Moderasi Menyeluruh, Kini Tafsir pun di Moderasi

Oleh : Noni Apriliani Yulia Putri

Prof. Dr. Abdul Mustaqim Guru Besar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta  menawarkan sebuah metodologi untuk memahami dan menafsirkan Al-Qur’an dan hadits secara moderat, yaitu Tafsir Maqashidi. 
"Tafsir Maqishidi itu adalah sebuah pendekatan tafsir yang mencoba menengahi dua ketegangan epistimologi tafsir antara yang tekstualis dengan yang liberalis,” ucap Pengasuh Pesantren Lingkar Studi Quran (LSQ) Arrahmah Yogyakarta ini.

Menurut beliau, Tafsir Maqashidi ini sebagai basis dari moderasi Islam. Karena, di satu sisi Tafsir Maqashidi  tetap menghargai teks, tetapi di sisi lain juga akan menangkap makna di balik teks tersebut. (khazanah.republika.co.id, 12/01)
Seiring dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan saat ini dengan bertubi-tubinya problematika yang harus dihadapi oleh umat manusia membawa dampak yang cukup besar atas perkembangan pendekatan-pendekatan penafsiran. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu dikarenakan globalnya bahasa yang terdapat dalam Al-Qu’ran, serta berakhirnya wahyu pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW yang memunculkan suatu pemikiran perlunya penafsiran-penafsiran yang beragam sesuai perkembangan zaman. 

Semakin kuatnya arus moderasi, juga ditunjukan dengan penciptaan ‘Tafsir Moderat’. Islam moderat sesungguhnya merupakan pemahaman yang tidak datang dari Islam dan tidak dikenal dalam Islam. Pemahaman ini justru berkembang pasca diruntuhkannya negara Khilafah dan mendapat dukungan dari negara-negara Barat. 

Islam moderat merupakan desain Barat untuk mencegah kebangkitan Islam. Strategi ini telah didesain secara rapih untuk terus meninabobokan umat Islam, bahkan  hingga melumpuhkan umat Islam hingga tak mampu bangkit kembali. 

Negara sekuler justru mendorong munculnya penafsiran sejenis ini, karena kepentingan politik dan ketakutan akan bangkitnya Islam secara Kaffah. Contohnya Amerika Serikat, mereka merancang pertarungan ideologi antara Islam dan Kapitalisme. Cherly Benard-peneliti RAND Corporation menyebutkan bahwa dunia Islam harus dilibatkan dalam pertarungan tersebut dengan nilai-nilai Islam yang dimilikinya. 

Rancangan Cherly Benard-peneliti RAND Corporation ini menjadikan negara Indonesia sebagai pusat dari Islam moderat. Maka dari itu wajar saja jika Islam moderat terus dipropagandakan di negara Indonesia. Tujuannya agar nilai-nilai dan praktik-praktik Islam, khususnya yang berhubungan dengan politik Islam dan berbagai hukum-hukum Islam lainnya dapat dihilangkan dari umat Muslim.

Jadi sudah sangat jelas bahwa ide Islam moderat tidak berasal dari Islam, terlebih lagi bahaya ide ini akan memecah belah persatuan umat, memperlemah perjuangan kaum Muslimin, menjauhkan penerapan Islam kaffah, menyesatkan pemahaman umat dari mafhum yang benar, serta semakin memperlancar penjajahan Barat. Dengan janji dapat membawa umat kepada kebangkitan, namun pada akhirnya yang terjadi adalah akan semakin menjauhkan umat dari kebangkitan. Oleh sebab itu, umat Islam harus mencabut pemikiran Islam moderat dari akarnya dan membuangnya jauh-jauh. 

Sebagaimana firman Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (TQS. Al-Baqarah [2]: 208). 
Wallahu a’lam bishawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post