Oleh: Rini Heliyani,S.Pd
(Revowriter Aceh)
Isu teroris radikal masih menjadi hal yang hangat diperbincangkan.Walaupun terkadang, masyarakat menilai tuduhan tersebut hoax. Mereka menilai bahwa memerangi teroris radikal sama saja dengan memerangi Islam.
Baru-baru ini seorang pejabat Badan Intelijen Negara (BIN), Arief Tugiman, dalam diskusi bertajuk peran ormas Islam di NKRI di kantor LPOI Jakarta, ada 41 dari 100 mesjid yang dikelola pemerintah terkait paham radikalisme (17/11/19).
Pernyataan itu menyetujui hasil penelitian Lembaga Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Nahdlatul Ulama (NU). Tuduhan ini sangat menyakiti kaum muslim. Karena mesjid sebagai tempat ibadah kaum muslim. Muslim melakukan shalat, dzikir, ceramah dan kegiatan keagamaan lainnya.
Dalam surat At-taubah: 18 “Hanya yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah,maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Cap teroris radikal bagi muslim yang ibadahnya bagus, menggunakan pakaian muslimah, celana jingkrang, berjenggot, banyak memiliki buku-buku agama. Hal-hal yang berbau agama, sekalipun tidak melalukan kekerasan sudah dianggap memiliki pemahaman radikalisme.
Anak Paud tak luput dari pemeriksaan polisi. Ada salah satu Paud yang terindikasi paham radikalisme. Bisa dibayangkan, anak Paud kira-kira bisa pegang senjata, bom dan sejenisnya? Sungguh ketakutan yang sangat dalam akan kebangkitan Islam.
Jika ditelusuri, banyak kejahatan lainnya yang dilakukan oleh kelompok lain yang bukan agama Islam. Pemberontakkan di Papua, yang menewaskan banyak warga sipil khususnya pendatang . Tidaklah dianggap teroris, hanya di cap sebagai kelompok bersenjata.
Makna teroris radikal saat ini sudah buyar. Tidak hanya bagi yang melakukan kekerasan dicap teroris. Tetapi, teroris dicap bagi yang beragama Islam yang melakukan kekerasan. Berbagai tuduhan keji dialamatkan kepada muslim.
Jika sebuah paham tidak sejalan dengan pemerintah. Cap radikalisme siap-siap disandingkan. Bahkan tidak jarang rumah tahanan menjadi tempat penginapan hanya karena tuduhan radikal.
Serangan terhadap Islam. Berupa tuduhan-tuduhan keji tersebut. Tidaklah menjadikan perjuangan akan kebangkitan Islam surut dilakukan oleh para ulama, ustad, kyai, bahkan muslim yang baru berhijrah. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya muslim yang mengikuti alumni 212 yang dilakukan setiap tahunnya.
Tidak menjadikan muslim gentar dalam perjuangannya. Bahkan dukungan dari masyarakat mengalir deras. Semakin banyak muslim yang berhijrah. Baik dari kalangan masyarakat biasa hingga artis. Hal ini menunjukkan bahwa, kemenangan hanya milik Islam di masa mendatang. Aamiin
Ingat firman Allah dalam ayat Ali Imran:54 “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. Telah banyak fakta yang terlihat akan kebangkitan Islam dan tersungkurnya kapitalisme. Aamiin. Insyaallah
Wallahu alam bishawab.
Post a Comment