Oleh : Ismawati
(Aktivis Dakwah Muslimah)
Istilah “sobat ambyar” agaknya menjadi trending topik pembicaraan dikalangan pemuda. Sobat ambyar adalah sebutan untuk para penggemar Didi Kempot. Lagu-lagu yang dinyanyikan Didi Kempot banyak mengisahkan tentang patah hati dan lirik yang bisa dibilang ‘ngenes’. Meskipun lagu-lagunya berbahasa Jawa, banyak kalangan anak muda yang begitu menikmati dan terbawa melownya alunan lagu yang dibawakan Didi Kempot.
Dengan irama campursari mengundang pendengarnya untuk berjoget, dan liriknya yang galau sontak membuat anak muda larut ketika menikmatinya. Tak ayal, kini Didi Kempot mendapat julukan ‘Godfather of Broken Heart’. Semakin terkenal dan semakin ‘ambyar’ kini penggemar didi kempot semakin banyak dan bertambah, bukan hanya kalangan laki-laki tapi juga perempuan ikut menjadi komunitas sobat ambyar ini. Bahkan, mereka menamakan diri sad boys untuk laki-laki dan sad girls untuk perempuan.
Kata ‘ambyar’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bercerai-berai,berpisah-pisah dan tidak terkonsentrasi lagi. Kata ‘ambyar’ juga bisa berarti hancur berkeping-keping dan dapat digunakan untuk mengekspresikan kekecewaan yang sangat besar. Artinya, saat ini permasalahan remaja adalah perasaan keluh, kesah dan kekecewaan yang mendasar. Lihatlah bagaimana ketika para pemuda disentuhkan kepada lagu-lagu sedih perasaan mereka hanyut terbawa irama lagu. Mereka melampiaskan kesedihan mereka lewat lagu-lagu patah hati.
Sejatinya pemuda adalah aset peradaban bangsa. Bahkan salah satu pendiri bangsa, Ir. Soekarno berkata, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Lalu bagaimana akan mengguncang dunia tatkala perasaan/ semangat yang dimiliki pemudanya adalah perasaan ‘ambyar’ ketika putus cinta semata. Apakah mereka merasakan ‘ambyar’ ketika merasakan penderitaan saudara muslim kita di belahan dunia yang lain. Seperti misalnya Uighur, dimana mereka tidak diberikan kebebasan beribadah di negeri mereka sendiri, akhirnya penyiksaan, penindasan bahkan genosida (pembunuhan masal) dilakukan kepada mereka.
Belum lagi penderitaan di Gaza Palestina, India, Rohingya , Myanmar dan negeri muslim lainnya. Mereka tidak ada lagi celah untuk merasakan kepedihan hati dirundung patah hati. Harusnya perasaan kita ‘ambyar’ tatkala memikirkan nasib mereka disana. Karena sesama muslim bersaudara. Harusnya hati kita pun merasa ‘ambyar’ melihat nasib mereka disana, padahal hak beribadah dan keamanan haruslah mereka rasakan juga.
Hendaknya, negara juga memberikan perhatian besar kepada para pemuda, pemuda hari ini adalah tokoh pada masa yang akan datang. Jika yang hadir adalah pemuda yang banyak menghabiskan waktu terlena dengan cinta, maka akan jadi seperti apa masa depan umat yang akan datang. Dimana, ancaman liberalisme semakin nyata dihadapan. Sekulerisme semakin terdepan memisahkan agama dari kehidupan. Dan kapitalisme menjadi sesuatu yang paling menakutkan, betapa tidak kekayaan alam dinegeri sendiri kini dikuasai korporasi demi keuntungan pribadi. Lagi, rakyat menjadi korban dan banyak merasakan kepahitan hidup di negeri sendiri. Sekali lagi, akankah para pemuda merasa ‘ambyar’ melihat kepahitan hidup sekarang ini?
Tentu, pemuda yang kita harapkan adalah pemuda yang terdepan membela islam dan peradaban. Pemuda yang berjuang menegakkan syariat islam dalam sistem Khilafah. Karena pemuda dalam Khilafah kehidupan mereka jauh dari hura-hura apalagi menghabiskan waktu dengan larut dalam kepahitan cinta. Karena keimanan dan ketakwaan menjadi kunci dasar kehidupan mereka. Meskipun menonton acara hukumnya mubah, namun ketika terlalu disibukkan dalam hal mubah dan bisa melalaikan maka, kemubahan itu akan berubah menjadi haram. Maka, sibukkanlah dirimu para pemuda dalam ketaatan.
Lihatlah, bagaimana kisah Muhammad Al Fatih saat menaklukan Konstantinopel usianya adalah 21 tahun. Pemuda yang hebat dan tangguh, tentu tidak akan menyia-nyiakan masa mudanya hanya untuk bersenang-senang. Kejayaan dalam menaklukan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepemimpinannya serta taktik dan strategi peperangannya. Bahkan saat muda pun beliau tidak pernah meninggalkan solat rawatib dan tahajud sepanjang hidupnya. Beliau menyibukkan diri dengan ketaatan, hingga akhirnya Konstantinopel takluk atas izin Allah ditangan beliau dan pasukannya.
Untuk itu, para sobat ambyar. Kukuhkan tekad kalian untuk terdepan memperbaiki masa depan umat. Jangan terlena akan dunia, karena pekerjaan rumah menunggu. Yakni berdakwah menegakkan syariah kaffah untuk kehidupan islam yang mulia.
Wallahu a’lam.
Post a Comment