalam tatanan kehidupan bernegara dinegeri ini kebijakan serta aturan tidak memihak pada rakyat.
Tanggungjawab Negara Terhadap Pengurusan Rakyat
Berbeda dengan sistem kapitalisme sekuler, Islam memberikan jawaban terhadap segala persoalan hidup manusia. Islam Allah turunkan adalah sebagai agama yang paripurna, sempurna, mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk di dalamnya masalah kepemimpinan negara. Sistem kepemimpinan negara ini unik, berbeda dari sistem lain yang ada di dunia, baik itu kerajaan, republik maupun parlementer.
Sistem yang disebut Imamah atau Khilafah, lahir dari hukum syara’, bukan lahir dari para pemikir di kalangan manusia. Dengan demikian kedudukannya lebih kuat karena yang menetapkannya adalah Sang Pencipta manusia. Khalifah sebagai pemimpin tunggal kaum Muslim di seluruh dunia memiliki tanggung jawab yang begitu besar dalam mengurusi urusan umat. Rasulullah SAW bersabda:“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari). Dalam hadis tersebut jelas bahwa para Khalifah, sebagai para pemimpin yang diserahi wewenang untuk mengurus kemaslahatan rakyat, akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT kelak pada hari kiamat, apakah mereka telah mengurusnya dengan baik atau tidak. Makna raa‘in (penggembala/pemimpin) adalah “penjaga” dan “yang diberi amanah” atas bawahannya. Rasulullah SAW memerintahkan mereka untuk memberi nasehat kepada setiap orang yang dipimpinnya dan memberi peringatan untuk tidak berkhianat. Imam Suyuthi mengatakan lafaz raa‘in (pemimpin) adalah setiap orang yang mengurusi kepemimpinannya.
Makna raa’in ini digambarkan dengan jelas Pada masa kepemimpinan Nabi SAW, pada masa itu wabah yang cukup dikenal adalah pes dan lepra. Nabi pun melarang umatnya untuk memasuki daerah yang terkena wabah, apakah itu pes, lepra, maupun penyakit menular lain. Rasulullah bersabda, "Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu," (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
Ini merupakan metode karantina yang telah diperintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mencegah wabah tersebut menjalar ke negara-negara lain. Untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Nabi Muhammad mendirikan tembok di sekitar daerah yang terjangkit wabah dan menjanjikan bahwa mereka yang bersabar dan tinggal akan mendapatkan pahala sebagai mujahid di jalan Allah, sedangkan mereka yang melarikan diri dari daerah tersebut diancam malapetaka dan kebinasaan. Di masa ke Khalifah Umar bin Khattab, wabah kolera menyerang Negeri Syam. Khalifah Umar bersama rombongan yang saat itu dalam perjalanan menuju Syam, terpaksa menghentikan perjalanannya. Umar pun meminta pendapat kaum muhajirin dan kaum anshar untuk memilih melanjutkan perjalanan atau kembali ke Madinah. Dengan segala pertimbangan maka Umar mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan perjalanan ke Syam tetapi balik ke madinah, ini adalah salah satu cara agar terhindar dari wabah penyakit tersebut.
Beginilah kepemimpinan dalam Islam, kita akan dapati penguasa yang amanah, bertanggungjawab, mengurusi rakyatnya, melindungi rakyatnya yang mencintai dan dicintai rakyatnya. Tentunya ini hanya akan ada jika negara ini mau kembali pada aturan dari sang mahabenar Allah SWT dengan Syariah Islam yang membawa berkah.
Post a Comment