Oleh:
Khadijah Ummu Fatih
Virus
baru yang disebut corona virus telah membuat geger warga dunia. Sebab, selain
dapat menyebar dengan sangat cepat, virus itu juga telah menyebabkan kematian
pada banyak orang di beberapa negara dunia, utamanya di Cina. Pemerintah Cina
mengatakan, virus yang pertama kali muncul dari daerah Wuhan ini telah memakan
korban jiwa sebanyak 25 orang dan menjangkiti lebih dari 830 orang sejak
pertama kali muncul akhir tahun lalu. Bahkan virus ini tercatat telah menyebar tak
hanya ke wilayah otonomi seperti Hong Kong dan Makau, tapi juga ke beberapa
negara sejauh ini. Termasuk Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat (AS),
Singapura hingga Thailand. Per Selasa (11/2/2020), jumlah korban yang tewas akibat virus yang
mirip penyebab SARS ini dilaporkan mencapai 1.016 orang. "Dalam skala
nasional, angka kematian bertambah 108 orang. Sebanyak 103 dari itu terjadi di
provinsi Hubei," kata Komisi Kesehatan Nasional China, sebagaimana
dilaporkan AFP, Selasa (cncbindonesia.com, 11/02/2020).
Indonesia
pun tak mustahil bisa berpeluang terjangkit virus corona ini, karena telah kita
ketahui negara ini mengadakan hubungan kerjasama dengan Cina, yang salah satunya
yaitu pengiriman TKI dan kita pun banyak memperkerjakan tenaga asing dari Cina.
Di daerah Sumedang sendiri untuk mewaspadai adanya pasien yang terkena virus
corona, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumedang menyiapkan ruang isolasi khusus
untuk pasien suspect virus Corona. Sejumlah alat pendukung juga disiapkan guna
mencegah penyebaran virus tersebut. "Untuk saat ini, di kita belum ada
kasus virus Corona. Tapi kita tetap waspada. Maka itu kita menyiapkan ruangan
khusus isolasi untuk penanganan virus itu," kata pejabat Humas RSUD
Sumedang Iman Budiman (news.detik.com, 29/01/2020).
Para pejabat negara Cina mengatakan
virus corona mungkin berasal dari hewan liar yang dijual di Pasar Makanan Laut
Huanan (Huanan Seafood Market) yang terletak di pusat kota Wuhan. Sebab,
penderita awal yang terjangkit virus dengan nama lain 2019-nCoV merupakan
karyawan di Huanan Seafood Market. Pihak berwenang percaya, virus itu
kemungkinan berasal dari binatang buas di pasar makanan laut meskipun sumber pastinya
masih belum ditentukan. Perlu diketahui, Pasar Makanan Laut Huanan memang menjual berbagai macam binatang
liar untuk dijadikan makanan. Mulai dari anak serigala, rubah hidup, buaya,
salamander raksasa, ular, tikus, burung merak, landak, daging unta hingga
musang. Binatang-binatang tersebut merupakan spesies yang disebut masih erat
kaitannya dengan Server Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang juga pernah
menghebohkan pada 2002 sampai 2003 lalu. Menurut peneliti, virus corona
merupakan virus yang menginfeksi hewan. Namun, seiring berjalan waktu dan
berevolusi, virus ini bisa menular ke manusia (cncbindonesia.com, 28/01/2020).
Tanpa
kita sadari betapa mengerikannya penyebaran virus ini. Bahkan ia dapat
mengancam siapapun juga. Hal ini didasari
oleh sistem kehidupan yang serba bebas (liberal). Bebas melakukan apa saja
termasuk urusan makanan. Tanpa melihat dari sisi layak atau tidak, halal
ataupun haramnya. Selama bisa memenuhi perut yang kosong semua bisa dimakan.
Itulah prinsip hidup para kaum liberal. Tapi
semua itu harus mereka bayar dengan penderitaan baru. Yaitu Allah memberikan
peringatan melalui sebuah virus corona yang mematikan. Tak ada yang tak mungkin
ketika Allah sang Pencipta alam semesta berkehendak. Manusia tidak akan mampu
melawan apa yang telah Allah SWT. gariskan. Karena Allah SWT. punya aturan bagi
hambanya yang wajib untuk dijalankan. Meskipun manusia berkilah mau berbuat
semaunya, tapi ia tidak mampu menjangkau dibalik perintah dan larangan-Nya.
Karena manusia makhluk yang lemah lagi terbatas kemampuannya.Maka
tak sepatutnya manusia berlaku sombong dan acuh terhadap aturannya.
Dalam
perkara mengonsumsi makanan, Allah SWT. telah memberikan aturan. Karena tidak
semua jenis makanan yang boleh dikonsumsi. Kecuali makanan tersebut halal dan
thayyib. Sebagaimana firman Allah SWT.
dalam QS: Al-Maidah ayat 88, yang artinya: “Dan makanlah makanan yang
halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepada kalian, dan
bertakwalah kepada Allah yang kalian beriman kepada-Nya”. Makanan itu halal
kecuali ada larangan yang dinyatakan dalam Al-Qur’an dan As-sunnah. Sebagaimana
dalam QS Al-Baqarah ayat 17, yang artinya: "Sesungguhnya Dia hanya
mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih
dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi barang siapa terpaksa (memakannya),
bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada
dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Lalu
bagaimana Islam mencegah penyebaran wabah penyakit menular? Islam selalu
menunjukkan keunggulannya sebagai agama sekaligus ideologi yang lengkap. Islam
mengatur semua hal dan memberikan solusi atas segenap persoalan. Islam telah
lebih dulu dari masyarakat modern membangun ide karantina untuk mengatasi wabah
penyakit menular. Dalam sejarah, wabah penyakit menular pernah terjadi pada
masa Rasulullah saw. Wabah itu ialah kusta yang menular dan mematikan sebelum
diketahui obatnya. Untuk mengatasi wabah tersebut, salah satu upaya Rasulullah
saw. adalah menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita. Ketika itu
Rasulullah saw. memerintahkan untuk tidak dekat-dekat atau melihat para
penderita kusta tersebut. Beliau bersabda: "Janganlah kalian terus-menerus
melihat orang yang mengidap penyakit kusta (HR al-Bukhari)."
Dengan
demikian, metode karantina sudah diterapkan sejak zaman Rasulullah saw. untuk
mencegah wabah penyakit menular menjalar ke wilayah lain. Untuk memastikan
perintah tersebut dilaksanakan, Rasul saw. membangun tembok di sekitar daerah
yang terjangkit wabah. Peringatan kehati-hatian pada penyakit kusta juga
dikenal luas pada masa hidup Rasulullah saw. Abu Hurairah ra. menuturkan bahwa
Rasulullah bersabda: “Jauhilah orang yang terkena kusta, seperti kamu menjauhi
singa” (HR al-Bukhari). Rasulullah saw. juga pernah memperingatkan umatnya
untuk jangan mendekati wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya, jika
sedang berada di tempat yang terkena wabah, mereka dilarang untuk keluar.
Beliau bersabda: "Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah,
janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di
tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninggalkan tempat itu" (HR.
al-Bukhari).
Dikutip
dalam buku berjudul, Rahasia Sehat Ala Rasulullah saw.: Belajar Hidup Melalui
Hadis-hadis Nabi karya Nabil Thawil, pada zaman Rasulullah saw., jika ada
sebuah daerah atau komunitas terjangkit penyakit Tha'un, beliau memerintahkan
untuk mengisolasi atau mengkarantina para penderitanya di tempat isolasi khusus.
Jauh dari pemukiman penduduk. Ketika diisolasi, penderita diperiksa secara
detail. Lalu dilakukan langkah-langkah pengobatan dengan pantauan ketat. Para
penderita baru boleh meninggalkan ruang isolasi ketika dinyatakan sudah sembuh
total (news.detik.com, 28/01/2020).
Pada
masa Kekhalifahan Umar bin al-Khaththab juga pernah terjadi wabah penyakit
menular. Diriwayatkan: Khalifah Umar pernah keluar untuk melakukan perjalanan
menuju Syam. Saat sampai di wilayah bernama Sargh, beliau mendapat kabar adanya
wabah di wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf kemudian mengabari Umar bahwa
Rasulullah saw. pernah bersabda, "Jika kalian mendengar wabah terjadi di
suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah
terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meningggalkan tempat itu"
(HR al-Bukhari).
Islam
pun memerintahkan umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan diri maupun
lingkungan sekitar. Untuk itulah Rasulullah saw. pun, misalnya, senang
berwudhu, bersiwak, memakai wewangian, menggunting kuku dan membersihkan
lingkungannya.
Demikianlah
kesempurnaan Islam mengatur seluruh aspek kehidupan. Sebagai upaya menjaga
keberlangsungan hidup dan kebaikan manusia. Oleh sebab itu kita mesti berbenah
diri untuk hidup sesuai Syariat-Nya.
Jadikan virus corona yang menimpa dunia saat ini sebagai pelajaran yang bisa
kita ambil hikmahnya. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Ar-Rum ayat 41,
yang artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)".
Sungguh
hanya Islam satu-satunya agama yang sesuai fitrah manusia, yang jika
petunjuknya di amalkan dan hukumnya dijalankan pasti akan membawa keberkahan
dan keselamatan dunia dan akhirat.
Wallahu a'lam
Post a Comment