Toleransi Yang Kebablasan

Oleh : Siti Aminah, S.Pd
(Pemerhati Masalah Sosial Lainea, Sulawesi Tenggara)

Umat Islam adalah umat yang paling toleran. Terkhusus umat Islam di Indonesia. Indonesia merupakan negara yang paling banyak kaum muslimin. Ketika kaum muslimin tidak toleran maka bangsa ini tidak akan aman. Akan terjadi pembunuhan terhadap minoritas, mengganggu aktivitas keagamaan mereka, dan lain sebagainya yang bersifat negatif. Akan tetapi semakin hari semakin jauh kaum muslimin dari agamanya. Sehingga masalah toleransi ada sebagian memahami  ikut terlibat dalam pelaksanaan agama tertentu. Dan akibat pemahaman yang salah, maka mengakibatkan penabrakan terhadap hukum syariah.  

Seperti yang dilansir oleh detikNews - Menteri Agama Jenderal (Purn) Fachrul Razi menegaskan mengucapkan selamat Natal kepada penganut Nasrani tidak bakal melunturkan akidah seseorang Muslim. Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberikan pandangannya (20.12.2019).

Sama halnya dengan yang dilansir oleh TEMPO.CO- Ketua Tanfidziah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas mengatakan, dalam dimensi ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), mengucapkan selamat natal tidak mengganggu akidah bagi umat Islam (22.12.2019).

Pendapat di atas, menunjukkan tidak pahamnya seseorang pada makna toleransi yang sebenarnya. Sesungguhnya toleransi adalah menghargai keyakinan seseorang dilihat dari sisi agama. Jadi ketika seseorang meyakini agama tertentu maka harus menghargai apa yang diyakininya. Bukan malah ikut merayakan agama orang lain. Jika demikian, maka toleransi yang dimaksud adalah toleransi yang kebablasan yang melanggar makana dari toleransi itu sendiri. Ketika seorang muslim Mengucapkan selamat natal berarti mengakui bahwa Yesus adalah anak Tuhan. Dan Yesus adalah Tuhan. Sedangkan dalam Islam sangat jelas bahwa Isa as adalah Nabi.

Disisi lain ada kejadian pelarangan perayaan natal. Seperti yang dilansir oleh CNN Indonesia -- Menteri Agama Fachrul Razi angkat suara terkait kabar umat Kristiani di Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tidak bisa merayakan Hari Raya Natal bersama, kecuali di tempat ibadah resmi yang ditunjuk pemerintah (21.12.2019).

Senada dengan detikNews - Putri Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid, berbicara mengenai larangan perayaan Natal di Dharmasraya dan Sijunjung, Sumatera Barat (Sumbar). Menurut Yenny, negara sudah menjamin hak warga negara dalam memeluk agama (22.12.2019).

Hal ini di akibatkan oleh sistem yang diterapkan dalam kehidupan saat ini. Sistem kapitalisme demokrasi membuat umat Islam melupakan agamanya. Tidak mengenal lagi batasan-batasan toleransi. Kejadian diberbagai wilayah, menunjukan kekacauan dalam beragama. 

Sistem kapitalisme demokrasi tidak mampu mengayomi umat beragama. Karena terbukti akhir-akhir ini antar umat seakan tidak harmonis. Dan yang paling menggelitik adalah muslim seakan lebih peka terhadap agama lain dibanding agamanya sendiri. 

Bahkan kebanyakan muslim saat ini ikut serta dalam perayaan natal serta tahun baru. Mereka merasa telah melakukan yang terbaik dengan dasar menjaga keutuhan negri. Padahal semua itu telah menjerumuskan mereka pada kesesatan yang nyata. Lagi-lagi ini bukan hanya keterbelakangan pemahaman. Namun semua terjadi karena sistem yang diterapkan dalam kehidupan. Yaitu sistem yang memisahkan aturan manusia dan aturan pencipta. 

Bagaimana dengan sistem Islam? 
Islam tentunya memiliki pandangan tersendiri terkait toleransi.
Sebagaimana di dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman:
Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku (Al-kaafiruun: 6).

Ketika kita membaca sejarah, maka kita akan menemukan bahwa Islam datang untuk menyatukan seluruh umat. Misalnya saja pada saat Rasul hijrah di Madinah, masyarakat di sana bukan hanya umat Islam tetapi ada umat yang lain yaitu Yahudi dan Nasrani. Tetapi tidak ada satupun tercatat dalam sejarah bahwa kaum muslimin memaksakan agama mereka kepada umat yang lain. Itulah makna toleransi yang sesungguhnya. Jadi tentu akan terjaga keyakinan seseorang jika Islam di terapkan dalam kehidupan yaitu dalam bingkai khilafah. Walla a'lam bi Al-Shabab.

Post a Comment

Previous Post Next Post